close

Admin Aceh Utara

Berita Terkini

Demi Lolos Seleksi PPPK, SDN 1 Dewantara Bekali Guru Honorer Materi Belajar

Jaringanpelajaraceh.com I LHOKSUKON – Kepala SD Negeri 1 Dewantara, Nurmala SAg, berharap guru honorer dibawah kepemimpinnya bisa lolos seleksi menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Untuk mendukung hasil tersebut, kata Nurmala, SDN 1 Dewantara membekali guru honorer materi pembelajaran yang akan diujikan nantinya. Kegiatan yang berlangsung di SDN 1 Dewantara ini, dimulai dari tanggal 26 sampai dengan 28 Agustus 2021.

“Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung guru honorer mempersiapkan diri agar lolos di seleksi PPPK. Harapan besar mereka bisa lolos seleksi nantiinya,” sebutnya.

Nurmala menjelaskan, bimbingan belajar atau pelatihan berbagai soal-soal untuk 3 kompetensi dalam PPPK, antara lain Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural, dalam menghadapi tes masuk guru PPPK bagi guru non PNS di SDN 1 Dewantara ini, sifatnya mandiri dan diprakarsai oleh SDN 1 Dewantara.

Ketua IGI Aceh Utara, Qusthalani, yang juga instruktur tunggal dalam bimtek ini memberikan semangat bagi para guru honorer agar bisa mempersiapkan diri untuk mengikuti seleksi PPPK. Sebab, kesungguhan semua guru honorer dalam seleksi, bisa menentukan masa depan anak-anak Indonesia.

“Yang saya berikan tak seberapa. Tapi kegigihan, semangat, dan keseriusan para peserta bimbtek akan membuktikan kelayakannya untuk menjadi guru PPPK melalui seleksi yang adil, bersih, dan demokratis,” tuturnya.

Diharapkan dalam kegiatan bimtek ini, hasilnya nanti bisa mencapai harapan para guru non PNS untuk bisa lulus dalam tes masuk menjadi guru P3K.

Peserta bimtek PPPK SDN 1 Dewantara ini terdiri dari guru kelas dan guru PAI, juga dari sekolah-sekolah tetangga lainnya yang mendaftar.

read more
Berita Terkini

COACH SAKESAKU IGI ACEH UTARA MOTIVASI SISWA RAUDHATUL FUQARA

Jaringanpelajaraceh.com I Lhoksukon – Coach Satu Kelas Satu Buku (SAKESAKU) IGI Aceh Utara, Sitti Aminah, menyambangi SMAS Raudhatul Fuqara Paya Bakong untuk memberikan memotivasi siswa menulis, Kamis (23/06).

Kepala SMAS Raudhatul Fuqara Paya Bakong, Saiful Bahri, menyebutkan kegiatan ini merupakan serangkaian kegiatan untuk motivasi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dan peningkatan mutu lulusan di SMAS Raudhatul Fuqara.

“Ini merupakan salah satu agenda kegiatan kami mengisi kekosongan dihari libur sekolah. Tidak hanya siswa, guru juga diberikan materi untuk bergerak bersama dan membawa perubahan menuju merdeka belajar,” sebutnya

Saiful berharap kegiatan ini mampu menjadikan siswa yang berprestasi dan lulus ke jenjang pendidikan yang diinginkan dengan kondisi pandemi ini. Siswa juga mendapatkan inspirasi dari siapa dan dimana saja.

Hasil akhir dari kegiatan ini juga akan lahir karya dari siswa dan guru, berupa buku antologi dan solo.

Ketua IGI Aceh Utara, Qusthalani menyebutkan, IGI Aceh Utara telah menyiapkan coach literasi yang handal. Hal ini dilakukan agar kemauan membaca dan menulis bisa tumbuh dan berkembang sejak dini.

“Kami gencar turun ke sekolah-sekolah di Aceh Utara lewat program Satu Kelas Satu Buku (Sakesaku) dan fokus ingin menghasilkan karya buku lewat program literasi sekolah,”sebutnya

SAKESAKU ini merupakan aplikasi dari satu program jangka panjang pengurus IGI Kabupaten Aceh Utara Periode 2016-2021, dari sekian banyak program lainnya yang ada di IGI. Aceh Utara konsisten melakukan roadshow ke sekolah-sekolah untuk memperkenalkan dan mengaplikasikan program ini.

“Prestasi siswa dimulai dari kemauan untuk membaca. Namun membaca saja tidak cukup, siswa juga harus bisa menciptakan karya. Merdeka belajar adalah menggali potensi diri dari setiap siswa di sekolah,” pungkasnya

Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 21 Juni sampai dengan 03 Juli 2021 ini juga menghadirkan coach KIR Pena Pase, Coach Literasi IGI Aceh Utara, Kabid Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh Utara, KSPL Nyalanesia, Tesol LPM USA Education, Australia, Aktivis Luar Negeri dan MPU Aceh Utara.

read more
Berita Terkini

New Normal, Sekolah Pupuk Iskandar Muda Dibekali Pelatihan Kelas Digital Rumah Belajar

Duta Rumah Belajar Provinsi Aceh Tahun 2018 Sedang Memberikan Materi di Lab Komputer SMPS Iskandar Muda, Selasa (23/06). (Foto: khaidir rasyid)

JARINGANPELAJARACEH.COM|Aceh Utara – Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih menyebar di berbagai negara, termasuk Indonesia. Meski demikian, tidak menyurutkan  pelaku pendidikan untuk bangkit dan tetap kreatif.

Bahkan sekolah jenjang Dikdas dibawah Yayasan Pupuk Iskandar Muda membekali 50 guru dengan pelatihan daring berbasis rumah belajar dan sijempol aceh.

Kegiatan yang bertajuk “Rumah Belajar Menyapa Guru Iskandar Muda”, digelar pada 23-24 Juni 2020 untuk jenjang SMP, dan 6-7 Juli 2020 untuk jenjang SD.

Kepala SMP Swasta Iskandar Muda, Khairul Bariah, S.Si mengatakan, sebagai sektor unggulan, pendidikan menjadi salah satu bidang yang terdampak signifikan oleh pandemi Covid-19.

Menanggapi hal tersebut, SMPS Iskandar Muda berupaya meningkatkan kompetensi guru dalam menghadapi pembelajaran diera pandemi ini.

“Guru merupakan garda terdepan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Perlu kompetensi TIK yang mumpuni dimiliki oleh guru penggerak untuk tetap melangkah maju menghadapi tantangan diera normal baru,” kata Bariah , saat Pembukaan Pelatihan Daring Berbasis Rumah Belajar dan Sijempol aceh, Selasa (23/6/2020).

Dalam pemaparannya, Bariah juga menjelaskan penting bagi pemerintah untuk membangun harmonisasi yang kuat dengan praktisi TIK dan organisasi profesi sebagai antisipasi dan pembekalan bagi para guru setelah pandemi berakhir.

Kegiatan pelatihan daring berbasis rumah belajar dan sijempol aceh terdiri dari 5 materi, masing masing materi diisi oleh Duta Rumah Belajar (DRB) Provinsi Aceh dan coach Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Aceh Utara.

Metode pelatihan daring ini meliputi teori, praktik, dan penugasan. Nantinya di akhir pembelajaran peserta diharapkan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh narasumber. Setelah kegiatan berakhir peserta yang dinyatakan berhasil akan mendapat sertifikat dari sekolah bekerjasama dengan IGI Kabupaten Aceh Utara.

Diakhir kegiatan Kepala SD Swasta Iskandar Muda, Mutiawati, S.Pd memberikan penghargaan kepada tim coach IGI Aceh Utara dan DRB Provinsi Aceh Tahun 2018.

“Saya mewakili sekolah dibawah Yayasan Pupuk Iskandar Muda memberikan penghargaan yang sebesar-sebesarnya kepada tim coach IGI Kabupaten Aceh Utara dan DRB Aceh. Pelatihan yang bermanfaat ini akan terus menjadi agenda tahunan kami, sebagai upaya membekali guru untuk meningkatkan kompetensi dibidang TIK. Pelatihan ini tidak hanya dalam menghadapi pandemi covid-19, tetapi juga dalam menghadapi tantangan pendidikan di era global nanti”, ujarnya

Ditempat terpisah, DRB Provinsi Aceh tahun 2018, Qusthalani juga mengapresiasi inisiasi yang dilakukan sekolah dibawah Yayasan Pupuk Iskandar Muda dalam menyelenggarakan pelatihan daring ini.

“Saya sangat mengapresiasi program sekolah swasta iskandar muda untuk meningkatkan kompetensi guru agar bisa menghadapi tantangan baru pascapandemi. Saya berharap para peserta bisa menunjukkan perhatian dan fokusnya pada pelatihan daring ini,” kata Qusthalani.

Dari Pelatihan Daring Rumah Belajar dan Sijempol Aceh ini diharapkan para peserta mampu meningkatkan kompetensi, menjaga motivasi agar tetap berfikiran positif dan optimistis dalam menghadapi pandemi Covid-19, serta mampu memberikan pelayanan sesuai protokol tatanan kehidupan baru.[]

read more
Berita Terkini

Optimalkan Pembelajaran Daring, SMAN 1 Samudera Laksanakan Workshop Rumah Belajar

JARINGANPELAJARACEH.COM, LHOKSUKON – SMAN 1 Samudera menggelar workshop bagi guru untuk dapat mengajar dalam jaringan (daring). Workshop yang dikemas dalam bentuk Aplikasi Learning Management System (LMS) portal rumah belajar berlangsung mulai tanggal 09 dan 10 Juni 2020.

Kegiatan ini dibuka oleh Kepala SMAN 1 Samudera Suharni Khairani, M.Pd . Pemateri Workshop ini merupakan salah satu Duta Rumah Belajar Provinsi Aceh Tahun 2018, Qusthalani. Berdasarkan pantauan media ini, para guru-guru peserta pelatihan yang jumlahnya terbatas tetap menjaga protokoler kesehatan covid 19.

Kepala SMAN 1 Samudera, Suharni Khairani, M.Pd, Selasa (09/06/2020) mengatakan kegiatan Workshop ini dilakukan untuk melatih para guru-guru agar lebih maksimal mengajar secara daring (Dalam Jaringan) pada program Belajar di Rumah (BDR) melalui pemanfaatan aplikasi buatan anak bangsa.

“Saat ini adalah masa-masa yang sangat sulit, akibat pandemi corona yang melanda dunia, sehingga proses belajar mengajar dengan siswa terpaksa dilakukan secara daring. Akan tetapi kita tidak menyerah dalam membantu guru-guru untuk meningkatkan kompetensinya, sehingga mereka bertambah pengetahuan dan siap dalam melaksanakan tugasnya walaupun dari rumah ”, jelas Khairani.

Khairani berharap guru dapat mengikuti dengan serius. Selain tatap muka, peserta juga akan dibimbing secara virtual. Diakhir pelatihan peserta wajib mempresentasikan produk yang dipelajari baik secara virtual nantinya.

“Harapannya setelah pelatihan ini guru mampu mengelola kelas secara daring dengan benar dan tepat sasaran. Untuk mendukung itu, sekolah juga menyediakan paket internet bagi guru dan penghargaan dalam bentuk sertifikat,”pungkasnya.

read more
Berita Terkini

Cegah Covid-19, SMKN 8 Lhokseumawe Bagi-bagi Masker dan Sanitizer

Warga SMKN 8 Lhokseumawe Laksanakan Bakti Sosial Cegah Corona

JaringanPelajarAceh.Com, Lhokseumawe – ada sekitar 600 masker, dan hand sanitizer dibagikan Kepala Sekolah dan dewan guru SMKN 8 Lhokseumawe kepada masyarakat sekitar, Senin (20/4). Kegiatan bakti sosial yang diselenggarakan oleh warga SMKN 8 Lhokseumawe mengambil lokasi di kawasan Simpang Kandang, Muara Dua Lhokseumawe yang tak jauh dari sekolah.

Menurut Kepala SMKN 8 Lhokseumawe, Salma, S.Si, baksi bakti sosial dengan membagikan paket masker dan hand sanitizer pada masyarakat Kota Lhokseumawe ini sebagai bentuk kepedulian terhadap warga yang terdampak langsung wabah virus corona.

“Baksos ini bentuk tanggungjawab moral kami pada masyarakat sekitar. Kami kumpulkan masker dari hasil produksi para guru dan donasi warga sekolah lainnya lalu diwujudkan dalam bantuan masker dan handsanitizer,” kata Salma.

Salma mengatakan, pembagian paket masker dimulai hari Senin pagi (20/4/2020), untuk 3 titik yaitu di lingkungan sekolah dimana masker dibagikan door to door atau kepada siapapun yang melintasi sekitar sekolah. di sekitar komplek perumahan ABRI Kandang dan terakhir di simpang Kandang kepada siapa saja yang lalu lalang.

Penanggung jawab kegiatan, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Wahdani, S.Pd, menyebutkan ada ratusan paket yang dibagikan langsung ke warga.

“Total ada 650 paket yang disiapkan, berisi masker dan Handsanitizer, masing-masing 600 masker dan 50 botol Handsanitizer,”pungkasnya.

Wahdani juga berharap kepada masyarakat untuk selalu mengenakan masker, supaya bisa bersama-sama memutus mata rantai penyebaran virus yang berasal dari Provinsi Wuhan, China tersebut.[]

read more
Artikel

Petunjuk Penggunaan Media Daring Sijempol Aceh

Fitur Utama Sijempol Aceh

Pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) telah menerapkan social distance measures. Ini merupakan upaya negara dalam melindungi warganya dari penyebaran wabah virus covid-19 atau biasa dikenal dengan nama corona.

Lalu apa itu social distance measures ?

Social distance measures jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah menjaga jarak sosial. Sedangkan dilansir dari The Atlantic, social distancing adalah tindakan yang bertujuan mencegah orang sakit melakukan kontak dalam jarak dekat dengan orang lain untuk mengurangi peluang penularan virus.

Efeknya kementerian terkait, tak terkecuali Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan surat edaran untuk menghentikan pembelajaran secara tatap muka di sekolah sementara. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk belajar secara daring dirumah.

Pemerintah Aceh, dalam hal ini Dinas Pendidikan Aceh melalui UPTD Balai Tekkomdik Aceh telah mengembangkan aplikasi Sistem Jejaring Media Pembelajaran Online (Si Jempol). Portal ini merupakan replikasi dari portal rumah belajar Pusdatin Kemdikbud.

Bagaimana cara menggunakan Si Jempol Aceh ini ?

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan tes diagnostik, pendidik telah menentukan daftar siswa yang akan mengikuti remedial. Kemudian pendidik menyiapkan materi, media yang telah dilakukan penyederhanaan untuk diberikan di Kelas Digital. Selanjutnya pendidik melakukan persiapan di Kelas Digital.

Berikut ini langkah-langkah persiapan di Kelas Digital.

Pendaftaran di Kelas Digital Bagi Peserta Didik

Sekolah sebagai penyelenggara, pendidik, dan peserta didik wajib melakukan pendaftaran di Kelas Digital jika akan membuka fitur Kelas Digital. Pendaftaran dapat diklasifikasikan sebagai penyelenggara, guru, dan siswa.

Berikut ini langkah-langkah pendaftaran di Kelas Digital. (pada panduan ini hanya diberikan contoh untuk pendaftaran sebagai siswa)

Langkah-langkah pendaftaran sebagai berikut:

1.Masuk ke portal Sijempolaceh di https://belajar.kemdikbud.go.id/sijempolaceh/

         Gambar 1. Tampilan awal Sijempolaceh Digital” dan muncul tampilan berikut

2. Pilih dan klik fitur “Kelas Digital’

Gambar 2. Tampilan fitur Kelas Digital

 

3. Klik “Daftar Sebagai Siswa” bagi yang belum memiliki akun di Sijempolaceh dan akan tampil pilihan pengguna sebagai siswa.

Gambar 3. Pilihan pengguna

 

4. Isi formulir yang tersedia lalu klik “Daftar”

5. Lakukan edit Profil dengan cara klik choise file bila diperlukan dengan mengupload Foto lalu klik simpan

6. Pilih menu cari kelas pada bagian atas di samping menu Dashboard

7. Anda dapat memilih sebuah kelas dengan “cari kelas sesuai mapel yang diinginkan ( Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Geografi, Ekonomi, Sosiologi) ” yang sudah tersedia.

8. Untuk dapat mengikuti kelas anda harus memasukkan kata kunci ” sijempolaceh”, lalu klik Daftar

Anda sudah dapat mengikuti kelas yang anda inginkan dengan membaca modul, mengerjakan tugas, mengikuti quiz dan diakhiri dengan mengikuti ujian

Berikut beberapa fitur yang dapat anda gunakan

 

Anda juga dapat mengikuti forum dan kegiatan belajar yang tersedia pada pilihan menu seperti diatas

Pada aplikasi sijempolaceh tersedia video belajar, ringkasan materi ajar seperti berikut ini:

Setelah selesai belajar anda dapat mengikuti ujian online diakhir halaman modul seperti berikut:

Setelah mengikuti quiz anda dapat langsung melihat penguasaan kompetensi yang sudah anda capai

Selanjutnya anda dapat melihat video tutorialnya pada laman

Silahkan mencoba semoga anda sukses dan bermanfaat

read more
Artikel

Guru Honorer Bak Buah Simalakama

Guru honorer merupakan profesi yang belum merdeka di negeri ini. Pemerintah membutuhkan sentuhan dingin para guru honorer, namun sisi lainnya para abdi negeri ini dicampakkan begitu saja tanpa sebab. Penulis bukannya tendensius ketika mengatakan seperti ini, bisa dilihat bersama di lapangan, dimana para guru honorer menjadi pembatunya sebagian oknum guru PNS.

Sekolah-sekolah memiliki tiga katagori pendidik, pertama guru PNS sertifikasi, Guru PNS non sertifikasi, dan guru honor. Guru honor tersebut juga dibagi lagi kedalam beberapa jenjang, mulai dari honor yang sudah sertifikasi, guru honor kontrak pemerintah daerah dan guru honor sekolah. Perbedaan mengakibatkan ketidakhormanisan sesama guru di sekolah dan sangat timpang dalam kesejahteraan. Apalagi guru honor sedang berada di ujung tanduk dengan berlakunya UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Dalam undang-undang ini jelas terlihat bahwa status kepegawaian yang dikenal oleh negara ada dua yaitu PNS dan Pegawai Pemerintang dengan Perjanjian Kontrak (PPPK). Kedua katagori tersebut untuk mendapatkannya harus melewati seleksi yang telah diatur oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB).

Diwacanakan UU Nomor Tahun 2014 akan diberlakukan pada tahun 2020 dan honorer tak diakui lagi. Pertanyaannya, kemana honor yang tidak melewati tes. Apakah akan dipecat. Lalu bagaimana dengan honorer yang sudah lama mengabdi kepada negara, apakah jasa mereka akan dibiarkan begitu saja. Para umar bakri yang sudah mengabdi puluhan tahun akan mudah dikalahkan oleh mereka para honor yang masih fresh graduate. Pasti kita ramai-ramai akan berteriak, negara tidak adil !

Penulis akan mengajak semua para pembaca berfikir secara jernih dan tak mengedepankan emosional dalam menjawabnya. Mari kita telaah bersama benang kusut ini yang tak pernah akan rapi kembali kecuali diputuskan dengan gunting sakti mandraguna.

Pertama kita refleksi bersama proses perektrutan honorer yang membludak saat ini, apakah melalui mekanisme yang profesional atau banyak yang titipan. Baik family, rakan kerja, kerabat dekat, atau juga ada surat keramat dari petinggi negeri ini. Kita sadari atau tidak, proses yang terjadi selama ini belumlah profesional dan tanpa adanya analisis kebutuhan. Profesional atau tidak, butuh atau tidak, mereka harus diterima di sekolah  dengan alasan yang penulis sebut di atas. Akibatnya, di sekolah terjadinya bagi-bagi jam seperti membagi kue bagi anak kecil. Memotong dan membaginya walaupun kecil yang didapatkan, dengan harapan terdaftar di dapodik dan diangkat menjadi PNS kelak.

Pemerintah daerah juga tak bisa bergeming, penumpukan guru honorer tak bisa menyalahkan pemerintah pusat saja. Dalam hal ini pemerintah daerah juga terus saja mengeluarkan SK guru honor, walaupun di daerah tersebut guru tak dibutuhkan lagi SK tersebut dikeluarkan secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi, yang penting uang jerih koleganya bisa cair. Ini bukan rahasia umum lagi. Namun ketika tuntutan kesejahteraan guru honor,  daerah seperti lepas tangan.

Kedua, distribusi guru apakah sudah sesuai kebutuhan. Penulis membaca sebuah artikel ditahun 2019, dimana Dinas Pendidikan Aceh akan mendata semua guru, baik honor maupun PNS. Tujuannya sangat mulia, sebagai pemerataan. Langkah pertama yang dilakukan adalah guru PNS wajib mengajar 24 Jam baik yang sudah sertifikasi ataupun belum, kalau jam tidak cukup maka wajib mengajar selebihnya. Pembagiannya juga sudah diatur, dengan sendirinya para guru harus bergeser dan mencari sekolah lain.

Nasib para guru honorer juga setali tiga uang. Mulai tahun 2017 dilakukan seleksi dengan nama Uji Kompetensi Guru Non PNS (UKG), mereka yang lulus akan diberikan gaji sesuai grade. Pada tahun 2019, dibuat aturan bahwa mereka wajib mengajar 12 jam di sekoah induk dan jika tidak maka SK Kontrak Provinsi tidak dikeluarkan lagi. Nah, lagi-lagi para honorer menjadi tumbal dan sungguh ironi kehidupannya. Satu sisi, ini langkah yang sangat baik dan spektakuler, namun disisi lain ini sangat merugikan. Penulis coba menarik jauh kebelakang, saat proses seleksi guru kontrak provinsi, guru honor yang sudah puluhan mengabdi tak pernah lolos grade nilai, sedangkan honorer yang baru satu bulan mengabdi langsung mendapatkan nilai terbaik dan memperoleh SK Kontrak Provinsi. Sungguh tidak adil, lagi-lagi pengabdiannya tak dihargai.

Berita mengejutkan kembali menggoyang nasib para honorer di daerah-daerah. Wacana pemerintah sepertinya tidak main-main dan diaminkan oleh Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Pusat, Ramli Rahim. Ketua IGI menginginkan pendidikan Indonesia bangkit, maka pendidik juga harus profesional. Ramli rahim juga menginginkan pemerintah memanusiakan para guru honorer, jangan sampai mengupah mereka lebih rendah dari upah para buruh. Jalan satu-satunya adalah dengan menjadikan mereka PNS atau tenaga kontrak pusat (PPPK).

Usul ini jelas tidak menyenangkan bagi para honorer, hal ini bisa dilihat demo besar-besaran dibeberapa daerah yang menolak penghapusan sistem honorer. Walaupun ini melanggar undang-undang, mereka tetap bersikukuh bahwa ini sudah sejalan dan harus diakomodir. IGI pun jadi bulan-bulanan para guru honorer karena menganggap tak pro honorer.  Organisasi guru yang mengedepankan kompetensi  dalam visi mulianya terus saja dibuli . Pertanyaannya, kita mau memetingkan kepentingan bersama atau kepentingan pribadi. Kita mau pendidikan bagus atau kita mau diri sendiri yang sukses. Apakah kita mau pendidikan kita hancur, akibat dari perekrutan tenaga pendidik yang tak melalui analisis secara mumpuni.

Penulis sangat memahami kondisi psikologis para guru honorer, dimana semua manusia yang normal butuh penghidupan yang layak. Pada posisi ini pemerintah seperti memakan buah simakalama, para honorer ini wajib dihargai dan tak boleh diupah lebih rendah dari para buruh, profesi guru adalah profesi yang sangat mulia. Namun pemerintah juga memerlukan tenaga yang profesioanal dalam mendidik anak bangsa. Sumber Daya Manusia yang terampil dan profesional menjadi tuntutan di era persaingan global saat ini. Para pendidik haruslah profesional untuk menghasilkan para peserta didik yang siap bersaing nantinya. Maka dibutuhkan analisis kebutuhan akan tenaga guru di seluruh pelosok negeri. Oleh karena itu, seleksi para guru honorer menjadi tenaga PPPK menjadi solusi. Namun, penulis berharap pemerintah mengakomodir masa bakti para cek gu tesebut. Komposisi lamanya masa kerja menjadi point penilaian dan diakumulasi dengan kemampuan akademik nantinya.

Nah, ketika pemerintah mengharapkan pendidikan di Indonesia bangkit dan maju, apakah semata-mata berada di pundak guru honorer semata. Apakah para honorer yang mengakibatkan rangking pendidikan kita menjadi anjlok. Lalu sejauhmana sudah kontribusi para guru PNS yang memegang sertifikat pendidik profesional alias sertifikasi selama ini. Berdasarkan beberapa riset selama ini, upah yang dibayar dua kali lipat tidak menunjukkan perubahan signifikan terhadap pendidikan di Indonesia. Jadi, pemerintah juga harus mengkaji kembali proses seleksi guru PNS yang sertifikasi tersebut, sehingga ketimpangan dan keadilan bisa hadir di negeri ini. Jangan sampai guru tidak mau mengupgrade kemampuannya. Penulis berharap para pemegang sertifikat pendidik dikaji ulang dalam lima tahun sekali. Tujuannya untuk mendapatkan SDM yang profesional dibidangnya. Para pendidik yang tidak lulus,maka ditunda sertifikasinya sementara. Para pendidik tersebut dikirim ke LPTK untuk diasah kembali kemampuannya sampai sesuai dengan grade yang telah ditentukan. Sudah pasti disini komposisi masa pengabdian menjadi nilai satu kesatuan dan harus diakomodir dalam penilaian nantinya.

Pemerintah berupaya dengan berbagai cara mendorong pendidikan di Indonesia untuk lebih maju dan segera mengejar impian tersebut. Tak bisa dipungkiri pemerintah dihadapkan pada pilihan sulit, namun pemerintah tak bisa menggunakan standar ganda dalam mencapai tujuan tersebut. Pemerintah wajib mengedepankan tenaga yang terampil dan profesional, baik guru PNS maupun honorer. Penulis juga berharap pada para pendidik yang masih honor harus legowo karena jangan sampai kita mewariskan pendidikan boh bingko bagi anak cucu kita. Pemerintah daerah juga jangan menutup mata dengan persoalan ini, bagaimanapun para guru honorer telah berjasa bagi negeri. Jangan melimpahkan semuanya ke pemerintah pusat. proses perekrutan yang amburadur adalah dosa kita bersama. Semoga guru benar-benar menjadi profesi yang mulia di negeri ini.

*Qusthalani, Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Aceh Utara

read more
Artikel

Menelisik Metode Les Pra UN Ala Guru Les Inti

Khaidir Rasyid, Sekretaris IGI Kabupaten Aceh Utara

Oleh: Khaidir Rasyid*

Ujian Nasional (UN) merupakan kegiatan rutinitas negara diujung suatu jenjang pendidikan. Walaupun UN hanya menjadi pemetaan bagi pemerintah saat ini, tetapi masih banyak yang phobia ketika mendengar kata-kata UN. Sebuah ujian bak permaisuri cantik yang menjadikan para perjaka berjuang untuk meraih hatinya, Itulah kondisi UN saat ini. Tak ada yang peduli tujuan UN itu sendiri, semua mempertahankan gengsi  bagaimanapun sekolah dan daerah tertentu berjuang untuk meraih nilai ujian tertinggi. Sang permaisuri akan jatuh kepelukan sang perjaka ketika sudah diraih hatinya, sekolah maupun daerah akan bisa membusungkan dada ketika ujian nasionalnya diatas rata-rata. Akibatnya apa ?, siswa yang menjadi korban. Mereka akan melihat ujian ini ibarat hantu blau yang harus punya mantra sakti mandraguna untuk melawannya.

Itulah fenomena yang terjadi baru-baru ini di sebuah provinsi yang ada di ujung sumatera yaitu Provinsi Aceh. Sebuah provinsi yang berbeda dan menginginkan sesuatu berbeda. Kewenangan sebagai daerah otonomi khusus, self government dijadikan kambing hitam ketika melahirkan sebuah gagasan. Kita tahu bersama dari beberapa media baik online maupun cetak, yang bahwa Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh dalam upacara penandatanganan kontrak dengan ratusan kepala SMA/SMK di Aceh, salah satu point penting disana adalah sekolah harus memastikan nilai UN meningkat dan persentase kelulusan di PT juga meningkat. Lagi-lagi UN menjadi seksi diperbincangkan, ujian ini bisa membuat seorang pimpinan daerah bisa membusungkan dada di depan para koleganya.

Apa konsekuensi dari kontrak yang fenomenal tersebut ?

Kepala dinas dalam hal ini cabang dinas pendidikan dibeberapa daerah memutar otak bagaimanapun caranya nilai UN tahun ini harus meningkat. Kepala sekolah juga memikirkan metode yang praktis dan mumpuni untuk mendongkrak nilai UN itu sendiri. Imbasnya adalah guru dan siswa yang harus mengerjakan keinginan nafsu birahi para pemimpin diatasnya.

Bukan Aceh namanya, kalau tidak melahirkan gagasan yang spektakuler. Tuntutan atasan demi menjaga kehormatan para kepala sekolah, maka kumpulan kepala sekolah di suatu daerah melahirkan sebuah metode les yang dinamakan dengan Guru Les Inti Pra UN.

Penulis coba menjelaskan secara singkat apa itu Guru Les ini pra UN.

Guru ini merupakan guru yang telah ditetapkan oleh MKSS dan disetujui oleh cabang dinas pendidikan, kemudian ditempatkan di beberapa sekolah yang berbeda. Indikator pemilihan guru inti ini juga masih menjadi tanda tanya, kemudian metode penempatan di beberapa sekolah tersebut juga absurd. Saya yakin dan percaya para penanggungjawab motode les guru inti tersebut punya alasan tersendiri. Mengapa tidak dilakukan penyilangan dalam penempatan guru inti. Perlu dipahami bersama, guru inti yang dimaksud disini bukanlah guru inti program Kementerian Pendidikandan Kebudayaan. Dimana pemilihan guru didasari dari prestasi dan kempetensi mereka dilihat dari nilai Ujian Kompetensi Guru (UKG).

Penulis akan menelisik dan menguraikan dari sisi manajamen seberapa efektif pelaksanaan les pra UN dengan metode guru les inti.

Mutu pendidikan adalah gambaran atau karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menentukan kemampuannya. Penentuan mutu pendidikan harus mencakup input, proses, dan output pendidikan. Ketiga komponen tersebut mengikat dan harus seiring berjalan. Kalau menginnginkan outputnya bagus, maka inputnya dan proses yang dilaksanakan juga harus sejalan.

Pertama input, siswa yang hadir ke sekolah memiliki beragam potensi dan kemampuan. Ketika para siswa ini dipaksakan untuk menelan angka-angka, maka hasilnya juga belum tentu mereka mampu semua. Kalau dalam bahasa Aceh sering diplesetkan Boh ara han mungken jet ke asoe kaya (buah tin tak mungkin bisa jadi srikaya). Jadi anak-anak yang mengenyam pendidikan di daerah 3T belum tentu sama kemampuannya dengan anak-anak di perkotaan. Pemaksaan peningkatan nilai UN secara menyeluruh bagi penulis adalah perampasan hak kebebasan anak dalam belajar.

Kedua proses, dalam hal ini kita melihat dalam menghadapi UN berbagai macam cara dan metode yang digunakan sekolah untuk gengsi dan dianggap hebat sesama koleganya. Apakah kita pernah menganalisis efektifitas program yang akan kita laksanakan. Sebagai contoh les UN melalu metode guru les inti, kita tahu guru yang memegang tanggung jawab tersebut adalah guru yang sama cuma akan menguliti soal-soal UN di sekolah yang berbeda. Lalu apa bedanya ketika mereka mengajar di sekolah sendiri. Toh SDM nya juga sama  Lalu bagaimana perekrutan guru les inti tersebut ? apakah ada diseleksi dan dipaksakan untuk menjawab soal-soal UN. Pertanyaannya, bagaimana bisa seorang guru yang akan menguliti soal-soal UN, namun kemampuan mereka masih dipertanyakan.

Penulis dalam hal ini bukan pesimis, namun bisa dilihat kemampuan guru kita secara nasional berdasarkan nilai UKG. Aceh berada pada peringkat 15. Kemudian kita ketahui bersama, para guru inti tersebut adalah kebanyakan guru senior dan banyak tugas diluar dari jam mengajar. Sejauhmana kita yakin mereka akan fokus dalam menyelesaikan soal-soal UN dengan berbagai jurus. Bukanlah guru les pra UN mendidik siswa, tapi mereka harus mengajarkan ke siswa bagaimana menjawab soal dengan cepat dan benar. Siswa harus mengejar angka, tak perlu memahami konsep darimana dan untuk apa.

Solusi Cerdas

Penulis ingin memberikan beberapa solusi yang mungkin bisa dijadikan referensi dalam peningkatan nilai ujian nasional nantinya. Pertama, sekolah bisa bekerjasama dengan bimbingan belajar (bimbel) khusus UN. Kita tahu bahwa bimbel merupakan lembaga profesional yang diisi anak-anak muda dan memberikan solusi cepat dalam membahas soal. Anak muda yang masih fresh graduate memiliki segudang jurus digjaya dan akan membabat habis soal-soal UN.

Kenapa harus bimbel ?

Praharesti Eriany, dkk. pada 2014 pernah mempublikasikan hasil penelitiannya dalam Jurnal Psikodimensia. Ia melakukan penelitian terhadap 48 responden siswa yang mengikuti bimbel di Primagama, Semarang. Hasilnya: dari 48 responden didapat sekitar 89,12 persen mengikuti bimbel karena dipengaruhi oleh motivasi intrinsik atau dorongan dari internal mereka. Sementara sisanya 10,88 persen dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik (ekstrenal). Artinya siswa ketika mengikuti bimbel lebih bersemangat dibandingkan dengan yang diajarkan oleh guru mereka sendiri.

Kedua, kalaupun metode les pra UN dengan Guru les inti ini tetap harus dijalankan maka perlu adanya telaah sederhana. Perlu adanya refleksi sebelum diterapkan. Analisa sederhana tak perlu waktu yang banyak. Para pengambil kebijakan perlu memetakan sekolah mana yang memiliki guru dengan kompetensi mumpuni. Sekolah mana yang wajar dan layak untuk didongrak nilai UN nya. Penulis dalam hal ini tidak menafikan sekolah-sekolah lain, namun seperti dijelaskan sebelumnya setiap anak itu istimewa dan memiliki potensi yang berbeda-beda. Guru yang telah dipilih tadi diseleksi dengan menyelesaikan soal-soal UN. Nah guru yang mampu menyelesaikan soal itulah yang akan menjadi tutor nantinya.

Tetapi walau bagaimanapun, penulis sangat mengapresiasi akan niat baik para pimpinan kita. Terobosan-terobosan terus dilahirkan untuk membantu anak bangsa dalam meraih cita-citanya. Penulis melihat sikap yang begitu berani di negeri misteri ini dilakukan oleh pencetus ide guru les inti tersebut. Bagi saya, pendidikan anak jangan coba-coba.

*Khaidir Rasyid, Sekretaris IGI Kabupaten Aceh Utara dan Mahasiswa Pascasarjana IAIN Jurusan Manajamen Pendidikan

read more
Artikel

Guru Youtuber, Kenapa Tidak ?

 

Oleh: Qusthalani*

Tidak bisa dipungkiri, bahwa kondisi pendidikan di negeri kita saat ini babak belur. Dari   sisi SDM misalnya, yang dihasilkan oleh pendidikan kita jauh dari harapan. Saat ini, hampir di seluruh kota-kota besar tawuran antar pelajar, seks bebas, narkoba, dan perilaku rusak lainnya seolah-olah menjadi ‘teman karib’ para pelajar sekarang. Kepribadian mereka kacau; tidak tersentuh sama sekali nilai-nilai Islam. Memang, ada pelajar-pelajar yang berprestasi dan berkepribadian tangguh, namun jumlah mereka tidak sebanyak pelajar yang ‘bermasalah’.

Di tingkat lulusan sarjana, saat ini jumlah penganggurannya sudah diambang angka yang mengkhawatirkan. Jika ini terjadi maka problem sosial baru akan bermunculan. Jika ditanya, apa penyebab utama dari carut-marutnya pendidikan di negeri ini, maka penyebabnya bersifat sistemik

Saat ini kita hidup dalam ‘dunia datar’ yang bernama Globalisasi. Sebuah dunia dimana revolusi teknologi informasi dan komunikasi menjadikan bumi seakan berada dalam genggaman tangan manusia. Sebuah dunia yang semakin mendekatkan jarak dan mempercepat waktu proses aktivitas manusia. Sebuah dunia yang membuat interaksi antar manusia tidak lagi terikat batas ruang dan waktu.

Globalisasi bercirikan satu kata terpenting yaitu ‘GloboCapitalism’. Sebuah proses pengglobalan ideologi kapitalisme. Globalization means, then, the extension of the capitalist way of life to all corners of the globe. Demikianlah globalisasi. Ya! Globalisasi bercirikan masuknya ideologi kapitalisme secara paksa dan suka rela dalam setiap aspek kehidupan umat manusia: aspek pemerintahan, ekonomi, sosial, hukum, pendidikan, politik luar negeri dan lainnya. Noam Chomsky mengatakan globalisasi sebagai a conspiracy of the Western elite to establish private tyrannies across the world.

Perlu digaris bawahi, globalisasi adalah tsunami ideologi yang menghantam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan negara dalam skala global. Istilah tsunami ideologi lebih tepat karena kapitalisme telah menggeser kehidupan manusia menuju kubangan krisis multi-dimensi. Kita semua tentu akrab dengan berbagai nama krisis, seperti krisis ekonomi, krisis finansial, krisis lingkungan, krisis moral, krisis sosial, krisis spiritual dan berbagai krisis lainnya. Sayangnya krisis-krisis ini tidak serta merta membangkitkan kesadaran manusia untuk bangkit dan meminta pergantian ideologi. Alih-alih mengubah haluan ideologi, malah sebagai diantara kita masih banyak yang setia dengan ideologi ini. Sebuah ideologi yang terbukti ketidaklayakannya mengatur manusia.

Apa kaitan fenomena global itu dengan pendidikan? Apa pula hubungannya dengan multiple intelligent pada pendidikan? Apa pula kaitannya dengan peranan intelektual serta praktisi pendidikan dalam proyek pembangunan? Berikut akan dijawab pertanyaan-pertanyaan ini sebagai wacana awal yang segar dalam dunia pendidikan.

Kenyataannya, globalisasi juga menghantam telak dunia pendidikan secara global, termasuk pendidikan di Indonesia. Dampak dari reformasi pendidikan ini bagi sebagian kalangan memiliki sisi positif. Penyelenggaraan pendidikan di sebagian lembaga pendidikan tinggi semakin professional. Fasilitas pendidikan semakin membaik. Metode pembelajaran semakin inovatif. Kurikulum dan output semakin kompatibel dengan pasar. Artinya, dengan kondisi ini output pendidikan semakin sesuai dengan hasrat stakeholder utama globalisasi, yaitu industri dan pasar. Lembaga pendidikan semakin mengukuhkan posisinya sebagai lembaga pencetak buruh/pekerja yang professional.

Namun, bagi sebagian yang lain reformasi pendidikan memiliki sisi negatif, yaitu pendidikan secara umum hanya mencetak manusia professional yang pragmatis dan minim akan nilai spiritual, moral dan sosial. Disamping itu, bidang-bidang yang jauh dengan dunia industri seperti budaya, agama, sejarah akan semakin ditinggalkan karena tidak “laku”.

Reformasi pendidikan telah berubah secara signifikan sampai menuju pendidikan abad 21 atau biasa disebut juga dengan pendidikan 4.0. Era ini teknologi menjadi keseharian masyrakat. Mereka tidak bisa hidup tanpa adanya sebuah metadata dalam lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu sebagai pendidikan yang memiliki pendidikan abad 20 dan menyiapkan anak didik abad 21 harus mampu menyesuaikan perkembangan ini.

Heutagogi tidak hanya berorientasi pada usaha penguasaan suatu kompetensi tertentu saja, melainkan juga pada tingkat peningkatan kapasitas dan kapabilitas kompetensi tersebut. Output yang ingin dihasilkan dari penerapan heutagogi ini adalah generasi-generasi yang memiliki kompetensi tertentu dengan kapasitas mengembangkan dan kapabilitas menerapkannya pada berbagai situasi dan kondisi dilapangan yang selalu berubah dan berkembang atau dengan istilah lain generasi pebelajar seumur hidup yang selalu berkembang

Oleh karena itu, jika pendidikan 4.0 kita hari ini diarahkan pada penerapan heutagogi, maka kemampuan metakognitif, kemampuan memahami dan merumuskan visi ke depan harus mulai diajarkan sejak tingkat pendidikan awal.

Tidak sedikit generasi muda kita hari ini yang masih belum menentukan apa yang ingin dicapainya di masa depan atau tidak tahu sama sekali apa yang harus dicapai dan dilakukannya di masa depan.

Kurangnya kemampuan dan kesadaran untuk memahami tujuan hidup, kecenderungan belajar dan gaya belajar yang dimiliki secara tidak langsung menghambat usaha-usaha dalam pengembangan diri, baik kepribadian, kompetensi serta kapasitas dan kapabilitas pribadi.

Meskipun memang, heutagogi masih belum cocok untuk diterapkan disemua bidang keilmuan, karena berpotensi menimbulkan kekacauan dalam hal penguasaan suatu keahlian tertentu. Heutagogi juga masih belum menemukan formulanya yang tepat untuk diterapkan pada jenjang pendidikan  awal. Inilah mungkin tantangan dalam penerapan heutagogi ke depan, yaitu menemukan dan memastikan suatu formula yang tepat untuk diterapkan pada semua jenjang pendidikan dan semua bidang kajian.

Fokus utama pemerintah saat ini adalah bagaimana menghasilkan output peserta didik yang mampu bersaing secara global. Sistem pendidikanpun dipersiapkan dengan mengkolaborasi berbagai model dan tatanan pendidikan kita di Indonesia. Namun, tidak bisa dipungkiri mutu pendidikan harus dibarengi dengan kesejahteraan pendidik itu sendiri. Bagaimana mungkin pendidik bisa melakukan tugasnya secara sempurna, tanpa adanya kenyamanan dan keamanan dalam bekerja.

Menanggapi fenomena tersebut, pengamat pendidikan dari Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta), Bolawi menegaskan, untuk memajukan pendidikan di Kukar, kesejahteraan guru, baik yang berstatus PNS atau honorer harus diperhatikan. Karena pada dasarnya mereka memiliki tugas yang sama untuk memajukan pendidikan.

Selain itu, dikatakan Dosen FKIP Unikarta itu, pemerintah juga berkewajiban untuk meningkatkan kualitas, kompetensi, dan profesionalisme guru. Salah satunya dengan memberikan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan. “Pemerintah harus lebih selektif dan giat lagi dalam menjalankan program beasiswa,” imbuhnya.

Irhan, Mardiana, dan Abdul Rahman adalah representasi dari 1.300 guru yang mendedikasikan seluruh hidup dan kehidupannya untuk membangun dunia pendidikan. Memberikan kesejahteraan dan meningkatkan kompetensi guru menjadi tanggungjawab pemerintah. Dan membangun pendidikan memerlukan partisipasi semua kalangan, baik orang tua, guru, pemerintah, dan masyarakat pada umumnya.

 

Youtube Sebagai Media Pembelajaran

Internet, termasuk di dalamnya Youtube, menurut saya mirip seperti pisau. Pisau jika dipegang oleh ibu-ibu rumah tangga bisa menghasilkan karya masakan istimewa yang membuat para suami semakin jatuh cinta. Namun jika pisau tersebut dipegang oleh penjahat, kita bisa membayangkan dampak kerusakan apa yang akan terjadi akibat sebilah pisau, mungkin bisa digunakan untuk menodong, memeras bahkan mungkin juga bisa untuk membunuh.

Demikian juga youtube, bagi para pecinta musik, ia bisa digunakan untuk mengunggah ataupun mengunduh video klip, bagi para motivator, youtube bisa menjadi sarana memotivasi diri dan orang lain melalui video-video ceramah motivasi, bagi pecinta film, youtube bisa dimanfaatkan untuk mencari potongan-potongan film yang disukai, sebagaimana youtube juga banyak digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk menampilkan video-video bernuansa pornografi maupun pornoaksi.

Pada situasi seperti ini, kita (para pelaku dunia pendidikan) perlu ikut “bermain” dalam persaingan mengisi kontain berkualitas di internet. Sudah saatnya bagi para pendidik untuk memanfaatkan youtube sebesar-besarnya. Bukan hanya untuk mencari video, namun juga untuk mengunggah video-video yang dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran. Upaya optimalisasi youtube dalam dunia pendidikan dengan demikian dapat dilakukan dalam dua cara. Pertama, youtube dapat digunakan untuk mencari dan mengunduh video-video yang relefan dalam proses pembelajaran. Kedua (dan ini yang ingin saya tekankan), melalui youtube para pendidik sudah saatnya ikut berpartisipasi dalam mengisi kontain di youtube dengan berbagai video pembelajaran.

Para guru perlu mengembangkan berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk membuat sebuah video sebagai media pembelajaran. Mulai dari melakukan analisis kurikulum untuk menentukan materi apa saja yang tepat dikembangkan menggunakan video, keterampilan mengambil gambar (shooting), keterampilan mengedit video (video editing), hingga teknik upload di youtube. Seluruh keterampilan tersebut bukan keterampilan yang sulit, ia hanyalah keterampilan yang butuh untuk dipelajari dan digunakan. Seiring perjalanan waktu, kita akan menemukan cara terbaik dalam memproduksi video untuk ditampilkan di youtube.

Jika proses ini dikerjakan, maka kita akan melihat bahwa chanel di youtube akan diisi oleh berbagai kontain yang memiliki nilai yang tinggi. Bukan sekedar tayangan-tayangan yang tidak ada gunanya atau bahkan menjurus pada pornografi dan atau porno aksi.

Pada konteks ini, kita harus berikhtiar untuk membuat sebuah chanel di youtube yang berisi berbagai peragaan pembelajaran. Walau masih jauh dari ideal, teknik pengambilan gambar, teknik editing, bahkan dari segi isi masih nampak terlalu sederhana. Namun bagi kita ini merupakan awal untuk terus berkarya, memberi yang terbaik untuk anak-anak negeri. Jikalau pendidik sudah mampu berfikir kearah sana, selain membantu pendidikan di Indonesia, pendidik tersebut juga dapat mandiri dengan penghasilan dari sebuah teknologi informasi yaitu Youtube.

 

Wassalam,

*Qusthalani, S.Pd, M.Pd, Guru SMAN 1 Matangkuli

read more