Sobat ! siapa yang tidak tahu pentingnya keikhlasan
dalam amal ibadah anda. Betapa banyak atau betapa
sering kita mendengar bahkan kita mengucapkan: saya
ikhlas melakukan hal ini, atau itu, saya ikhlas memberi
ini dan itu, atau saya tulus melakukan ini dan itu untuk
anda. Dan masih banyak ucapan senada yang terucap
dari lisan kita.
Sobat! Pernahkah anda merenungkan makna ucapan ”
saya ikhlas” atau “saya tulus”?
Terdengarnya menyejukkan dan meyakinkan, namun
sejatinya sangat mencurigakan dan meragukan. Andai
benar benar tulus dan ikhlas, buat apa ketulusan dan
keikhlasan diucapkan dan bahkan diceritakan ke sana
dan kemari?
Andai benar benar ikhlas, mengapa ada rasa gembira di
saat dipuji dan sebaliknya tersinggung ketika ditolak
atau bahkan dimaki?
Sobat! Ketahuilah, sejatinya Orang yang benar benar
ikhlas adalah orang yang tidak berubah sikap atau
perasaan ketika dipuji atau dimaki. Pujian dan makian
sesama manusia bagi orang yang ikhlas tiada bedanya,
karena itu mereka lebih suka menyembunyikan
amalannya dibanding menampakkannya.
Demikianlah paling kurang gambaran tentang keihlasan
yang dapat kita simpulkan dari hadits berikut:
ﻭَﺭَﺟُﻞٌ ﺗَﺼَﺪَّﻕَ ﺑِﺼَﺪَﻗَﺔٍ ﻓَﺄَﺧْﻔَﺎﻫَﺎ ﺣَﺘَّﻰ ﻻَ ﺗَﻌْﻠَﻢَ ﺷِﻤَﺎﻟُﻪُ ﻣَﺎ ﺻَﻨَﻌَﺖْ
ﻳَﻤِﻴﻨُﻪُ “ﻭَﺭَﺟُﻞٌ ﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺧَﺎﻟِﻴًﺎ، ﻓَﻔَﺎﺿَﺖْ ﻋَﻴْﻨَﺎﻩُ
Diantara orang yang mendapat jaminan akan dinaungi di
bawah Aresy Allah kelak di hari qiyamah ialah : lelaki
yang menyedekahkan sebagian hartanya, lalu ia
merahasiakan sedekahnya sampai sampai tangan
kirinya tiada mengetahui apa yang disedekahkan oleh
tangan kanannya. Dan orang yang berdzikir mengingat
Allah di tempat sunyi, lalu kedua air matanya berlinang
menangis. ( Muttafaqun ‘alaih)