WASHINGTON — Noor Saadeh adalah seorang musisi klasik dan penyanyi opera yang secara rutin berpentas dalam konser-konser musik di New York dan di luar negeri. Suatu hari, dia pergi ke kedai kopi milik seorang Muslim dari Mesir, dan terjadilah percakapan yang asyik tentang agama Islam. Noor takjub mendapati bahwa banyak persamaan antara Islam dan Kristen, agama yang dianutnya.
Enam bulan setelah pertemuan itu, dan setelah mempelajari agama Islam, Noor memutuskan untuk memeluk agama Islam pada 1989 dan meninggalkan karir musiknya. Dia lalu memusatkan energi dan bakat seninya mengajar di sekolah-sekolah Islam di banyak tempat di AS.
Noor kemudian bertemu jodoh dengan pemuda asal Yordania, Ammar Saadeh, dan dari Berkshires di Massachusetts mereka pindah ke kota Dallas di Texas, di mana mereka merasa sangat senang berbaur dengan komunitas Muslim di kota itu.
“Di Dallas, apa yang suka kami lakukan adalah pergi ke masjid, karena kami mempunyai hafidz yang sangat merdu, selain menikmati pertemuan dengan anggota masyarakat. Kami berziarah ke masjid, dan berjumpa dengan setiap orang yang kami kenal,
ujarnya.
Bekerja di lingkungan anak-anak, Noor memanfaatkan latar belakang keseniannya menarasikan kisah-kisah dalam Quran ke dalam bahasa Inggris dan mempopulerkan lagu-lagu anak-anak Amerika ke dalam konteks yang Islami, di samping menciptakan lagu-lagunya sendiri.
Pada 1997, Ammar dan Noor mendirikan perusahaan mereka “Noorart.” Berbagai buah karya mereka antara lain, “Razanne, the Muslim Doll (Razanne, Boneka Muslim)”; perangkat musik dan lagu “We Are Muslims (Kami Muslim)”; dan “We Love Muhammad (Kami Cinta Muhammad)”. Bagi keduanya, bulan Ramadan adalah bulan yang amat menggembirakan, tak terkecuali untuk putra tunggal mereka.
“Anak saya, waktu masih kecil, suka sekali bila Ramadan tiba, karena itulah satu-satunya masa di mana dia dapat berjumpa dengan semua orang yang dia kenal, setiap malam. Seusai tarawih, dia dapat bermain,” ujarnya seperti dilansir voa, Kamis (17/7).
“Biasanya, masjid-masjid penuh-sesak dalam bulan Ramadan, sampai-sampai kami harus membayar petugas keamanan dan polisi untuk membantu mengatur lalu lintas setiap malam. Dan, Masha Allah, kota-kota dilengkapi dengan pasukan kepolisian yang hebat, yang datang membantu kami, menolong jemaah menyeberangi jalan dengan selamat dan mengatur perpakiran dan semacamnya.”
Noor dan suami, serta putra mereka, secara bergantian tinggal di dua tempat, yaitu di Dallas, Texas, dan di Amman, Yordania. Noor merasa sangat nyaman berada di antara keluarga suaminya. Ditanyakan, manakah yang terasa lebih indah, berpuasa dan berhariraya di Amerika atau di Yordania, Noor menjawab bahwa masing-masing tempat memiliki keunikannya sendiri.