close
Artikel

“Jungkat Keung” yang Usang

Oleh : Khairuddin

Adakah peran Disdik Aceh atas pencapaian ranking 5 siswa/i Aceh lulus SNMPTN secara nasional ?. Bukankah penilaian SNMPTN merupakan hasil dari portofolio nilai raport, akreditasi sekolah, prestasi siswa, serta sejarah alumni di suatu fakultas ?, Semua berasal dari sekolah bukan ?!.

Semua pihak ikut berperan, termasuk yang Disdik Aceh tentunya. Upaya tersebut dilakukan dalam banyak cara, beberapa tahun belakangan ini, kegiatan peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan marak dilakukan oleh Disdik Aceh. Saya berani di-survey, kepuasan atas kebutuhan konten pelatihan sudah dirasakan sangat menyentuh kebutuhan pengajaran di sekolah, termasuk kecakapan kurikulum dan teknologi. Disdik Aceh menyahuti keinginan guru melalui diskusi panjang dengan guru-guru yang memiliki kapabilitas mengelola pelatihan dalam konten yang bermakna.

Termasuk isu terbaru tentang AKM, kecakapan literasi numerasi. Provinsi mana yang buat pelatihan untuk tema itu ?, Provinsi mana yang punya perhatian bahkan sampai peningkatan kompetensi guru kontrak / honorer ?. Disdik Aceh sadar bahwa pendidikan di Aceh belum boleh dikatakan bagus, jalan satu-satunya membenahi pendidikan melalui peningkatan kompetensi guru, serta sarana yang mendukung kenyamanan belajar. Selain itu, Disdik Aceh mendorong kegiatan peningkatan kualitas guru semakin dekat, tahun ini selain Cabang Dinas Pendidikan didorong melaksanakan kegiatan, sekolah pun dapat melakukan Internal House Training untuk memberi kecakapan bagi guru.

Akibatnya, guru yang cakap akan membuat siswa menjadi lebih baik. Guru yang mahir memberi gairah baru pendidikan setelah kita terdampak buruk akibat pandemi covid19. Prestasi siswa dalam bidang akademik menentukan siswa tersebut lulus SNMPTN.

Lalu Pak Ketua Lemkaspa “panas” seperti dimuat di harianreportase, Aceh urutan 5 kelulusan SNMPTN nasional. Kenapa anda sinis di saat gairah mulai bangkit ?. Benar bahwa dominan siswa/i di Aceh lulus di Unimal, USK, UTU, UNSAM, dsbg, lalu salah arah pendidikan Aceh dimana ?. Anda memberi opini hanya mengandalkan data kuantitatif, tidak melihat spirit yang sedang berlangsung. Anak-anak Aceh sedang gairah berkuliah, namun mereka tidak siap untuk kuliah di luar. Terutama yang dari kampung, saat sudah ada UTU buat apa ke ITB ?!. Anak Aceh mau kuliah saja bersyukur. Bandingkan dengan generasi Aceh di masa lalu. Jika ingin membandingkan data, tidak fair membandingkan dengan anak Jakarta yang visi kuliahnya sudah ke luar negeri. Anak Aceh masih sangat minim yang bersedia keluar.

Lagian jika anda menganggap sinis anak Aceh memilih perguruan tinggi negeri di Aceh, berarti kualitas PTN di Aceh juga anda anggap buruk. Bagi saya sebagai pemain, justru saatnya kita selaras, membesarkan perguruan tinggi sendiri. Kualitas seseorang ditentukan pada saat dia berproses. Bukankah kelak kita bangga semisal ada alumni SMAN 1 Matangkuli yang kuliah di UNIMAL menjadi Menteri di negeri ini. Apa anda pikir mustahil ?.

Kami sangat mengapresiasi langkah Dinas Pendidikan dalam upaya mencerdaskan guru dan mendorong kami untuk ikut memotivasi siswa agar mereka mendaftarkan ke perguruan tinggi negeri, termasuk upaya nanti lewat jalur UTBK. Jangan dikira mudah mendorong siswa menuju perguruan tinggi di saat alumni PTN sama dapat kerjanya dengan PTS, di saat pengangguran dari perguruan tinggi juga membludak, di saat memperoleh uang tidak perlu lagi seragam atau berdasi, bisa tanpa kuliah dengan kecakapan teknologi. Berada di ranking 5 nasional, anugerah dan apresiasi buat pendidikan Aceh.

Daripada jungkat keung dengan data-data yang meulabou-labou lebih baik bersama berpikir bagaimana ke depan kita dorong siswa kita bersama untuk masif masuk perguruan tinggi termasuk PTN di Aceh yang insyaAllah kualitasnya juga semakin bagus. Cara cari panggung seperti ini sudah usang bang !.

Penulis merupakan Ketua Harian Jaringan Sekolah Digital Indonesia (PP JSDI)