close

Fauziah Fauziah

Kegiatan

2 Siswa SMA Abdya Raih Juara di O2SN Tingkat Provinsi

Kepala UPTD PPMG Wilayah VIII Abdya, Abdul Muin.

BLANG PIDIE – Dua siswa yang mewakili Aceh Barat Daya (Abdya) pada ajang Olimpiade Sains Nasional (O2SN) tingkah Provinsi Aceh 2017 meraih juara I dan III. Sebelum berlaga di tingkat provinsi, dua siswa berprestasi tersebut sebelumnya mengikuti seleksi di kabupaten setempat.

Kepala UPTD PPMG Wilayah VIII Abdya, Abdul Muin kepada GoAceh, Senin (8/5/2017) menyebutkan, dua perwakilan Abdya yang keluar sebagai pemenang, yakni Fadlu Hadi, Juara I cabang Bulu Tangkis tunggal Putra dan Iswandi, Juara III cabang Lompat Jauh.

(Sumber: https://www.goaceh.co/berita/baca/2017/05/08/2-siswa-sma-abdya-raih-juara-di-o2sn-tingkat-provinsi#sthash.SkMgBWZx.dpuf)

read more
Berita Terkini

Dinas Pendidikan belum Terima Hasil Kelulusan UN SMK/SMA

LHOKSEUMAWE – Dinas Pendidikan Kota Lhokseumawe, hingga saat ini belum dapat merilis laporan kelulusann ujian nasional siswa sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK), pascapengumuman kelulusan.

“Hingga saat ini kita belum mendapatkan laporan keseluruhan kelulusan ujian nasional siswa SMA dan SMK dalam wilayah Kota Lhokseumawe,” kata Kabid Dinas Pendidikan Kota Lhokseumawe, Ibrahim A Rahman kepada GoAceh, Selasa (9/5/2017).
Ibrahim menambahkan, pihaknya sudah menghubungi Pusat Pengembangan Mutu Guru (PPMG) Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, namun hasil pengumumannya secara keseluruhan belum juga mereka terima dari para kepala sekolah. Makanya hingga saat ini belum dapat disimpulkan hasil untuk kelulusan seluruh sekolah di Kota Lhokseumawe.
“Sejauh ini kami masih menunggu hasil dari laporan tersebut dari pihak PPMG, menurut perkiraannya dalam minggu ini seluruh laporan kelulusan siswa siswi yang telah mengikuti ujian nasional akan dikirim ke Dinas Pendidikan Kota Lhokseumawe,” ungkapnya.

(Sumber: https://www.goaceh.co/berita/baca/2017/05/09/dinas-pendidikan-belum-terima-hasil-kelulusan-un-smksma#sthash.UmvHOcGu.dpuf)

read more
Berita Terkini

Juara OSN SMA/MA Bireuen Ikuti Olimpiade Sains Nasional Tingkat Provinsi

Laporan Yusmandin Idris I Bireuen

SERAMBINEWS.COM, BIREUEN– Sebanyak 27 juara OlimpiadeSains Nasional (OSN) tingkat kabupaten Bireuen, Senin (08/05/2017) bertolak ke Banda Aceh untuk mengikuti OSN tingkat provinsi Aceh.

Pelepasan dilakukan di SMAN 1 Bireuen oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pusat Pengembangan Mutu  Guru (UPTD/PPMG) Wilayah III Dinas Pendidikan Aceh, Azhari Ibrahim.

Para siswa adalah juara satu, dua dan tiga OSN bidang studi komputer, astronomi, kebumian dan geografi. Kemudian bidang studi ekonomi, matematika, kimia, fisika dan biologi.

Mereka diharapkan mampu meraih nilai terbaik di tingkat provinsi dan bila meraih juara pertama akan mewakili Aceh ke tingkat nasional nantinya.

(Sumber: http://aceh.tribunnews.com/2017/05/08/juara-osn-smama-bireuen-ikuti-olimpiade-sains-nasional-tingkat-provinsi)

read more
Artikel

Anak Putus Sekolah di Tamiang 5.000 Orang

KUALASIMPANG – Jumlah anak putus sekolah usia wajib belajar 12 tahun di Aceh Tamiang mencapai 5.063 orang. Dari jumlah itu, Manyak Payed merupakan kecamatan yang paliang banyak anak putus sekolah yaitu 850 orang. Dari 12 Kecamatan di kabupaten itu, anak usia 7-12 tahun yang putus sekolah sebanyak 754 orang, 13-15 tahun 930 orang, dan usia 16 tahun sebanyak 3.379 orang.
Kadis Pendidikan Aceh Tamiang, Ikhwanuddin kepada Serambi, Jumat (5/5/) mengatakan, pihaknya belum tahu pasti apa penyebab banyaknya anak putus sekolah di Tamiang. Tapi, ia menduga persoalan ekonomi menjadi faktor utama. “Mereka yang tak sekolah mudah dilacak ke seluruh Indonesia karena untuk SD sampai SMA sederajat menggunakan nomor induk seumur hidup,” ujarnya.
Jika saat dilacak, NIK tersebut tidak muncul, bisa jadi anak tersebut tidak bersekolah lagi. Menurut Kadis, seharusnya program wajib belajar sembilan tahun bagi anak-anak tak jadi masalah lagi. “Jika tak mau belajar di sekolah formal, mereka dapat belajar di lembaga informal karena ada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di desa-desa,” ungkapnya.

Untuk itu, ia berharap datok penghulu (keuchik) proaktif menganjurkan anak-anak di desa mereka yang putus sekolah, agar sekolah di PKBM yang ada. Sehingga pada tahun ini tak ada lagi anak-anak usia sekolah di Aceh Tamiang yang putus sekolah.
Begitu juga lulusan SMA sederajat agar melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Terlebih, saat ini akses ke universitas semakin dekat, seperti Universitas Negeri Langsa dan Institur Agama Islam Negeri Zawiyah Cota Kala Langsa. “Orang tua juga harus mendorong anaknya melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi,” pungkasnya.

(Sumber: http://aceh.tribunnews.com/2017/05/06/anak-putus-sekolah-di-tamiang-5000-orang)

read more
Berita Terkini

Generasi Muda Aceh, Menulislah

“Untuk mengenal dunia, maka membacalah, untuk dikenal dunia, maka menulislah”. Ini bukanlah sebuah kalimat hiburan, tetapi kalimat yang punya spirit mendalam bagi kejayaan peradaban manusia. Ketika dengan mata kita punya segala keterbatasan untuk “melihat dunia”, maka kita melampaui segala keterbatasan ketika dengan mata kita “membaca dunia”.

Benar kata Said Qutub, “Ketika satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, maka satu tulisan dapat menembus jutaan kepala”. Inilah kemenangan “kuasa pengetahuan” atas segala kuasa “fasisme” dalam segala bentuk wajahnya di kekinian. Umat yang tidak menjadikan spiritualitas membaca dan menulis dan kemudian menjadikan pengetahuan sebagai pemandu jalan peradabannya, namun menyerahkan pemandu jalan peradabannya semata pada “politik kekuasaan”, maka tidak ada yang terang dalam hidup, semua hanya kegelapan dalam gua-gua gelap sepanjang masa.

Menulis bukanlah warisan sebuah kekuasaan atau pelimpahan dari nama besar hanya untuk diterima dan dinikmati, karena itu Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali yang usianya terus panjang sampai saat ini berpesan, “Jika engkau bukan anak seorang raja, dan bukan anak seorang ulama besar, maka menulislah”.

Membaca dan menulis adalah sebuah jihad besar manusia, karena kedunya merupakan “perlawanan” terhadap segala kebenaran yang dikondisikan, kepada kebenaran berdasarkan pencarian dan refleksi mendalam.

Membaca dan menulis merupakan ikhtiar dan mujahahadah besar melawan segala ego dalam diri maupun realitas di luar diri manusia untuk tidak menerima begitu saja sebuah kebenaran tanpa mencari dan mendapatkannya dengan membaca, menganalisa dan menulis.

“Jika engkau haus akan kedamaian jiwa dan kebahagiaan, maka percayalah. Jika engkau ingin murid kebenaran, maka carilah”, demikian nubuat Karl Friedrich Nietzche, sang filosof yang keseluruhan hidupnya diabadikan untuk mengasingkan diri dalam tulisan-tulisan.

Menulis memang pekerjaan keabadian. Menulis mewariskan kemewahan, kemewahan pengetahuan. Menulis juga mewariskan kekuasaan, kekuasaan pengetahuan yang memandu manusia untuk selalu mengingat dan terus merawat dunia dengan kuasa pengetahuan.

“Semua penulis akan fana, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa, maka tulislah yang akan membahagiakanmu di akhirat nanti”, adalah nasihat abadi sang Khalifah Ali bin abi Thallib. Atas dasar inilah, Sayyidina Ali kemudian berkata, “Ikatlah ilmu dengan menulisnya”.

Dalam segala hikmah abadi ini, sang Khalifah ingin berpesan bahwa menulis adalah melawan segala keliaran dan ketidakberadaban yang merusak. Jinakkanlah segala keliaran dan segala ketidakberadaban itu dengan menulis. Menulis dan membaca adalah angin dan api, yang saling memperbesar dan membakar. Membaca adalah lautan tanpa batas dan menulis adalah kapal yang berlayar menuju samudera luas tempat segala peradaban bertemu.

Bayangkan jika dunia tanpa sang penulis dan dunia tanpa tulisan! Karena itu wahai generasi muda Aceh, selalu hidupkan dunia dan hiasi dunia dengan tulisan. “Nulla dies sine linea, tiada hari tanpa baris-baris tulisan”, tulis Pline, Pengarang Yunani, berabad-abad lalu.

Pilihlah jalan yang kadang kala sepi dan tanpa teman ini, karena inilah yang dicari manusia dalam apapun kebudayaannya. Bagi sang pemilih dan penempuh jalan ini, maka hari-hari tanpa lembar tulisan adalah hari tanpa kehidupan. Menulis adalah kekuasaan sesungguhnya dari segala kekuasaan yang ada didunia ini.

Lihatlah Napoleon Bonaparte, sang pemberontak yang menumbangkan kekuasaan raja tiran Perancis, ketika menjadi penguasa, diapun begitu takutnya dengan tulisan, “Aku lebih takut dengan seseorang yang memegang pena (penulis) dari pada seribu prajurit yang bersenjatakan lengkap”, karena begitu berkuasanya sebuah tulisan.

Menulis adalah nuklir paling berbahaya dari segala senjata pemusnah paling mematikan. Isaiah Berlin, filosof, ahli sejarah pemikiran Latvia yang kemudian bermukim di Inggris telah meninggalkan pesan ini dalam “Four Essay on Liberty”nya. “Jangan main-main dengan tulisan yang ditulis oleh para pemikir”.

Tulisan yang ditulis dalam kesendirian, dalam segala pelik beban hidup, dalam ketidakpeduliannya pada diri sendiri, akan dapat mendirikan dan meruntuhkan sebuah negara, dapat membangun sebuah peradaban dan dapat menghancurkan sebuah peradaban, dapat menghentikan sebuah perlawanan dan dapat menggerakkan sebuah perlawanan. Isaiah tentu telah membaca dan merefleksikan secara mendalam betapa berbahayanya perlawanan di seluruh dunia yang digerakkan oleh tulisan seorang Karl Marx, karena itu Isaiah kemudian juga menulis, “Karl Marx : His Life and Environtment (1983)”.

Sebuah tulisan adalah inspirasi bagi dunia, ilham bagi seluruh peradaban. Ketika menyaksikan gurunya, Aristoteles, dihukum meminum racun cemara karena mempertahankan sebuah kebenaran pengetahuan, Plato (sang murid), menulis “Dialogue”, untuk mendokumentasikan semua ketidakadilan kekuasaan terhadap gurunya. “Dialogue” yang ditulis Plato ini, kemudian hari menginspirasi dunia dan cikal bakal bagi penulisan novel, cerpen, naskah drama, naskah teater. Begitulah inspirasi dan ilham sebuah karya tulisan bagi manusia.

Ketika di Aceh, kita hidup dalam era “otoritarianisme moral”, ”pemenjaraan tubuh dan pikiran”, ”penertiban tubuh dan pikiran”, serta “penundukan tubuh dan pikiran”, maka menulis dan membaca secara kritis dan tanpa batas adalah perlawanan terhadap itu semua.

Di saat badan dan tubuh sebagai Aceh coba dikurung dan dipenjara, maka “lucutilah” pikiran tidak sebagai Aceh, tetapi sebagai ”donya” (dunia) dengan membaca dan menulis tanpa batas. Jangan pernah izinkan pikiran dipenjara, karena membiarkan pikiran dipenjara adalah penghinaan terhadap kemuliaan sejati manusia. Sekalipun tubuh di penjara, maka pikiran takkan pernah bisa dipenjara.

Antonio Gramsci, adalah pemikir yang secara empirik telah membuktikan bahwa pikiran takkan pernah bisa dipenjara. Bahkan Gramsci bisa menulis ”Prison Notebooks” dari semua dialektika pemenjaraan tubuh yang di hadapinya. Akan teramat panjang jika kita mengurai segala kuasa tulisan dalam sekian panjang sejarah manusia.

Hakikatnya menulis adalah kemewahan dari segala kemewahan yang ada dalam sejarah manusia. Menulis adalah pekerjaan keabadian. Menulis adalah masa depan. Menulis adalah kemewahan paling abadi.

Kita tidak tahu berapa lama kita akan hidup. Karena itu, gunakanlah setiap ruang dan waktu yang masih tersedia untuk terus menulis dan membaca. Ini adalah “lubang besar” yang akan menyedot dan menarik apapun di dunia.

Tanpa menulis, bagaimana kita mewariskan keabadian? Tanpa menulis, bagaimana kita meninggalkan pertanggungjawaban pengetahuan kita? Karena itu, wahai generasi muda Aceh, menulislah!

Sumber: (http://www.acehkita.com/generasi-muda-aceh-menulislah/)

read more
Berita Terkini

Ikut lomba, Teknik Mesin Unsyiah kembangkan sepeda air

Sepeda air yang dikembangkan mahasiswa Teknik Mesin Unsyiah. (Ist)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Jurusan teknik mesin Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) akan mengikuti lomba Water Bike tingkat nasional di Surabaya yang diselenggarakan pada 28-30 April 2017. Dalam keikutsertannya, teknik mesin Unsyiah mengembangkan sepeda air (water bike).

Akhyar selaku dosen pembimbing dari pembuatan sepeda air mengatakan, proses pembuatannya sudah masuk ke tahap finishing.

“Sepeda Air tersebut merupakan suatu alat transportasi yang bentuk utama seperti sepeda. Hanya saja, tempat beroperasinya di atas air,” kata Akhyar dalam siaran persnya kepada Kanalaceh.com, Minggu (16/4).

Dia menjelaskan, sepeda air tersebut merupakan gabungan antara perahu jenis catamaran dan sepeda. Sehingga mempunyai fungsi yang sama dengan sepeda yaitu pedal, gear, frame, stang, dan sebagainya. Akan tetapi tenaga yang diperoleh dari dayungan pengemudi melalui sebuah pedal ke kincir atau propeller.

Menurutnya, sepeda air ini sebenarnya telah banyak dikembangkan, hanya saja yang dikembangkan oleh mahasiswa teknik mesin Unsyiah ini terdiri dari dua kincir atau mereka namai dengan water bike double blade system. Poros dudukan kincir didesain berada di atas permukaan air kira-kira 10 cm.

“Hal ini bertujuan, agar poros kincir tidak terganggu oleh sampah yang berupa tali atau plastik panjang, dimana sampah tersebut jika melilit pada poros penggerak akan macet atau berhenti. Jika poros berada di dalam air terdapat beberapa kelemahan yaitu porosnya mudah terkorosi (berkarat), susah diberi pelumas, mudah tersangkut sampah, dan susah dibersihkan,” jelas Akhyar.

Selain itu, sepeda air ini juga memiliki dua pelampung, yang membuat mampu mengapung di atas air. Pelampung tersebut diciptakan dari bahan sterofoam, kemudian dilapisi dengan plat tipis dari bahan aluminium.

Sekedar informasi, perlombaan tersebut diadakan oleh Himpuanan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknik, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Adapun kategori yang diperlombakan antara lain adalah race (slalom dan drag), water bike contest, water bike endurance dan yang terahir water gun.

Komposisi tim water bike Teknik Mesin Unsyiah, Akhyar (dosen pendamping), M Syahril Anwar (ketua tim, mahasiswa angkatan 2012), Syukran (mahasiswa 2012), dan Hidayatullah (mahasiswa 2012).

Syukran, salah satu anggota menambahkan sepeda air tersebut juga dapat diaplikasikan saat bencana melanda, seperti mengevakuasi orang tenggelam, baik di danau, aungai, bahkan di laut.

“Mengingat Aceh masih sering terjadi bencana banjir. Selain untuk proses evakuasi bencana dan mengevakuasi orang tenggelam, sepeda air juga dapat digunakan untuk pengembangan di bidang parawisata seperti untuk wisata danau, sungai, laut, serta untuk membersihkan sampah di sepanjang aliran sungai, seperti sepanjang Sungai Krueng Aceh dan Krueng Daroy yang membelah Kota Banda Aceh,” pungkas Syukran. [Aidil/rel]

Sumber: (https://www.kanalaceh.com/2017/04/16/ikut-lomba-teknik-mesin-unsyiah-kembangkan-sepeda-air/)

read more
Kegiatan

Hadirkan laboratorium berkompetensi, Unsyiah dan BSN tandatangani MoU

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan Badan Standarisasi Nasional (BSN) menandatangani nota kesepahaman (MoU) di ruang Balai Senat Unsyiah, Rabu (19/4).

MoU ini ditandatangani oleh Rektor Unsyiah, Prof Samsul Rizal dan Kepala Badan Standarisasi Nasional, Prof Bambang Prasetya yang disaksikan oleh para Wakil Rektor, Ketua Lembaga, dan Dekan di Unsyiah.

Dalam sambutannya, Samsul Rizal mengatakan, kerja sama ini bertujuan untuk mendorong dan memfasilitasi laboratorium di Unsyiah dalam penerapan sistem manajemen mutu.

Penerapan ini dilakukan untuk menghadirkan laboratorium yang berkompetensi sekaligus diakui oleh Komite Akreditasi Nasional.

“Mengingat ketatnya persyaratan akreditasi yang ditetapkan oleh Komite Akreditasi Nasional, maka MoU ini sangat penting agar laboratorium Unsyiah berpeluang untuk diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional menjadi lebih besar,” kata Samsul.

Menurutnya, tahun ini Unsyiah menargetkan peningkatan nilai akreditasi tiga laboratorium di bawah koordinasi UPT Laboratorium Terpadu Unsyiah. Tiga laboratorium tersebut adalah Laboratorium Geo Teknik, Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan, serta Laboratorium Kimia.

Setelah mendapatkan nilai akreditasi, laboratorium Unsyiah berpeluang untuk mengembangkan Standar Nasional Indonesia (SNI) bagi produk-produk lokal, seperti obat herbal dan kopi.

“Dengan demikian Unsyiah bisa lebih berkontribusi bagi peningkatan ekonomi daerah melalui pengujian dan kesesuaian produk unggulan daerah yang selama ini dilakukan di Medan dan Jawa,” ungkapnya.

Dalam kesempatan sama juga berlangsung Seminar Pembinaan dan Pengembangan Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian.

Seminar tersebut disampaikan Prof Bambang Prasetya. Selain itu juga dilakukan deklarasi penerapan SNI ISO/IEC 17025 oleh Kepala Laboratorium Terpadu Unsyiah, Dr Ir Taufiq Saidi M. Deklarasi tersebut bertujuan untuk menghadirkan laboratorium yang menerapkan sistem manajemen mutu sesuai SNI/ISO dan mengutamakan kepuasan pengguna jasa. [Aidil/rel]

Sumber: (https://www.kanalaceh.com/2017/04/20/hadirkan-laboratorium-berkompetensi-unsyiah-dan-bsn-tandatangani-mou/)

read more
Berita Terkini

Terlalu sering pakai sandal jepit picu inflamasi pada kaki

Jakarta (KANALACEH.COM) – Sandal jepit kerap dipilih banyak orang karena praktis dan nyaman digunakan. Alas kaki ini biasanya dikenakan saat santai, seperti berlibur ke pantai. Namun di balik kenyamanan tersebut, ada bahaya kesehatan yang mengancam.

Dilansir dari Men’s Health, physical therapy dari Peak Performance, New York, Doug Kechijian menjelaskan, bahwa menggunakan sandal jepit bisa mencederai kaki. Pasalnya, jemari kaki akan berada pada posisi mengepal, di mana posisi ini bukanlah posisi yang tepat.

“Kondisi ini menyebabkan bagian kaki, khususnya jari terasa kaku dan darah tidak mengalir dengan baik. Jika ini terjadi secara terus menerus akan mengubah gaya berjalan Anda, yang akhirnya menyebabkan masalah pada otot kaki hingga betis,” papar Kechijian.

Bahaya lainnya adalah, plantar fascilitis atau inflamasi pada plantar fascia yang menyebabkan nyeri tumit. Plantar fascia merupakan jaringan padat dan kuat atau ligamen yang terletak di sepanjang telapak kaki dan menghubungkan tulang jari-jari kaki ke tulang tumit.

Oleh karena itu, demi kesehatan Kechijian menyarankan untuk tidak mengenakan alas kaki ini khususnya saat berjalan jauh atau dalam waktu yang lama. Namun jika terpaksa mengenakannya, pastikan Anda menggunakan sandal jepit dengan kualitas baik.

“Ketika Anda berlari, maka rasa sakit akan timbul di bagian bawah tumit,” kata dia. [Okezone]

read more
Berita Terkini

Stan Papua di Penas KTNA “Diserbu” pengunjung

Pengunjung memadati stan milik Provinsi Papua, Minggu (7/5). (Kanal Aceh/Randi)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Stan Provinsi Papua, pada perhelatan Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (Penas KTNA ke XV) di Aceh menjadi daya tarik bagi pengunjung Penas. Stand yang terletak di Hall B1 itu ramai dikunjungi warga.

Bukan hanya hasil tani, stand itu juga pamerkan budaya Provinsi Papua. Sehingga masyarakat yang mengunjungi stan itu berbondong-bondong untuk berfoto bersama penjaga stan yang dibalut dengan aksesoris berupa topi adat yang khas asal Provinsi paling Timur Indonesia tersebut.

Pengamatan kanalaceh.com dilokasi, pengunjung rela mengantri untuk bisa berfoto bersama dengan aksesoris adat asal Papua. Selain itu, menurut Penanggung jawab stand Provinsi Papua, Maksi mengatakan, yang paling banyak dicari pengunjung ialah hasil tani asal papua seperti Buah Merah dan kuliner asal Papua Papeda.
Buah Merah asal Papau. (Kanal Aceh/Randi)
“Paling banyak dikunjungi itu dari segi keindahan, terus Buah Merah, Papeda dan aksesoris dari Papua lainnya,” katanya saat dikunjungi di stan, Minggu (7/5) malam.

Meskipun antusias warga begitu besar untuk meminta berfoto bersama, ia dan rekannya tetap menerima dan tidak pernah untuk menolak. Ia juga mengapresiasi keramahan masyarakat Aceh. “Masyarakat Aceh itu sangat ramah,” ujarnya.

Sementara, salah satu pengunjung, Ahmad mengatakan, ia mengunjungi stan asal Papua itu karena unik. Kemudian, ingin mengenal budayanya lebih dekat. Sebab, kata dia, selama ini sangat jarang event seperti ini berlangsung di Aceh. “Jarang-jarang kita bisa melihat secara langsung. Makanya saya mengunjungi tempat ini,” pungkasnya. [Randi]

Sumber: (https://www.kanalaceh.com/2017/05/08/stan-papua-di-penas-ktna-diserbu-pengunjung/)

read more
Berita Terkini

Peserta PENAS KTNA kagumi Mesjid Baiturrahman

Suasana samping kiri Mesjid Baiturrahman, pada perhelatan Penas KTNA, peserta Penas ramai mengunjungi tempat ini. (Kanal Aceh/Randi)
Salah satu mesjid bersejarah di Aceh, Mesjid Raya Baiturrahman menjadi salah satu tujuan objek wisata bagi peserta pekan nasional kontak tani-nelayan andalan (Penas KTNA ke XV). Mereka mengagumi keindahan dan arsitektur mesjid itu.
Mesjid yang sudah terpasang payung elektrik seperti mesjid Nabawi di Madinah Arab Saudi itu menjadi daya tarik bagi peserta Penas KTNA dari seluruh Indonesia.

Pantauan kanalaceh.com, usai pembukaan Penas oleh presiden Jokowi di stadion Harapan Bangsa Banda Aceh, Sabtu (6/6), peserta langsung berbondong-bondong menuju mesjid Raya Baiturrahman.

Salah seorang peserta Penas KTNA yang berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB), Zulhamdi mengatakan, ia dan rombongan dari NTB sengaja untuk menyempatkan diri berkunjung ke mesjid kebanggaan masyarakat Aceh tersebut.

Menurutnya dari berbagai media, selain mempunyai nilai sejarah, Mesjid Baiturrahman juga pernah menyelamatkan warga dari derasnya stunami 2004 silam.

“Hal inilah yang membuat saya takjub dan ketika ke Aceh saya harus mengunjungi tempat ini,” katanya saat dimintai tanggapannya terhadap mesjid Raya Baiturrahman di lokasi.

Kini, rasa penasarannya pun terjawab. Ketika menginjakkan kaki pertama kali ke Banda Aceh ia selalu penasaran ingin mengunjungi mesjid yang akan dijadikan pusat pengembangan peradaban Islam terbesar di Asia Tenggara tersebut.

Disamping itu, 12 payung elektrik yang terpasang dihalaman Mesjid Raya Baiturrahman menjadikan Mesjid ini tampak megah dan menjadikannya latarbelakang swafoto bagi pengunjung yang berada di lokasi mesjid.

Sementara, seorang peserta Penas yang berasal dari Jawa Timur, Syafie Anhar mengatakan semenjak ia berada di mesjid Baiturrahman, ia teringat dengan keindahan mesjid Nabawi. Menurutnya, meski tak sama persis, namun pancaran aura keislamannya sangat terasa.

“Kalau di Mekkah kan kota suci bagi umat islam dan di Aceh kota yang terkenal dengan syariat islamnya, apalagi keduanya memiliki mesjid yang hampir menyerupai,” ungkapnya.

Mesjid Raya yang sedang direnovasi tersebut tidak memperbolehkan pengunjung berada di halaman Mesjid, namun pengunjung masih antusias mengabadikan dirinya dengan berfoto di sisi kanan – kiri dan belakang mesjid.

Pengamatan kanalaceh.com, memasuki waktu sholat Ashar, sebagian pengunjung peserta Penas KTNA Di lokasi mesjid, menyempatkan diri untuk menunaikan sholat di Mesjid Raya Baiturrahman.

Selain itu, tentu saja mesjid ini menjadi destinasi wisata islami yang menarik minat wisatawan dari dalam dan luar negeri. Menawarkan kenyamanan bagi umat muslim yang ingin beribadah sekaligus bagi wisataman yang datang.

Diketahui, pada tahun 2016 lalu Masjid Raya Baiturrahman menyabet predikat daya tarik wisata terbaik dalam kompetisi Pariwisata Halal Nasional dan Kompetisi Pariwisata Halal Dunia di Abu Dhabi. Sehingga Mesjid ini layak dijadikan salah satu destinasi wisata halal yang berada di pusat kota Banda Aceh. [Randi]

Sumber: (https://www.kanalaceh.com/2017/05/07/peserta-penas-ktna-kagumi-mesjid-baiturrahman/)

read more
1 4 5 6 7
Page 6 of 7