close
Artikel

Whatapp dan Penyebaran Berita Pendidikan

Oleh : Nurdin, S.Pd., M.A.
Kepala SMKN Taman Fajar Aceh Timur dan Pembina IGI Pusat

Dahulu, saat dunia masih berada di era Revolusi Industri 3.0, penyampaian pesan tidak semudah dan secepat saat ini. Paling cepat berita disebarkan melalui berita di TVRI dan RRI. Ada juga penyebaran melalui selebaran yang dibagikan dari atas helikopter, atau menggunakan mobil keliling. Sering penyampaian pesan disampaikan person to person, dari satu individu sumber berita kepada pendengar. Kalau pendengar pertama ini suka berita itu, maka info tadi akan disebarkan kepada pendengar berikutnya.

Di sekolah juga mengalami hal yang serupa pada masa itu. Informasi tentang kehadiran siswa di kelas misalnya, baru bisa diketahui apabila orang tua datang ke sekolah dan menjumpai guru atau wali kelas anaknya. Tanpa tatap muka dengan guru, orang tua baru tahu kabar anaknya saat jam pembelajaran selesai dan para murid pulang ke rumah masing-masing. Pada masa itu juga kalau ada siswa yang bolos – dari rumah berangkat ke sekolah tapi tidak pernah sampai ke sekolah – jarang diketahui oleh orang tua. Kenapa? Karena anak-anak yang bolos tersebut akan sampai ke rumah tepat waktu sesuai jadwal sekolah. Hal ini akan membuat orang tua tidak curiga dan tetap percaya bahwa anaknya memang betul baru pulang dari sekolah.

Apakah saat ini situasinya masih sama? Secara umum tentu sudah ada perbedaan. Komunikasi saat ini sudah begitu mudah dilakukan dan bisa menembus batas ruang dan jarak. Dengan perangkat telepon genggam (gadget) yang ada di tangan, para guru bisa mengabarkan keadaan siswa kepada seluruh orang tua/wali murid. Ini dapat dilakukan tanpa harus tatap muka langsung. Adalah aplikasi Whatsapp, salah satu produk yang muncul di Era Revolusi 4.0 ini, yang dapat digunakan oleh siapa saja, termasuk guru, untuk berbagi pesan.

Guru di sekolah-sekolah saat ini ada yang memiliki grup-grup komunikasi berbasis whatsaap. Anggota grup juga bervariasi, ada grup orang tua/wali murid dengan wali kelas, ada juga grup siswa dengan wali kelasnya, dan masih banyak lagi grup-grup yang bisa dibentuk. Begitu pentingnya whatsaap bagi guru dan dunia pendidikan saat ini, khususnya dalam penyebaran informasi. Tiada hari berlalu tanpa ada pesan whatsaap yang dilihat.

Bisakah whatsapp digunakan untuk melaksanakan amal kebaikan? Tentu jawabannya tergantung siapa yang menggunakannya. Bila para guru mengabarkan kepada kepala sekolah atau orang tua siswa tentang jumlah siswa yang hadir di kelasnya, berapa siswa yang tidak hadir beserta keterangannya, tentu akan membuat kepala sekolah dan orang tua siswa senang. Senang dalam artian ada informasi tentang anaknya, jaminan bahwa anaknya masuk ke sekolah atau membolos. Bukankah menyenangkan hati sesama manusia dan meringankan beban pikirannya juga termasuk perbuatan baik. Persoalannya adalah “apakah semua guru secara teratur mau dan mampu melakukan hal ini?”

Salah satu hasil pertemuan 818 kepala sekolah dengan Bapak Sekda Provinsi Aceh pada tanggal 23 sampai dengan 28 Desember 2019 lalu antara lain disampaikan tentang “manfaat whatsapp” bagi kepala sekolah. Setiap kepala sekolah diminta melaporkan keadaan kehadiran siswa dan guru kepada atasannya. Informasi tentang ini diperoleh dari laporan wali kelas kepada sekolah. Jadi semacam pesan berantai yang pada akhirnya berisi informasi tentang kondisi faktual kehadiran siswa dan guru.
Kepala sekolah, guru, dan siswa, serta warga sekolah secara umum, bisa memulai melakukan kegiatan pesan berantai melalui whatsapp. Syukur-syukur bila ada yang sudah melakukan ini. Diawali dengan komunikasi yang teratur diharapkan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan kita. Begitu mudahnya akses informasi dan komunikasi saat ini, akan terasa aneh kalau masih ada diantara kita yang merasa satu-satunya orang yang paling tahu sesuatu.