close

Redaksi

Berita Terkini

Oknum Guru MIN Diadukan ke Kankemenag

* Dituduh pukul murid

SIGLI – Kasus pemukulan murid oleh oknum guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Kampong Asan, Kecamatan Kembang Tanjong, Pidie, telah dilaporkan ke Kankemenag setempat. Kasus itu dijadwalkan akan diselesaikan besok, Senin (9/12).

Menurut keteragann kepala MIN Kampong Asan, Drs Arbi, yang dihubungi Serambi kemarin menyebutkan, kasus dugaan pemukulan murid oknum guru di madrasah yang dipimpinannya itu telah disampaikan ke Kankemenag Pidie. Dijelaskan Arbi, peristiwa itu terjadi saat Bad seorang guru di madrasah itu menanyakan pada murid yang berada dalam kelas kelas V yang kebetulan saat itu belum ada guru yang masuk ke ruang tersebut. Sehingga proses belajar mengajar di kelas V belum berlangsung. Tiba-tiba masuk Bad ke ruang tersebut. Lalu, menanyakan kepada murid pelajaran apa hari ini. Kebetulan, sebagian murid menjawab pelajaran Penjaskes dan sebagian lagi menyebukan Quran Hadis.

Murid yang menjawab Panjaskes termasuk Islami Sadakta putri dari Fauzi dipanggil ke depan. Masih menurut keterangan Arbi, saat itu Bad menarik jilbab murid itu dan guru tersebut membantah memukul murid.

Kata Arbi, tindakan yang dilakukan oknum guru kemungkinan ada kaitannya dengan riwayat penyakit bahwa oknum guru itu menderita darah tinggi. “Kasus itu baru satu kali terjadi di MIN Kampong Asan. Saya juga telah menasehati Pak Bad, bahwa sekarang guru dilarang berbuat kekerasan pada murid,” katanya.

Sementara menurut Fauzi orang tua murid tersebut mengaku sangat kecewa terhadap prilaku oknum guru MIN Kampong Asan yang memukul anaknya. Katanta Fauzi, oknum guru itu merasa tersinggung dengan jawaban murid itu. Sehingga tak mampu membendung emosi dan memukul murid, sehingga murid kelas V MIN tersebut menangis. Seharusnya, tambah Fauzi jika ada masalah di rumah, guru tidak membawa ke sekolah, sehingga murid tidak menjadi korban. “Kami berharap kasus pemukulan terhadap murid tidak terjadi lagi. Kantor Kemenag Pidie harus memeberikan teguran dan mengevaluasi terhadap oknum guru tersebut,” pinta Fauzi.(naz)

read more
Berita Terkini

Kebijakan Tak Boleh Tinggal Kelas Masih Bingungkan Guru

1404276780x390SURABAYA, KOMPAS.com — Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang tak membolehkan siswa sekolah dasar tinggal kelas bertujuan baik agar siswa bisa berkembang sesuai dengan potensinya. Namun, kebijakan ini bisa menjadi tidak efektif jika tidak disertai perubahan metode belajar di kalangan guru.

Sejumlah guru juga masih kebingungan dengan kebijakan tersebut. ”Terus bagaimana jika siswa kelas I SD belum bisa membaca dan menulis, apakah harus naik kelas juga?” kata Sutini, Kepala SDN Suwanggaling IV Kota Surabaya, Senin (2/12/2013). Ia dimintai tanggapannya soal kebijakan baru Kemendikbud yang tidak membolehkan siswa SD tinggal kelas. Pemerintah juga menghapus kebijakan ujian nasional di sekolah dasar.

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud Ramon Mahondas mengatakan, penghapusan siswa tinggal kelas untuk memotivasi siswa meningkatkan potensinya. Karena itu, guru di 150.000 sekolah dasar akan segera diberikan pelatihan.

Murid yang belum memahami pelajaran tetap boleh naik kelas, tetapi harus mengulang pelajaran yang belum dikuasai. Bentuk penilaian rapor SD juga berubah, tidak lagi berisi angka-angka, tetapi berbentuk deskriptif untuk menilai sikap, keterampilan, dan pengetahuan. ”Penilaian di SD tidak ada angka, tetapi narasi,” ujarnya.

Kebijakan ini sebenarnya sudah diterapkan di negara-negara maju. Meski demikian, kebijakan ini menuntut guru memahami secara mendalam karakter dan potensi siswa.

Sulitkan anak

Menurut Sutini, jika anak dipaksakan naik kelas, justru akan menyulitkan anak karena materi pelajarannya lebih sulit. ”Guru yang melakukan evaluasi tentu lebih tahu kondisi setiap anak,” kata Sutini.

Hal yang sama dikatakan Wakil Kepala SD Katolik Santa Maria Kota Surabaya Christina Purtiwi. Menurut dia, naik tidaknya murid adalah otonomi sekolah yang disepakati dalam rapat dewan guru. ”Kami tidak akan paksakan anak naik kelas kalau kemampuannya belum memadai. Kepada orangtuanya pun kami jelaskan,” kata Christina.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SDK Santo Carolus, Surabaya, Florentinus Lusiyanto menyatakan kurang setuju jika sistem tinggal kelas ditiadakan.

”Jadi, apa gunanya mengukur keberhasilan siswa kalau pada akhirnya akan naik kelas semua?” kata Florentinus.

Sulit terukur

Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Dimyati juga masih belum memahami kebijakan pemerintah yang tidak membolehkan siswa SD tinggal kelas. ”Prestasi siswa akan sulit terukur,” ujarnya.

Sekretaris Dewan Pendidikan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Wijanarto justru memiliki pendapat berbeda. Menurut dia, sistem itu mendorong guru untuk lebih intensif memperhatikan siswa. Meski demikian, komposisi guru dan siswa harus dipertimbangkan. Jika menerapkan sistem itu, idealnya guru mengawasi maksimal 20 anak, sedangkan saat ini banyak guru yang mengajar 40 siswa.

read more
Berita Terkini

Rakyat Indonesia Berutang Banyak pada Guru….

1130391IMG-9007780x390JAKARTA, KOMPAS.com – Guru adalah sebuah pekerjaan yang menuntut profesionalisme. Guru adalah sumber inspirasi yang memacu perkembangan muridnya menjadi orang mandiri.

Guru pula sosok yang berada di garis paling untuk membentuk Generasi Emas Indonesia. Pada intinya, seluruh masyarakat Indonesia berutang banyak pada guru.

Demikian diungkapkan Board of Trustee Tanoto Foundation, Anderson Tanoto, terkait digelarnya kegiatan Gerakan Guru Indonesia Kreatif memeriahkan Hari Guru Nasional di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Dilaksanakan pada 25 November 2013 lalu, Tanoto Foundation menggelar acara tersebut dengan beragam kegiatan meliputi lomba mewarnai, lomba cerita rakyat, lomba peta buta, lomba stan terbaik, serta lomba pentas seni dan kreativitas guru dan siswa.

“Guru di Indonesia sangat penting di komponen negeri ini. Tidak hanya 3–5 tahun, tetapi juga seluruh masa depan di Indonesia tergantung pada kualitas guru,” kata Anderson kepadaKompas.com, Senin (2/12/2013).

Anderson menuturkan tentang pentingnya peran guru. Ia percaya, bahwa pendidikan adalah kunci menuju penanggulangan kemiskinan antargenerasi. Untuk itulah, pihaknya menggelar kegiatan ini sebagai salah satu bentuk kontribusi meningkatkan kualitas guru.

Sebagai hasil kerja sama antara Tanoto Foundation dan Asian Agri dan Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), puncak acara Gerakan Guru Indonesia Kreatif ini adalah pemecahan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) untuk pembuatan alat peraga pembelajaran terbanyak, yaitu sekitar 9.778 alat peraga terbuat dari sedotan oleh 1.569 guru dalam waktu 30 menit. Pemecahan rekor ini telah dilaksanakan Minggu (24/11/2013) lalu, dihadiri oleh Head of Tanoto Foundation Sihol Aritonang, Sekretaris Unit Implementasi Kurikulum Pusat Kemendikbud Efriyanto, dan Kapolda Riau Brigjen Condro Kirono.

Head of Tanoto Foundation Sihol Aritonang mengatakan, Tanoto Foundation telah menyelenggarakan program Pelita Pendidikan di tiga provinsi di Sumatera, yaitu di Riau, Jambi, dan Sumatera Utara sejak 2010. Program Pelita Pendidikan ini berupa program peningkatan kualitas pendidikan pada sekolah dasar di wilayah pedesaan. Di antaranya adalah program Pelita Sekolah Asri (Aman, Sehat, dan Ramah Lingkungan), Pelita Pustaka Lestari, Pelita Guru Mandiri, Pelita Sekolah Unggulan, 3E (Education, Enhancement, dan Empowerment), dan Forum Pelita. Realisasinya antara lain pembinaan 210 sekolah dasar, renovasi 94 ruang kelas, pembangunan 110 toilet di SD, dan melatih 2.500 guru SD.

Kepala Pengelola Perpustakaan SD Sering Barat, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Nur Hamimah, mengatakan SD Sering Barat merupakan salah satu sekolah dasar yang mendapatkan pelatihan pengelolaan yang ditujukan untuk para guru. Para guru diminta lebih kreatif dalam mendorong minat baca siswa agar mau membaca buku-buku di perpustakaan.

“Kami sangat berterima kasih. Berkat pelatihan kepustakaan dari Tanoto Foundation, perpustakaan kami menjadi lebih ramai. Banyak anak-anak yang membaca di perpustakaan dan mereka menjadi lebih termotivasi untuk membaca di perpustakaan karena kami berusaha menarik minat mereka dengan kegiatan kreatif setelah mendapatkan pelatihan,” ungkap Nur.

Selain itu, Tanoto Foundation memberikan bantuan berupa pengadaan buku-buku perpustakaan yang diputar atau ditukarkan ke sejumlah sekolah setiap tiga bulan sekali.

“Pemerintah daerah memang telah mengalokasikan dana cukup besar untuk pengembangan pendidikan. Tapi, pengembangan pendidikan dan peningkatan kualitas guru ini semestinya memadukan visi antara pemerintah dan swasta agar berjalan lebih baik,” timpal Bupati Pelalawan HM Harris.

read more
Berita Terkini

Tidak Ada Lagi Siswa Tinggal Kelas di SD

1112197-sem-ujian-nasional-780x390JAKARTA, KOMPAS.com — Ujian nasional untuk sekolah dasar, sekolah dasar luar biasa, dan madrasah ibtidaiyah mulai tahun 2014 dihapuskan. Selain itu, mulai tahun depan juga, tidak ada lagi murid sekolah dasar yang tinggal kelas.

Murid yang belum memahami atau menguasai pelajaran tetap boleh naik kelas, tetapi harus mengulang pelajaran yang belum dikuasainya. Bentuk penilaian rapor sekolah dasar juga berubah, tidak lagi berisi angka-angka, tetapi berbentuk deskripsi untuk menilai sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa peserta didik.

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Ramon Mohandas mengatakan hal itu sebelum Rapat Koordinasi Persiapan Implementasi Kurikulum 2013 dan Ujian Nasional 2014, Minggu (1/12) malam, di Jakarta. ”Penilaian di SD tidak ada angka, tetapi narasi,” katanya.

Untuk memperkenalkan sistem yang baru, kata Ramon, telah dilakukan pelatihan untuk guru pendamping yang turun ke lapangan. Mereka telah dijelaskan bentuk rapor, cara penilaian, dan pemberian angka. Pelatihan tahun depan mencakup 150.000 sekolah dasar, lebih besar dibandingkan tahun ini yang hanya mencakup 6.000 sekolah dasar.

Kepala Unit Implementasi Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tjipto Sumadi menambahkan, penilaian narasi dalam rapor harus menggunakan bahasa positif karena usia anak yang masih dalam batasan usia emas. Penilaian narasi juga harus bisa memotivasi anak untuk meningkatkan kemampuannya. ”Selama ini jika anak diberi nilai lima atau nilai merah, justru kurang baik dari sisi psikologis anak,” kata Tjipto.

Siapkan kisi-kisi

Meski ujian akhir diserahkan ke sekolah, kata Ramon, pemerintah tetap membuat kisi-kisi soal yang diserahkan ke sekolah agar ada standar kualitas soal. Kisi-kisi soal itu terdiri dari 25 persen dibuat pemerintah dan 75 persen dari satuan pendidikan yang berkoordinasi dengan kabupaten/kota serta provinsi.

”Keterlibatan pemerintah dalam membuat kisi-kisi soal jangan dianggap sebagai intervensi pemerintah. Semata-mata hanya agar ada standar kualitas soal, memudahkan sekolah sekaligus meningkatkan mutu sekolah secara bertahap,” kata Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud Dadang Sudiyarto.

Kisi-kisi soal itu sesuai dengan mata pelajaran yang akan diujikan, yaitu di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah meliputi mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA. Adapun untuk sekolah dasar luar biasa (SDLB), mata pelajaran yang diujikan adalah Matematika, Bahasa Indonesia, IPS, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Ujian sekolah untuk SD/SDLB/MI/Paket A/Ula akan diselenggarakan serentak pada 19-21 Mei.

Tahun lalu ujian nasional sekolah dasar dan sederajat diikuti 4,25 juta siswa di 148.361 sekolah.

Ujian nasional

Ujian nasional untuk SMP dan SMA sederajat masih akan tetap diselenggarakan. Sekretaris Jenderal Kemdikbud Ainun Na’im menjelaskan, ujian nasional tahun depan untuk SMA/MA/SMK sederajat, termasuk Paket C dan Paket C Kejuruan, dilaksanakan 14-16 April 2014. Sementara itu, UN susulan SMA/SMK sederajat pada 22, 23, dan 24 April 2014.

Adapun ujian nasional untuk SMP/MTs/sederajat termasuk SMPLN/Paket B/Usto (sekolah tingkat SMP nonformal di Kemenag) akan diselenggarakan pada 5-8 Mei. Sementara itu, UN susulan bagi SMP sederajat akan diselenggarakan pada 12, 13, 14, dan 16 Mei 2014. ”Nilai kelulusannya tetap minimal 5,5,” kata Ainun Na’im.

Ahli evaluasi pendidikan Elin Driana mengatakan, ujian nasional untuk semua jenjang pendidikan idealnya dihapus. Kalaupun sekarang masih diselenggarakan ujian nasional untuk SMP dan SMA sederajat, mestinya komposisi kelulusan berdasarkan rapor lebih besar daripada nilai UN. Saat ini untuk kelulusan siswa, komposisi nilai rapor 40 persen, sedangkan ujian nasional 60 persen.

”Sebab, nilai rapor lebih menggambarkan kondisi murid yang sesungguhnya. Guru juga lebih mengetahui kondisi dan kemampuan siswa sehari-hari,” kata Elin. (LUK)

read more
Berita Terkini

250 Siswa Ikut Festival Film Sains

BANDA ACEH – Sebanyak 250 pelajar SD, SMP dan SMA serta perwakilan guru mengikuti Festival Film Sains 2013 yang diselenggarakan Earth Hour Aceh, WWF Indonesia dan Goethe Institut di Balai Kota Banda Aceh, Sabtu (30/11). Festival ini dibuka Wakil Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal.

Dalam sambutannya, Illiza mengatakan, Pemko Banda Aceh menyambut baik penyelenggaraan festival film ini, dimana tahun ini Banda Aceh dipilih bersama 19 kota lainnya di Indonesia untuk menyelenggarakan kegiatan ini. “Kita harapkan film yang ditayangkan dapat meneruskan pesan-pesan untuk mengajak banyak orang paham tentang pentingnya mewujudkan energi keberlanjutan,” kata Illiza.

Menurutnya, Pemko bersama Earth Hour Aceh sejak 2012 lalu telah bersama-sama membuat gerakan efisiensi energi melalui kampanye Earth Hour dimana Pemko Banda Aceh berpartisipasi untuk ikut serta dalam aksi memadamkan lampu selama 1 jam setiap bulan Maret yang serentak dilakukan di kota lainnya. “Aksi padam lampu satu jam hanya awal untuk sebuah komitmen yang kami tunjukkan,” imbuhnya.

Ketua panitia festival film sains, M Syarif Al Hayat kepada Serambi mengatakan, festival film ini menampilkan 11 film dengan berbagai topik tentang energi, iptek, air, dan lingkungan hidup. “Selain menonton film, siswa kami ajak melakukan permainan dengan berbagai eksperimen serta menjawab berbagai kuis yang mengasah pemahaman mereka setelah menonton film,” ujarnya.

Sementara Koordinator Earth Hour Aceh, Chik Rini mengatakan, film-film yang ditayangkan di festival film tersebut mengajak siswa untuk menjelajah teknologi di bidang energi ramah lingkungan. “Kami berharap siswa tertantang untuk mrnciptakan teknologi sederhana bersumber dari energi yang ramah lingkungan seperti memanfaatkan sumber air, udara dan matahari,” kata Chik Rini.

Selain itu menurutnya, siswa diajak untuk lebih hemat memanfaatkan energi seperti listrik yang ada saat ini, karena masih menggunakan sumber dari bahan bakar fosil yang tidak berkelanjutan.(ni)

read more
Berita Terkini

ACDP Teliti Kebijakan Pendidikan di Aceh

Serambi Indonesia

ACDP Teliti Kebijakan Pendidikan di Aceh

Kamis, 28 November 2013 15:49

BANDA ACEH – Education Sector Analytical Capacity and Development Partrnership (ACDP), Rabu (27/11) kemarin meluncurkan program penelitian kebijakan pendidikan di Aceh yang dikenal dengan Education Policy Research in Aceh (EPRA).

Program yang didukung AusAID dan Uni Eropa ini dilaksanakan Bank Pembangunan Asia (ADB) dan secara resmi diluncurkan Asisten II Setda Aceh, Ir Teuku Said Mustafa di The Pade Hotel.

Untuk mendukung program ini, Pemerintah Aceh kemarin sekaligus membahas tiga topik yang menyangkut peningkatan kualitas dan relecansi pendidikan SMK di Aceh, penigkatan manajemen dan perencanaan tenaga guru di Aceh, dan evaluasi penggunaan dana otonomi khusus dan dana Migas.

T Said Mustafa pada peluncuran program tersebut mengharapkan para pakar dan praktisi pendidikan di Aceh untuk memberikan pemikiran yang maksimal dalam mencerdaskan anak-anak Aceh. Program yang melibatkan banyak stageholder di jajaran Pemerintah Aceh ini diharapkan bisa memberi harapan baru kepada dunia pendidikan.

Setelah program diluncurkan, sejumlah pakar dan praktisi pendidikan lewat rapat yang dipimpin Prof Dr Warul Walidin AK MA (ketua MPD Aceh) muncul berbagai pemikiran untuk melibatkan berbagai unsur terkait dalam menyiapkan tenaga pengajar, pendanaan, dan pelaksanaan pendidikan di lapangan.

Dalam pertemuan yang juga dihadiri sejumlah pakar pendidikan dari Unsyiah dan UIN Ar-Raniry, Kadis Pendidikan Aceh, Kakanwil Kemenag Aceh, Badan Pendidikan Dayah, dan Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Aceh muncul berbagai saran dan kritikan terhadap belum singkron produk guru bidang studi yang dihasilkan dengan yang dibutuhkan dan juga kualitas guru yang diluluskan.

Karena itu, selain melibatkan Unsyiah dan UIN Ar-Raniry, peserta rapat juga mengusulkan agar Aptisi (Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia) ikut dilibatkan dalam kelompok kerja yang dibentuk rapat Tim Koordinasi Pembangunan Pendidikan Aceh (TKPPA).(sir)

read more
Berita Terkini

Menjadi Guru

Oleh Jarjani Usman

“Barangsiapa yang menyeru kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun” (HR. Muslim).

Guru tentunya tak terbatas.  Tidak hanya manusia, hewan dan alam sekitar pun bisa dijadikan guru.  Tidak terbatas pada mereka yang menyebut diri guru, tetapi juga yang menggeluti pekerjaan lain.  Termasuk juga lebah, yang mengajarkan manusia contoh-contoh cara hidup yang baik.

Bekerja menjadi guru sangatlah mulia dalam pandangan Allah.  Apalagi mengajarkan yang baik, bermanfaat, dan diridhaiNya, sehigga disediakan pahala sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.  Di samping itu, Rasulullah juga pernah bersabda, “Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Jika hambaKu berniat melakukan suatu kebaikan, maka Aku menulisnya satu pahala kebaikan baginya walau ia belum melakukannya, dan jika ia melakukannya, maka Aku menulisnya dengan sepuluh pahala kebaikan yang serupa dengannya” (HR. Muslim).

Namun mulianya status guru bisa berubah menjadi bermakna terhina.  Hal ini terjadi bila meskipun bertugas sebagai guru, sebahagian orang tak berniat untuk bekerja serius untuk mencari ridha Allah. Hanya suka mengajak ke arah yang baik setiap hari, tetapi diri sendiri gemar melakukan berbagai kejahatan.  Sehingga jangankan layak menjadi guru untuk orang lain, untuk diri sendiri juga kadang tak mau diterima. Berbeda dengan lebah, yang senantiasa konsisten di jalan hidup yang baik.

read more
Berita Terkini

Apa Jadinya Jika Guru Demo dan Mogok Mengajar?

13855975261526901458_300x225Buruh demo. Dokter demo. Buruh demo, pabrik terlantar, tak berjalan, produksi mampet, perusahaan rugi besar. Dokter demo, pasien terlantar, rumah sakit kebingungan, merugi, akhirnya jadi sasaran demo pasien. Buruh dan dokter telah menunjukkan loyalitas profesi yang setengah baik. Kenapa setengah baik? Karena setengah ketidakbaikkannya adalah menelantarkan tanggungjawab profesi yang melekat pada keduanya.

Demo dan mogok kedua profesi tersebut penulis rasa sangat riskan dan berdampak besar bagi kelangsungan kehidupan keluarga. Perhatikan saja, demo kedua profesi tersebut menyentuh sisi tolak ukur kesejahteraan rumah tangga, yang meliputi tiga aspek, yaitu ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Buruh mogok, sisi ekonomi keluarga terancam. Dokter mogok, sisi kesehatan keluarga pun terancam. Tinggal satu lagi, sisi pendidikan.

Buruh dan dokter telah menunjukkan rasa solidaritasnya sebagai profesi yang terhormat, dan menunjukkan pada pemerintah betapa pentingnya posisi mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Tinggal satu lagi yang penulis pikir harus menunjukkan solidaritasnya sebagai profesi yang terhormat dan menunjukkan betapa pentingnya peran mereka di masyarakat. Ya, siapa lagi kalau bukan guru.

Penulis tidak memberikan gagasan untuk guru ikut berdemo ataupun sampai mogok ngajar. Tapi coba kita bayangkan kalau memang iya terjadi. Seluruh guru di belahan tanah air berdemo dan mogok ngajar, wah, pasti akan menjadi semacam people power.

Sebenarnya profesi guru sudah sejak lama menunjukkan betapa pentingnya mereka. Pikir lagi, darimana para pemikir negara, dan para ilmuwan Indonesia yang ada saat ini  kalau bukan dari hasil didikan para guru. Darimana prestasi-prestasi siswa dan mahasiswa Indonesia di kancah internasional kalau bukan dari didikan profesi guru. Para siswa saja bisa mengapresiasi guru mereka, masa pemerintah tetap ngotot gaji guru masih dibawah 3 juta (tuntutan buruh).

Sangat sulit dibayangkan jika guru demo dan mogok mengajar, siapa lagi yang akan mengajari anak-anak penerus bangsa belajar?! Buruh mogok, perusahaan kebingungan. Dokter mogok, pasien dan keluarganya kebingungan. Guru mogok, seluruh siswa dan orangtua di Indonesia pun akan kebingungan. Luar biasa dampak yang akan ditimbulkan jika ini terjadi. Cita-cita para orangtua untuk menjadikan putra-putrinya cerdas dan sukses dimasa depan, pupus sudah. Harapan negara untuk meneruskan kejayaannya, pun pupus sudah.

Teringat akan pertanyaan Kaisar Hirorito ketika Hirosima dan Nagasika dibom musuh ketika PD II. Dia tidak menanyakan berapajumlah buruh atau dokter yang tersisa, tetapi beliau bertanya ‘Berapa jumlah guru yang tersisa?’. Ini menyiratkan bahwa beragam profesi, baik buruh maupun dokter, diciptakan dari didikan para guru. Lalu di negara kita, kenapa bayaran buruh dan dokter bisa lebih tinggi dari guru.

Buruh bisa berdemo karena menuntut upahnya. Dokter bisa berdemo karena menuntuk kehormatan profesinya. Maka guru, ah, terlalu banyak alasan untuk guru menuntut penghormatan yang lebih ke negara ini.

read more
Berita Terkini

Pemkab Abdya bantu anak SDLB

BLANGPIDIE – Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) melalui Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertran) menyalurkan bantuan penunjang kegiatan belajar mengajar untuk para siswa Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) di Kabupaten Abdya, kemarin.

Bantuan yang diserahkan langsung oleh Kepala Disnakertran Abdya, Jasman itu berupa komputer bicara, alat peraga matematika, papan baca pemula, papan hitung pemula, tongkat lipat, bola kaki bunyi, rubik tunanetra dan manual, reglet saku dan stylus, alat bantu dengar serta alat bantu jalan tiga kaki.

“Penyerahan bantuan ini sebagai bentuk perhatian dari Pemerintah khususnya pemerintah Abdya untuk memberikan pendidikan yang layak bagi anak berpendidikan khusus. Hal ini sesuai dengan amanah bapak bupati, alat-alat yang kita berikan ini merupakan alat penunjang terbaik dengan kwalitas terbaik pula,” Ujar Jasman.

Dia Juga menambahkan, Pemberian alat-alat tersebut bersumber dari dana Otsus 2013 melalui plot anggaran Disnakerkran Abdya.

“Selain bantuan ini Pemkab akan terus mengupayakan memberikan bantuan penunjang lainnya, sehingga mutu pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus akan lebih baik,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Abdya, Drs Yusnaidi MPd kepada sejumlah wartawan terkait masalah itu mengatakan, pihaknya sangat berterima kasih dan akan terus berkoordinas dengan pihak terkait untuk menunjang pendidikan di Abdya.

“Kita harapkan bantuan seperti ini akan terus mengalir bukan hanya untuk anak-anak berkebutuhan khusus saja, tetapi juga seluruh elemen dunia pendidikan yang ada di Abdya,” Sebut Kepala Disdik Drs Yusnaidi MPd.

Dia juga mengatakan, saat ini SDLB Kabupaten Abdya telah mendapatkan beasiswa untuk seluruh anak berkebutuhan khusus dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

“Pemerintah melalui Kemendikbud telah memberikan Beasiswa yang diharapkan bisa membantu beban keluarga terhadap biaya pendidikan,” jelas yusnaidi.

Pada kesempatan itu, Yusnaidi juga menegaskan, bantuan tersebut hanya diberikan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus, mulai dari yang menuntut ilmu di Sekolah Luar Biasa (SLB) hingga yang sedang belajar di sekolah inklusi.

“Pemberian beasiswa ini tidak dipilih-pilih. Segela jenis kekurangan fisik dan mental, dan tingkat kecerdasan seperti apapun tetap diberikan beasiswa ini asalkan dia bersekolah,” tegasnya.

read more
Berita Terkini

Jokowi: Sekolah Rusak Harus Diprioritaskan

1218043sekolah-roboh780x390JAKARTA, KOMPAS.com – Robohnya atap SDN 05 Pagi Pademangan amat disesalkan oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Seharusnya, kata dia, Dinas Pendidikan memprioritaskan rehabilitasi gedung sekolah yang rusak sehingga tidak membahayakan siswa.

“Mestinya yang diberikan prioritas sekolah-sekolah yang sudah dalam posisi parah dan perlu perbaikan cepat,” ujar Jokowi di Balaikota, Jakarta Pusat, Rabu (27/11/2013) siang.

SDN 05 Pagi ini diketahui sudah masuk dalam usulan renovasi ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta. tetapi, anggarannya belum keluar.

Jokowi mengakui kelemahan yang terjadi soal pembangunan satu proyek terletak pada pemegang proyek tersebut. Seharusnya, kata Jokowi, pemegang proyek itu dilaksanakan oleh Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah, bukan dinas terkait. Namun, hal itu masih terbentur aturan untuk mengembalikan ke Dinas Perumahan dan Gedung sesuai fungsi dan peran.

“Problem besarnya memang ada di situ. Dinas Pendidikan itu tak ngerti konstruksi, dinas lain juga. Makanya nanti diurus,” lanjutnya.

Oleh sebab itu, Jokowi pun menginstruksikan dinas yang tengah membangun suatu proyek untuk melakukan fungsi pengawasan secara ketat agar peristiwa serupa tidak terulang.

read more
1 4 5 6 7 8 15
Page 6 of 15