Aceh Perkuat SDM SMK Sesuai Kompetensi
BANDA ACEH- Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan Aceh terus dan sedang menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sesuai bidang keahlian. SMK merupakan lingkungan yang sangat strategis sebagai sekolah pengembangan SDM yang memiliki kompetensi kehalian.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs. Laisani, M.Si, saat melepas tim Mobile Training Unit (MTU) bidang pembinaan SMK, Dinas Pendidikan Aceh ke Kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Selatan, Sabtu, (08/04/2017), di Banda Aceh.Tim tersebut meliputi instruktur, teknisi dan supir.
“Karena sekolah adalah lingkungan yang sangat kompleks, semua kegiatan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realistis serta pengoorganisasian secara efektif dan efisien. Sehingga, peserta didik sebagai calon tenaga kerja terampil dimasa mendatang dapat disiapkan sebaik mungkin” ujar Kadisdik Aceh, Laisani.
Dikatakan dia, guna mengantisipasi peningkatan mobilisasi tenaga kerja antar negara ASEAN, khususnya Aceh dan umumnya di Indonesia, salah satu upaya yang harus dilakukan yaitu mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal.
“Juga menyiapkan strateginya, sehingga sumber daya manusia tersebut benar-benar memenuhi kualifikasi untuk bisa bersaing dengan negara-negara ASEAN yang lain. Antisipasi terhadap Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sangat diperlukan, terutama bidang pemberdayaan dan pengembangan SDM terampil,” katanya.
Masih kata Laisani, mengingat penghapusan hambatan bersifat non-tarif dan kebijakan satu pintu (elimination of non-tariff barriers and single window), mengakibatkan tenaga kerja dari luar negeri akan lebih mudah bermigrasi ke indonesia.
“Mereka (tenaga kerja asing) yang memiliki keahlian di atas keahlian sumber daya manusia Indonesia, tentu akan mendapat peluang di perusahaan yang ada di indonesia. Sehingga jika hal ini tidak diantisipasi secepat mungkin, maka kita akan tetap terpuruk dan tidak mampu bersaing,” katanya lagi.
Menurutnya, yang menjadi hal khusus dan dihadapi Indonesia atas terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) sejak tahun 2015 hingga sekarang tentunya didasarkan pada keyakinan atas manfaat secara konseptual akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dikawasan ASEAN.
“Dan yang paling diprioritaskan oleh pemerintah Indonesia adalah untuk memanfaatkan peluang tersebut dengan meningkatkan pemberdayaan potensi yang kita miliki. Salah satunya adalah pemberdayaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), memotivasi SMK supaya terus melakukan inovasi dalam pengembangan program-program berkualitas,” tuturnya.
Sehingga, lanjut dia, SMK diharapkan dapat mencetak sumber daya manusia (SDM) handal yang nantinya mampu berkompetisi di era MEA, bahkan bisa menembus pasar kerja (labor market) di tingkat regional dan internasional.
“Keterlibatan SMK dalam memposisikan diri di kancah MEA 2017 ini pasti menjadi sorotan utama. Hal ini didasari oleh konsep fundamental, visi dan misi SMK itu sendiri lebih unik, dimana kurikulum SMK terus mengikuti persyaratan perkembangan tenaga kerja, dan memprioritaskan skill yang memenuhi kualifikasi pasar tenaga kerja,” lanjut Kadisdik Aceh ini.
Ia menyebutkan, lulusan SMK juga harus menguasai bahasa asing baik secara lisan maupun tulisan. Lebih jauh lagi bahkan SMK diharapkan tidak saja mencetak lulusan setiap tahun melainkan mencetak lulusan yang bersertifikasi profesi sesuai dengan kebutuhan, yaitu dengan memperhatikan arah dan tujuan yang ingin dicapai sesuai perkembangan teknologi dan kebutuhan tenaga kerja serta kualifikasi yang diterapkan.
“Itu sebabnya, Dinas Pendidikan Aceh meluncurkan pilot program peningkatan kerjasama dunia usaha dan dunia industri (DUDI) sebagai salah satu bentuk program dengan inovasi terkini dalam menghadapi MEA di tahun 2017 ini,” sebut Laisani.
Dijelaskan dia, program peningkatan kerjasama dunia usaha dan dunia industri (DUDI) merupakan sub kegiatan program mobile training unit yang diselenggarakan oleh bidang pembinaan SMK Dinas Pendidikan Aceh.
“Program ini tidak hanya untuk menghadapi tantangan MEA, melainkan sebagai salah satu usaha untuk menjawab persoalan krisis tenaga kerja terampil di kawasan ASEAN. Program peningkatan kerjasama dunia usaha dan dunia industri (DUDI) ini diharapkan dapat meningkatkan persentase kemudahan untuk mendapatkan tenaga kerja yang relevan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.
“Selain itu dengan program ini nantinya akan meningkatkan persentase tenaga kerja berbakat dimasa usia produktif, dan dapat memberikan dampak positif terhadap pemberdayaan SDM di Aceh khususnya bagi lulusan SMK nanti,” sambungnya.
Ia menilai, program tersebut juga menawarkan konsep kemitraan (co-operationship) antara SMK dan dunia usaha, antara SMK dan dunia industri sebagai wujud kesadaran di kedua belah pihak dalam memainkan peranan good business dikawasan ASEAN.
“Bentuk perwujudan dari kedua belah pihak tersebut dapat dilihat dengan terjalinnya hubungan kerjasama dalam mengimplementasikan konsep-konsep penyelenggaraan pendidikan dan training professional yang bersertifikasi secara berkelanjutan sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Dengan demikian, melalui program ini akan menjembatani lulusan SMK agar dapat dengan mudah untuk memasuki dunia kerja nyata sesuai dengan keahlian yang dimiliki,” imbuh Laisani.
Program Mobile Training Unit (MTU) sebagai salah satu upaya meningkatkan kompetensi kehalian siswa, diluncurkan juga dalam rangka mengatasi adanya kekurangan peralatan di sejumlah sekolah sebagai sarana praktek siswa.
Menurut laporan Kepala Bidang Pembinaan SMK Dinas Pendidikan Aceh, jumlah kompetensi keahlian yang difasilitasi melalui MTU ini masih kurang, hanya da sebelas kompetensi, diharapkan tahun 2018 akan dilakukan penambahan 2 (dua) armada MTU lagi sehingga nantinya minimal ada penambahan 8 (delapan) kompetensi keahlian lagi.
“Mobile Training Unit (MTU) pada tahun ini akan melatih sebanyak 1.650 orang dengan berpangkalan di 30 SMK yang tersebar di seluruh Aceh. SMK yang dijadikan sasaran program Mobile Training Unit (MTU) ini diutamakan sekolah yang masih minim dalam hal sarana prasarana dan fasilitas praktik siswa” demikian dijelaskan lebih lanjut oleh Kepala Bidang Pembinaan SMK, Miftahuddin.
“Kita harapkan, SMK yang menjadi sasaran Mobile Training Unit (MTU) dapat benar-benar memanfaatkan keberadaan Mobile Training Unit (MTU) di sana semaksimal mungkin, baik dalam mengekplorer sarana prasana praktek maupun pendalaman materi dari para instruktur yang kita kirim” tambah Miftahuddin.
“Instruktur yang kita kirim bersama MTU ini adalah mereka yang telah terlatih dengan baik di tingkat nasnional dan juga telah berpengalaman dalam melakukan pelatihan serupa pada tahun-tahun sebelumnya” demikian dijelaskan lebih lanjut oleh Kepala Bidang Pembiaan SMK ini, juga dikatakannya; “Tahun ini juga kita lakukan pengkaderan instruktur dengan menambah tenaga instruktur baru untuk masing-masing kompetensi keahlian yang dilatihkan, sehingga kita akan memiliki jumlah instruktur yang cukup dan kader yang memadai”
Sementara para peserta pelatihan terbaik pada masing-masing angkatan pelatihan ini, yang jumlah keseluruhannya ada 100 (seratus) orang siswa akan kita magangkan di dunia usaha dan dunia industri atau lembaga yang lebih berkompeten dalam meningkatkan keahlian dan konpetensi siswa sesuai (*)