close

hantutiga

Berita Terkini

Peningkatan Mutu Guru

Dewasa ini pendidikan adalah salah satu aspek yang sangat mendapatkan perhatian oleh pemerintah. Pendidikan yang berkualitas sangat diperjuangkan dewasa ini. Beragam cara ditempuh untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Milyar atau bahkan triliun rupiah dana dikucurkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Salah satu dari beberapa aspek dalam peningkatan mutu pendidikan ini adalah dengan ,meningkatkan kompetensi pengajar dalam hal ini tentu adalah guru. Guru sejatinya yang menjadi ujung tombak bagi peningkatan kualitas pendidikan. Tanpa guru yang berkualitas sudah pasti tidak akan bisa di hasilkan murid yang berkualitas. Rumusnya adalah bahwa jika kita membawa segenggam beras di tangan dengan berjalan kearah sepuluh meter ke depan dengan jumlah sekitar 100 butir beras sudah pasti jika kita letakkan beras tadi ditempatnya semula jumlah beras tadi tidaklah akan sampai seratus. Jika ilmu yang di sampaikan oleh guru tidak banyak karena keterbatasan kompetensi sudah pasti ilmu yang akan di dapatkan anak didik juga tidak banyak jumlahnya. Maka peningkatan mutu  guru adalah sesuatu yang mutlak dilakukan.

Salah satu peningkatan mutu guru adalah dengan proses pendidikan dan pelatihan atau yang lazim disebut dengan diklat. Melalui proses diklat, diharapkan guru dapat meningkat kompetensinya. Maka sangat banyak diklat dilaksanakan oleh beragam instansi penyelenggara diklat, baik itu yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat maupun instansi di daerah.

Pada kenyataannya terkadang efektifitas diklat sangat kecil pengaruhnya terhadap peningkatan kompetensi guru. Hal ini bisa di sebabkan oleh beragam aspek. Salah satu aspek tersebut adalah kualitas penyelenggaraan diklat yang sangat rendah. Banyak sekali sekarang ini diklat yang asal-asalan dilaksanakan. Banyak diklat yang dilakukan dengan prinsip asal dana cair. Maka akibatnya semua kegiatan pun dilaksanakan dengan prinsip asal. Dari mulai perencanaan, pemanggilan peserta, pendaftaran, pembukaan, materi dan sampai penutupan semua serba asal-asalan. Hal ini di perparah lagi oleh minimnya kualitas dari sang widyaswara atau instruktur. Dengan materi tidak berkualitas di tambah dengan penyampaian yang tidak menarik, klop lah sudah suatu diklat menjadi diklat asal jadi saja. Yang menjadi korban akhirnya adalah guru dan lembaga.

Maka hendaknya semua pihak harus senantiasa berada pada koridor bahwa semua pekerjaan pada dasarnya adalah ibadah. Apapun pekerjaan pada dasarnya bernilai ibadah manakala kita melaksanakan semua kegiatan dan pekerjaan kita dengan niat ikhlas semata karenaNYA.

Betapa menyedihkannya jika kita bertemu dan berbicara dengan seorang guru yang berada di pedalaman Aceh. Untuk pergi memenuhi panggilan diklat di Jawa sana harus mengeluarkan biaya lebih dari tiga juta rupiah atau bahkan lebih. Untuk mencapai ibu kota provinsi dia harus menempuh perjalanan berjam-jam, karena harus naik kapal menuju kota Banda Aceh, baru kemudian naik pesawat, dan akhirnya di sambung dengan naik bis ke ibukota provinsi letak dimana penyelenggaraan diklat di laksanakan. Bagaimana perasaan kita jika melihat bahwa ternyata mereka tidak mendapatkan hasil (ilmu) yang sepadan dengan pengorbanan yang sudah mereka lakukan.

Setiap dari kita harus berusaha memberikan yang terbaik untuk upaya peningkatan mutu pendidikan di negara kita tercinta ini, karena pendidikan yang berkualitas pada dasarnya yang menikmati itu adalah kita juga karena dengan pendidikan yang berkualitas maka anak didik yang di hasilkan adalah anak didik yang berkualitas yang bisa memberikan sesuatu yang positif untuk Bangsa ini. Yang akan bisa mengelola negara ini dengan lebih baik untuk kesejahteraan yang lebih baik bagi semua rakyatnya di kemudian harinya.

read more
Berita Terkini

Tahukah Anda Fungsi dari Otak Kiri dan Otak Kanan?

                                                           otak-kiri-dan-otak-kanan
Otak mengendalikan semua gerakan, aktivitas, serta kerja organ lainnya. Fungsi otak sangat vital dalam kehidupan manusia. Otak kiri dan kanan dapat diibaratkan sebagai processor dan memori komputer secara bersamaan. Lalu apakah fungsi dari kedua bagian otak manusia?

 Roger Wolcott Sperry dari Inggris, pada tahun 1981 mendapatkan hadiah Nobel untuk bidang kedokteran. Sperry mempelajari syaraf otak, yang kemudian dikenal sebagai otak kiri dan otak kanan. Penelitian ini menggambarkan bahwa masing-masing belahan otak punya fungsi dan kemampuan yang berbeda.

Otak Kiri dan Otak Kanan Serta Fungsinya

Kemampuan dan fungsi otak kanan adalah kecerdasan nonverbal, suatu kecerdasan lain yang sebelumnya diabaikan para akademisi. Respons, fungsi dan ciri belahan otak kanan lebih bersifat intuitif, holistik, kreatif dan humanis. Otak bagian kanan berperan dalam mengatur pikiran bawah sadar, emosi dan intuisi.
Jika dijabarkan lebih lanjut, otak kanan akan mengendalikan fungsi photografic memory, musik, seni, membaca cepat, intuisi matematika cepat, intuisi pada kecepatan verbal, berbahasa dan logika. Sementara otak kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan.
Belahan otak kiri berperan besar untuk berbicara, keterampilan berhitung, ilmiah, dan memahami bahasa isyarat serta pikiran logis. Meski masing-masing belahan bisa bekerja sendiri secara mandiri, kegiatan kita tidaklah didominasi satu belahan otak saja.
Sperry menyatakan bahwa kemampuan terbaik otak adalah hasil kerja sama dari kedua belahan otak kiri dan otak kanan secara bersamaan. Misalnya, dalam berpikir rasional, meski diatur oleh otak kiri, otak kanan juga berperan dalam memberikan masukan sehingga terbentuk logika berpikir rasional.
Banyak orang yang selama ini kita anggap cerdas, sesungguhnya hanyalah setengah cerdas. Mereka ternyata hanya menunjukkan kemampuan yang merupakan fungsi berpikir otak kiri. Mereka pandai matematika, cerdas dalam menganalisis, dan kuat daya nalarnya. Namun tidak pandai bergaul, kurang humanis, tidak ada kepedulian terhadap orang lain, dan rendah tingkat spiritualitasnya (peran otak kanan).
Kondisi ini terbentuk karena sistem pendidikan formal yang kita kenal selama ini memberi kesempatan lebih banyak kepada belahan otak kiri, sementara fungsi otak kanan menjadi terabaikan. Untuk menyeimbangkan fungsi belahan otak kiri dan otak kanan, selain kita memakai logika, juga harus dilatih berimajinasi, bervisualisasi, rajin mendengarkan musik, termasuk juga permainan-permainan yang menggembirakan.
Selain itu, untuk mencegah kualitas otak kiri dan otak kanan dari kemunduran, juga diperlukan asupan nutrisi dan vitamin yang didapat dari makanan-makanan bergizi, seperti vitamin B, zat besi, protein, omega-3, kedelai, dan daun ginkgo biloba.
Untuk melatih otak kiri dan kanan melalui aktivitas dapat dilakukan dengan berolahraga secara teratur, senantiasa berpikir positif, menjauhi stres dsb. Dengan berolahraga, maka jantung akan memompa darah secara maksimal ke seluruh tubuh, termasuk ke otak.
read more
Berita Terkini

Gong Xi.. Gong Xi..

TANGGAL 31 Januari 2014 adalah hari libur nasional. Lantas apa yang tidak biasa dari hari libur nasional kali ini? Iya benar, hari libur nasional ini untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2565. Butuh perjalanan panjang hingga akhirnya bangsa Indonesia saling memahami dan menghargai sesamanya. Lepas dari isu SARA yang membelenggu Bhinneka Tunggal Ika.

Sejak dahulu kala Indonesia bagai zamrud khatulistiwa yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, kepercayaan, dan tentunya budaya yang beragam. Semuanya saling terkait menjadi satu kesatuan dalam Nusantara. Akan tetapi mata bangsa Indonesia seakan tertutup dengan berbagai macam kepentingan golongan. Hingga akhirnya berbanding lurus dengan menutup pintu gerak beberapa golongan minoritas.

Presiden ketiga Republik Indonesia, yang akrab dipanggil Gus Dur, membuka pintu pertama dengan menjadikan tahun baru penanggalan China sebagai hari libur nasional. Memberi warna merah pada satu tanggal di kalender tidak semudah menorehkan tinta di atas kertas. Pro dan kontra banyak terjadi, namun keputusan telah dibuat dengan tekad bulat dan kuat, tentunya bernas rasa persatuan dan kesatuan.

Mungkin kita, hanya merasakan “enaknya” hari libur untuk beristirahat dan berekreasi dan melupakan esensi latar belakang hari libur itu sendiri. Sedikitnya kita menjadi bangsa yang menolak lupa dengan sejarah. Layaknya perkataan Bung Karno, “Jangan sekali-kali melupakan sejarah!”

Bangsa China tiba di bumi Nusantara sejak lama. Ketika jalur sutera masih menjadi tumpuan. Ikut menghunus bambu runcing saat perang kemerdekaan. Secara tidak langsung menjadi bagian bangsa Indonesia sejak bumi pertiwi dalam buaian.

Pesta tahun baru Imlek nanti, harus menjadi momentum kita bersama kembali pada Bhinneka Tunggal Ika. Istilah “salad bowl” sangat cocok kita jadikan acuan. Gado-gado yang terdiri dari berbagai macam sayuran dijadikan satu, buatan khas nenek kita. Tetapi ingat kita masih bisa merasakan rasa unik tiap sayurannya bukan? Akhirnya menghakimi lebih mudah daripada memahami, padahal tidak cukup sekedar mengenal untuk mengerti.

read more
Berita Terkini

Guru Tuntut Uang NAD Tetap Diberikan

BANDA ACEH – Sebanyak 20-an guru mewakili 20 organisasi guru se-Aceh beraudiensi ke Gedung DPRA, Banda Aceh, Rabu (29/1). Dalam pertemuan dengan Ketua DPRA Hasbi Abdullah, mereka menuntut Pemerintah Aceh tetap memberikan dana kesejahteraan guru atau lebih dikenal dengan  ‘uang NAD’ senilai  Rp 2.370.000/orang/tahun.

Ketua KoBAR GB Aceh Sayuthi Aulia yang awalnya disebut-sebut mendukung pengalihan dana ini, kemarin juga ikut bergabung dengan ketua organisasi guru lainnya saat menjumpai Ketua DPRA dan meminta uang NAD  tetap diberikan. Kebetulan mereka semua baru selesai mengikuti rakor pendidikan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh di Banda Aceh.

“Kami sangat memahami sesuai UUPA, Permendagri, dan Pergub bahwa Pemerintah Aceh tak boleh menggunakan dana otsus ini untuk program hibah yang juga termasuk untuk dana kesejahteraan guru, tetapi kami harap Pemerintah Aceh dapat mencari dana lain untuk uang NAD ini. Bahkan kalau bisa dianggarkan dalam APBA-P 2014 tahun ini, sehingga guru PNS dan juga non-PNS bisa menerima dana tersebut tahun ini,” ucap Sayuthi.

Para guru itu semua menyatakan mendukung Pemerintah Aceh yang ingin meningkatkan mutu guru dan murid dengan memperbanyak pelatihan, tetapi uang NAD juga tetap harus ada karena dana kesejahteraan itu sudah ada sejak 10 tahun lalu dan memang sudah diharap-harapkan para guru.

Seperti diberitakan Serambi, Jumat(10/1), Pemerintah Aceh mengalihkan uang NAD untuk peningkatan mutu guru mulai 2014 ini. Menurut Kadisdik Aceh Anas M Adam, dana NAD yang mencapai Rp 170 miliar itu dialihkan untuk program-program peningkatan mutu guru, termasuk guru non-PNS.

Anas mengatakan, kebijakan ini telah disepakati dalam pertemuannya dengan organisasi guru di Aceh, seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Koalisi Barisan Guru Bersatu (KoBAR-GB) Aceh,  dan Asosiasi Guru Nanggroe Aceh (Asgu NAD). Pertemuan ini juga untuk merespons koreksi Mendagri terhadap RAPBA 2014.

“Koreksi ini sama seperti tidak diizinkannya penganggaran dana hibah untuk BP2A dan KPA. Untuk dana kesejahteraan guru, juga tak diizinkan dari dana Otsus. Memang selama ini dana kesejahteraan guru dari Migas, tapi karena produksi Migas di PT Arun menurun, maka tahun ini dana Migas itu hanya tinggal sisa sekitar Rp 35 miliar setelah dipotong untuk penggunaan lain, seperti membayar gaji guru non-PNS dan lain-lain,” kata Anas.

Sementara kemarin, Sayuthi membantah dirinya mendukung sepenuhnya pengalihan dana tersebut. Namun, ia mengatakan sebelumnya pernah menyatakan mendukung agar dana tersebut tak beralih ke Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) lainnya di luar Disdik Aceh.(SerambiNews)

read more
Berita Terkini

Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW di Kantor Disdik Provinsi Aceh

Pada bulan Rabiul Awwal ini kita menyaksikan di belahan dunia islam, kaum muslimin merayakan Maulid, Kelahiran Nabi Muhammad Saw dengan cara dan adat yang mungkin beraneka ragam dan berbeda-beda. Tetapi tetap pada satu tujuan, yaitu memperingati kelahiran Nabi mereka dan menunjukkan rasa suka cita dan bergembira dengan kelahiran beliau Saw. Tak terkecuali di negara kita Indonesia, di kota maupun di desa masyarakat begitu antusias melakukan perayaan tersebut.
Demikian pemandangan yang kita saksikan setiap datang bulan Rabiul awwal. Sekarang kita sudah berada kembali di bulan “Rabi’ul Awwal”; dan setiap kali datang  “Rabi’ul Awwal”  umat Islam di banyak belahan bumi ini khususnya kaum muslimin di negeri ini (Indonesia) sibuk dan menyibukkan diri menyambut dan memperingati “Maulid Nabi SAW” dengan berbagai acara dan kegiatan. Dan ini sudah merupakan tradisi tahunan yang seakan-akan tidak boleh dilupakan dan ditinggalkan dengan begitu saja. Sehingga kadang-kadang, walaupun “Rabi’ul Awwal” sudah lama berlalu, di sana-sini masih banyak yang mengadakan ataupun menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi SAW. Tapi untuk apa peringatan tersebut kita selenggarakan ?
Pertama, kita memperingati Maulid Nabi SAW bukan hanya tepat pada hari kelahirannya, melainkan selalu dan selamanya, di setiap waktu dan setiap kesempatan ketika kita mendapatkan kegembiraan, terlebih lagi pada bulan kelahiran beliau, yaitu Rabi’ul Awwal, dan pada hari kelahiran beliau, hari Senin. Tidak layak seorang yang berakal bertanya, “Mengapa kalian memperingatinya?” Karena, seolah-olah ia bertanya, “Mengapa kalian bergembira dengan adanya Nabi SAW?”.
Apakah sah bila pertanyaan ini timbul dari seorang muslim yang mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah? Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang bodoh dan tidak membutuhkan jawaban. Seandainya pun saya, misalnya, harus menjawab, cukuplah saya menjawabnya demikian, “Saya memperingatinya karena saya gembira dan bahagia dengan beliau, saya gembira dengan beliau karena saya mencintainya, dan saya mencintainya karena saya seorang mukmin”.
Kedua, yang kita maksud dengan peringatan Maulid adalah berkumpul untuk mendengarkan sirah beliau dan mendengarkan pujian-pujian tentang diri beliau, juga memberi makan orangorang yang hadir, memuliakan orangorang fakir dan orang-orang yang membutuhkan, serta menggembirakan hati orang-orang yang mencintai beliau.
Ketiga, berkumpulnya orang untuk memperingati acara ini adalah sarana terbesar untuk dakwah, dan merupakan kesempatan yang sangat berharga yang tak boleh dilewatkan. Bahkan, para dai dan ulama wajib mengingatkan umat tentang Nabi, baik akhlaqnya, hal ihwalnya, sirahnya, muamalahnya, maupun ibadahnya, di samping menasihati mereka menuju kebaikan dan kebahagiaan serta memperingatkan mereka dari bala, bid’ah, keburukan, dan fitnah.
Keempat, peringatan Maulid Nabi SAW mendorong orang untuk membaca shalawat, dan shalawat itu diperintahkan oleh Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.” (QS Al-Ahzab: 56).
Sebenarnya banyak diantara kita yang sudah tahu, bahwa tujuan awal peringatan Maulid Nabi SAW yang secara besar-besaran dilakukan oleh Salahuddin al Ayyubi adalah agar kaum muslimin khususnya para prajurit yang ketika itu berlaga di medan perang salib, tetap memiliki semangat juang yang tinggi, meneladani Rasulullah SAW dan para sahabat beliau dalam segala aspek, demi menegakkan kalimat “Laa ila ha illallaah wa Muhammadur-rasulullah”  dan tentu saja agar mereka memiliki “akhlaqul kariimah”.
Akan tetapi hal yang demikian itu dalam beberapa kurun waktu terakhir ini (khususnya di negeri kita) “acara tahunan” yang kita namakan sebagai  peringatan Maulid Nabi SAW, tampaknya hanya diperingati sebagai tanda (sekedar) ingat kepada Rasul Allah yang bernama Muhammad SAW.  Sebab banyak“pendakwah/muballigh” yang menyampaikan  materi  dalam kegiatan “maulidur-rasul”  tersebut, tidak secara sungguh-sungguh berusaha membangkitkan semangat dan jiwa umat untuk benar-benar mencintai dan meneladani Muhammad Rasulullah SAW sebagai “uswatun hasanah” sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT di dalam Kitab-Nya:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi orang-orang yang senantiasa mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat, dan dia banyak mengingat (dan menyebut nama) Allah.”  (Q.S.Al-Ahzab: 21)

Orang yang mengadakan acara untuk memperingati hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW, pada hakekatnya untuk memuliakan dan mengungkapkan rasa kecintaannya terhadap Allah dan RasulNya. Maka kesimpulannya adalah bahwa mengadakan peringatan Maulid Nabi dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengagungkan Rasulullah adalah termasuk ibadah tegas Bapak Tgk. Yusri Puteh selaku penceramah hari ini.

read more
Berita Terkini

Pendidikan Berkualitas untuk Generasi Emas

Tugas pendidikan adalah mengupayakan agar anak bisa mengenal potensi dirinya, sedangkan pendidikan berperan memberikan fasilitas agar mereka dapat mengembangkan potensinya, baik bidang akademik maupun potensi non-akademik, seperti seni dan olah raga.

Secara akademis, riset membuktikan bahwa setiap anak lahir dengan potensinya masing-masing. Ada kata-kata bijak menyebutkan, “Jadikan anak sesuai dengan potensinya, bukan sesuai dengan harapan orang tua.”

Perlu juga dipahami, bahwa potensi itu adalah bawaan dari lahir, namun ada juga produk dari proses pendidikan. Jika anak mempunyai bakat tetapi tidak dididik dengan tepat, maka potensinya tidak akan tumbuh dan berkembang optimal. Demikian sebaliknya, jika anak tidak berbakat tetapi dipaksakan oleh guru atau orang tuanya, potensinnya pun tidak akan tumbuh dengan baik. Pasti akan ada konflik internal dalam jiwa si anak. Karena itulah, harus serasi dan seimbang antara potensi bawaan anak dengan proses pendidikannya.

Untuk dapat mengembangkan potensi tersebut, ada beberapa tahapan atau langkah harus ditempuh oleh semua pemangku kepentingan, termasuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Pertama adalah pendidikan, melalui peran sekolah harus mampu mengidentifikasikan potensi anak didiknya melalui pilihan ekstra kurikuler.

Kedua, setelah anak mengenal potensi dan bakat dirinya, maka tugas pendidikan, sekolah atau kementerian, adalah menumbuhkembangkan potensi tersebut. Karena itu, perlu adanya pembelajaran ekstrakurikuler yang efektif dan efisien sebagai upaya menumbuhkembangkan bakat dan minat anak.

Ketiga, memberi peluang anak didik untuk mengikuti perlombaan guna mengukur potensi dirinya. Apakah potensi itu sudah di level sekolah, kecamatan, kabupaten maupun tingkat nasional. Inilah yang melatarbelakangi Kemdikbud menyelenggarakan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional(FLS2N). Jadi, kegiatan ini merupakan bagian dari proses menumbuhkembangkan potensi anak sesuai dengan minat dan potensinya.

Kemdikbud juga terus mendukung peningkatan kualitas pembelajaran ekstra kurikuler, misalnya dengan memberikan bantuan pengadaan peralatan olah raga dan seni. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik yang belum mendapat kesempatan mengikuti ajang perlombaan tingkat nasional, dapat juga mengembangkan potensinya di sekolah. Asumsinya, jika dalam FLS2N satu provinsi diwakili hanya segelintir siswa dari 26 juta siswa SD di Indonesia, program bantuan pengadaan diharapkan dapat mencakup jauh lebih banyak siswa di sekolah.

Kemudian, perlu juga diperhatikan peningkatan kualitas guru atau pembina ekstra kurikuler. Harus menjadi perhatian, bahwa penting untuk memiliki pembina yang mempunyai bakat dan minat terhadap ektra kurikuler yang dibinanya. Jika tidak, mereka tidak akan dapat menelurkan anak-anak berpotensi unggul.

Sebagai alternatif, ada sekolah yang menyerahkan pembinaan ekstra kurikuler kepada mahasiswa perguruan tinggi yang mempunyai bakat di bidang tertentu. Sementara pada waktu ekstra kurikuler, para guru mengadakan rapat persiapan mengajar untuk minggu berikutnya.

Oleh karena pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang tua, unit pelayan teknis daerah (UPTD) pendidikan dasar di tingkat kecamatan, dinas kabupaten/kota, provinsi, maupun Kemdikbud, maka semua pihak tersebut hendaknya berkerja di kavlingnya masing-masing. Misalnya, kurikulum adalah tugas pemerintah pusat, sedangkan tempat belajar dan mengajar yang baik adalah tugas masing-masing sekolah dan daerah. Komponen bangsa lainnya pun harus mendukung, seperti para seniman yang turut berpartisipasi membina potensi anakdibidang seni.

Menata generasi emas 

Secara historis, kebangkitan bangsa pertama kalinya digaungkan pada hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Lalu, lahirlah generasi yang mengisi pembangunan.

Saat ini, Indonesia akan menuju kebangkitan kedua, yaitu 100 tahun Indonesia merdeka pada tahun 2045. Inilah yang melatarbelakangi kebangkitan generasi emas. Inilah saat yang tepat bagi pendidikan untuk berperan menciptakan generasi emas Indonesia. Ini adalah momentum sangat tepat bagi para pemangku kepentingan pendidikan untuk menata dengan sebaik-baiknya pendidikan berkualitas.

Pencanangan generasi emas tahun pertama juga telah dibarengi dengan revitalisasi pendidikan karakter. Mengintegrasikan (kembali) pendidikan dan kebudayaan merupakan langkah sangat tepat, dengan harapan pendidikan akan melahirkan anak yang berbudaya sehingga jika disatukan akan serasi antara proses dan produk. Namun, dalam hal ini, budaya hendaknya tidak serta merta dimaknai secara sempit, tetapi lebih luas lagi, seperti budaya sopan santun, budaya pemanfaatan teknologi dengan bijak.

Berdasarkan hasil kajian yang mendalam, Kemdikbud sudah mengindetifikasi 18 nilai-nilai kebaikan yang akan disemaikan kepada anak didik melalui pendidikan karakter. Jika nilai-nilai ini disemaikan sedini mungkin, sejak dalam PAUD, bahkan sampai dengan pendidikan tinggi, maka diharapkan tersemailah prilaku-prilaku berkarakter dan berbudaya yang baik.

Kemdikbud juga telah menyusun dan terus-menerus melakukan evaluasi terhadap tahap-tahap grand design generasi emas Indonesia. Akan lebih sempurna hasilnya jika terdapat ada kerja sama masyarakat dan pemerintah. Bagi anak didik, jangan berpikir dirinya sebagai obyek, tetapi sebagai subyek yang berperan aktif atas dukungan dan fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah, orangtua, maupun masyarakat. (Kompas)

read more
Berita Terkini

Guru Digugu dan Ditiru

Setiap dari kita pasti sudah mengenal betul apa yang dimaksud dengan guru dan siapakah dia?? Mulai dari bangku TK sampai Sekolah Menengah Atas kita telah familiar dengan yang namanya guru karena beliaulah yang menjadi ujung tombak keberhasilan siswa dalam belajar. Apalah arti kita sekarang ini tanpa andil seorang guru yang rela dengan ikhlas memberikan ilmu dan apa yang mereka ketahui (dulu sih aku memandangnya gitu, sebab guru-guruku begitu bersemangat meskipun salary yang mereka dapatkan boleh dibilang kecil dan tidak sebanding dengan apa yang telah mereka lakukan). Tapi kalau sekarang aku enggak tahu pasti apa motif orang-orang yang ingin menjadi guru, apakah memang tulus ingin mencerdaskan anak bangsa atau hanya karena ingin mendapatkan jalan supaya lebih mudah untuk menjadi pegawai negeri sipil atau mungkin karena status guru dimasa sekarang ini sudah mulai diperhatikan kesejahteraannya oleh pemerintah dengan diadakannya sertifikasi dan program-program lain yang diadakan oleh rezim yang saat ini tengah berkuasa. Yah, wallahu a’lam… Hanya Allah dan diri mereka sendirilah yang mengetahui maksud mereka menjadi guru. Buat kita nggak perlu diambil pusing, yang penting selama mereka masih mendedikasikan seluruh kemampuannya demi kecerdasan anak bangsa, it’s no problem…
 
Terlepas dari hal tersebut, tentunya kita mendambakan seorang guru yang sempurna selayaknya sosok guru di era-era masa lalu yang antara kehidupan pribadi dan disaat mengajar sama saja tanpa ada yang dibuat-buat. Nah, inilah yang sudah langka dan sangat jarang ditemukan dimasa sekarang ini. Guru yang tampil perfect ketika dihadapan anak didiknya berbanding terbalik ketika mereka sedang tidak ada tugas mengajar. Ketika dikelas mereka dengan lantang berkata, ”anak-anak membicarakan orang adalah suatu perbuatan yang tidak baik….” Tetapi pada kenyataannya mereka sendirilah yang gemar menggunjing ketika sedang kongkow-kongkow diruang guru. Mereka pula yang mengajarkan bahwa hidup harus sederhana dan tidak boleh sombong, tetapi pada kenyataannya banyak dari mereka yang dengan PD-nya membanggakan harta yang mereka miliki, mulai dari perhiasan, mobil, rumah dan segala hal yang menyangkut duniawi.
Nah, lalu seperti apakah guru yang baik itu?? Pertanyaan yang mudah dijawab tetapi sulit dipertanggungjawabkan keabsahannya karena jika ditanya demikian biasanya kita akan condong pada sosok tertentu yang menurut kita baik padahal sejatinya belum tentu. Apalagi kalau belum mengenal betul, jangan coba-coba menilai lah karena kita hanya bisa-bisaan saja menilai tetapi hasilnya sering salah. Kenapa…?? Karena yang berhak menilai hanyalah Allah Yang Maha Benar penilaiannya dan tidak pernah salah.Tetapi tidak ada salahnya jika kita mencoba memberikan kriteria guru yang baik menurut versiku, yaitu :
1.      Penebar senyum
Kenapa guru harus menebar senyum?? Karena dari senyumanlah semua kondisi menjadi cair, orang marah ketika diberi senyuman InsyaAllah akan reda marahnya, orang yang takut apabila diserang dengan senyuman InsyaAllah ketakutannya akan mereda. Ciptakanlah kesan pertama yang mengesankan, hilangkan raut-raut wajah killer dari diri anda wahai bapak ataupun ibu guru. Tebarkanlah senyum karena senyum adalah hal yang sangat mudah untuk dilakukan.
2.      Bersikap apa adanya
Ini yang sulit, karena sebagian dari sosok guru yang kita jumpai sering bersikap TIDAK apa adanya, banyak sikap yang dibuat-buat. So, mulailah budayakan bersikap ada adanya.
3.      Sabar
Nah, ini yang sulit karena sebagai insan biasa tidak luput dari sifat mudah marah dan emosional, tinggal bisa-bisa kita saja memanagenya. Buat siswa, kalau ketemu guru yang emosional dan mudah marah jangan ditanggapi dengan hal demikian juga, cobalah bersabar dan introspeksi diri mungkin diri kitalah yang membuat mereka menjadi tersulut amarahnya.
4.      Berorientasi pada keberhasilan siswa
Guru yang baik adalah yang tujuannya mencerdaskan anak bangsa bukan mencari keuntungan sendiri dengan mengutamakan salary yang akan didapat. Kalau gaji besar ngajarnya semangat tapi kalau gaji kecil ngajarnya semaunya. Ingatlah, keberhasilan siswa berdampak pada kemajuan bangsa. So, nasib negeri ini berada pada diri kalian wahai bapak dan ibu guru.
5.      Membulatkan tekad berniat menjadi guru
Nah, ini yang penting dan menjadi modal utama. Janganlah guru dijadikan sebagai profesi cadangan karena hanya berdasarkan peluang kerja yang lowong tetapi jadikanlah ini sebagai cita-cita dan tujuan yang utama. Karena dengan demikian, akan maksimal menjalankannya. Coba bandingkan yang memang berniat menjadi guru dan yang coba-coba menjadi guru. Dedikasi dan loyalitas yang diberikan akan jauh berbeda.
Membicarakan sosok guru yang baik tentunya tidak habis dalam lima point saja melainkan ada beberapa kriteria lain selain point-point tersebut diatas. Tapi setidaknya hal tersebut mampu menjadi pedoman bagi siswa, sekolah maupun bagi diri guru sendiri sebagai langkah introspeksi diri untuk berubah ke arah yang lebih baik. Yang sudah optimal menjadi semakin optimal dan yang kurang optimal menjadi lebih optimal.
Mohon maaf apabila coretan kecil ini menyinggung perasaan bapak dan ibu guru, ini saya lakukan semata untuk kemajuan kita bersama. Bukan mencari dan membeberkan apa yang terjadi selama ini tetapi inilah fakta yang harus dikoreksi. Bukan berarti saya selaku penulis adalah orang yang sempurna tapi marilah kita memperbaiki diri agar semakin baik dimasa yang akan datang.(KomunitasPelajarIndonesia)
read more
Berita Terkini

Membangun Karakter Sejak Pendidikan Anak Usia Dini

Kawan, jika saya ditanya kapan sih waktu yang tepat untuk menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang? Maka, jawabnya adalah saat masih usia dini. Benarkah? Baiklah akan saya bagikan sebuah fakta yang telah banyak diteliti oleh para peneliti di dunia.

Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa keemasan si anak (golden age).

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan “bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya”.

Nah, oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Kita sebagai orang tua kadang tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan memukul, memberikan pressure yang pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau bahkan minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan dibawanya sampai ia dewasa. Ketika dewasa karakter semacam itu akan menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya. Misalnya, tidak bisa menjadi seorang public speaker gara-gara ia minder atau malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu karena ia tidak mau mengambil resiko dan takut gagal. Padahal, jika dia bersikap positif maka resiko bisa diubah sebagai tantangan untuk meraih keberhasilan. Anda setuju kan?

 Banyak yang mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jeniusnya otak kita. Semakin kita jenius maka semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara kelas berturut-turut, maka semakin sukseslah kita. Benarkah demikian? Eitsss tunggu dulu!

Saya sendiri kurang setuju dengan anggapan tersebut. Fakta membuktikan, banyak orang sukses justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di bangku sekolahnya, mereka tidak mendapatkan juara kelas atau menduduki posisi teratas di sekolahnya. Mengapa demikian? Karena sebenarnya kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan otak kita saja. Namun kesuksesan ternyata lebih dominan ditentukan oleh kecakapan membangun hubungan emosional  kita dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh ditinggalkan adalah hubungan spiritual kita dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Tahukah anda bahwa kecakapan membangun hubungan dengan tiga pilar yakni (diri sendiri, sosial, dan Tuhan) tersebut merupakan karakter-karakter yang dimiliki orang-orang sukses. Dan, saya beritahukan pada anda bahwa karakter tidak sepenuhnya bawaan sejak lahir. Karakter semacam itu bisa dibentuk. Wow, Benarkah? Saya katakan Benar! Dan pada saat anak berusia dini-lah terbentuk karakter-karakter itu. Seperti yang kita bahas tadi, bahwa usia dini adalah masa perkembangan karakter fisik, mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Pada usia dini inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita sebagai orang tua dan dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif dan sukses.

Lalu, bagaimana cara membangun karakter anak sejak usia dini?

Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (interpersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak membuat ia merasa tertekan baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya. Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.

Nah, sekarang kita paham mengapa membangun pendidikan karakter anak sejak usia dini itu penting. Usia dini adalah usia emas, maka manfaatkan usia emas itu sebaik-baiknya.

read more
Berita Terkini

“WOW”nya Pendidikan Karakter!

Kita sebagai orang tua seringkali mengikutkan anak kita berbagai macam les tambahan di luar sekolah seperti les matematika, les bahasa inggris, les fisika dan lain-lain. Saya yakin hal ini kita dilakukan untuk mendukung anak agar tidak tertinggal atau menjadi yang unggul di sekolah. Bahkan, terkadang ide awal mengikuti les tersebut tidak datang dari si anak, namun datang dari kita sebagai orang tua. Benar tidak?

Memang, saat ini kita menganggap tidak cukup jika anak kita hanya belajar di sekolah saja, sehingga kita mengikutkan anak kita bermacam-macam les. Kita ingin anak kita pintar berhitung, kita ingin anak kita mahir berbahasa inggris, kita juga ingin anak kita jago fisika dan lain sebagainya. Dengan begitu, anak memiliki kemampuan kognitif yang baik.

Ini tiada lain karena, pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah juga menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognisi. Dengan pemahaman seperti itu, sebenarnya ada hal lain dari anak yang tak kalah penting yang tanpa kita sadari telah terabaikan. Apa itu? Yaitu memberikan pendidikan karakter pada anak didik. Saya mengatakan hal ini bukan berarti pendidikan kognitif tidak penting, bukan seperti itu!

Maksud saya, pendidikan karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Beberapa kenyataan yang sering kita jumpai bersama, seorang pengusaha kaya raya justru tidak dermawan, seorang politikus malah tidak peduli pada tetangganya yang kelaparan, atau seorang guru justru tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang tidak mendapatkan kesempatan belajar di sekolah. Itu adalah bukti tidak adanya keseimbangan antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter.

Ada sebuah kata bijak mengatakan, ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain. Untuk itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter anak didik. Lalu apa sih pendidikan karaker itu?

Jadi, Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakter pada anak didik. Saya mengutip empat ciri dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang pencetus pendidikan karakter dari Jerman yang bernama FW Foerster. Pertama, pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut. Kedua, adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru. Ketiga, adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.

Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan soft skill ini terbentuk melalui pelaksanaan pendidikan karater pada anak didik.

Berpijak pada empat ciri dasar pendidikan karakter di atas, kita bisa menerapkannya dalam pola pendidikan yang diberikan pada anak didik. Misalanya, memberikan pemahaman sampai mendiskusikan tentang hal yang baik dan buruk, memberikan kesempatan dan peluang untuk mengembangkan dan mengeksplorasi potensi dirinya serta memberikan apresiasi atas potensi yang dimilikinya, menghormati keputusan dan mensupport anak dalam mengambil keputusan terhadap dirinya, menanamkan pada anak didik akan arti keajekan dan bertanggungjawab dan berkomitmen atas pilihannya. Kalau menurut saya, sebenarnya yang terpenting bukan pilihannnya, namun kemampuan memilih kita dan pertanggungjawaban kita terhadap pilihan kita tersebut, yakni dengan cara berkomitmen pada pilihan tersebut.

Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.

read more
Berita Terkini

Masihkah UN GONJANG-GANJING di 2014?

 UJIAN NASIONAL (UN) pada 2014 akan digelar usai pemerintah mengadakan hajatan pemilihan umum (pemilu) legislatif, yakni pada April 2014. UN tersebut diperuntukkan bagi SMP/MTs dan SMA/MA/SMK. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengungkapkan, UN SD mulai ditiadakan dan kemudian diserahkan pelaksanaannya kepada provinsi.

Kendati ditiadakan karena berkaitan dengan berlangsungnya pemilu, pihaknya tetap memberikan beberapa soal kunci sebagai bentuk standarnya. “Kenapa penting? Karena nanti kalau tidak ada standarnya, begitu anak pindah dari satu provinsi ke provinsi lain kalau tidak memiliki standar yang sama justru akan menjadi persoalan di belakang hari,” ucap M. Nuh, beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, Nuh sempat mengatakan jika perhelatan pemilu akan berimbas pada pelaksanaan UN 2014. Meski dikabarkan mundur, UN SMA, SMK, dan MA akan dilangsungkan pada 14-16 April 2014. Menurut dia, esensi pelaksanaan UN harus memenuhi dua persyaratan utama. Pertama, seluruh proses pembelajaran sudah selesai. Jangan sampai UN dilaksanakan saat pembelajaran belum selesai. Kedua, pelaksanaan UN harus mempertimbangkan jadwal penerimaan mahasiswa baru.

Nilai UN 2014 Pakai Rapor

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), melalui Komisi X, mendukung kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan nilai UN murni 2014 bersama nilai rapor. Hal ini adalah prestasi lainnya yang menjadi dasar Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2014.

Wakil Ketua Komisi X dari Fraksi PDI Perjuangan, Utut Adianto mengatakan, Komisi X DPR juga mengapresiasi kebijakan Kemendikbud untuk tidak menyelenggarakan UN tingkat SD/MI mulai 2014. Selanjutnya, Komisi X DPR mendesak Kemendikbud untuk mempersiapkan UN pada 2014 sebaik mungkin agar kualitas UN 2014 meningkat dari 2013. “Baik dari sisi materi soal, pelaksanaan, pengawasan dan keluaran atau output,” tuturnya.

Di sisi lain, Kemendikbud mengaku siap menggelar UN 2014. Kesiapan itu terbukti dengan disetujuinya anggaran UN 2014 oleh Komisi X DPR RI. Nuh mengklaim hingga saat ini pihaknya sudah menyiapkan soal UN dan mengantisipasi masalah teknis lainnya.

“Sekira Rp600 miliar dana UN sudah disetujui Komisi X DPR awal pekan ini. Itu artinya UN siap digelar di 2014. Penggandaan soal kita serahkan secara region,” tutur Nuh.

Nuh memaparkan, pihaknya akan membagi menjadi enam hingga delapan region se-Indonesia. Penggandaan soal UN akan dilakukan di kota penunjukan regionnya. Dia mencontohkan Makassar sebagai region yang akan membawahi beberapa provinsi di sekitarnya.

“Jadi soalnya digandakan di region yang ditunjuk yang akan membawahi wilayah sekitarnya. Contohnya Sulawesi Selatan (Sulsel) akan membawahi Gorontalo dan Sulawesi Barat (Sulbar),” urainya.

Jadwal UN SMA di 2014

Perhelatan pemilu dinilai akan berimbas pada pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2014. Meski dikabarkan mundur, UN SMA, SMK, dan MA akan dilangsungkan pada 14-16 April 2014. Namun Nuh secara tegas menyampaikan jika esensi pelaksanaan UN harus memenuhi dua persyaratan utama.

“Pertama, seluruh proses pembelajaran sudah selesai. Jangan sampai UN dilaksanakan saat pembelajaran belum selesai,” jelasnya.

Poin kedua, katanya, pelaksanaan UN harus mempertimbangkan jadwal penerimaan mahasiswa baru. Sehingga para siswa bisa mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

“Harus mempertimbangkan waktu untuk masuk ke jenjang lebih tinggi masih memungkinkan. Disesuaikan dengan jadwal penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi. Kami sudah tanya dengan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (MRPTN) kapan hasil ujian penerimaan mahasiswa baru selesai sehingga bisa kami sesuaikan,” paparnya.

Dia menegaskan, penetapan waktu pelaksanaan UN dilakukan dengan melihat berbagai pertimbangan. Tidak hanya melihat even nasional seperti Pemilu tapi juga mempertimbangkan hari besar agama, yakni wafat Yesus Kristus.

Selain itu, dia juga mempertimbangkan jadwal UN dengan kegiatan nasional lainnya yakni adanya pileg dan hari besar agama. Nah, sudah siapkah pelaksanaan UN di tahun ini? Apakah akan ada gonjang-ganjing kembali seperti di tahun sebelumnya? Kita lihat saja nanti. (okezone)

read more
1 2 3 4
Page 3 of 4