* Tuntut Mutasi Kepsek Dibatalkan
SINGKIL – Ratusan pelajaran SMA Negeri 1 Singkil Utara, Kabupaten Aceh Singkil, melakukan unjuk rasa ke Dinas Pendidikan setempat, Senin (7/10). Siswa menuntut kepala sekolah SMA Singkil Utara, Asdi yang diganti Sugiarto dalam mutasi, Jumat (4/10) lalu oleh Bupati Safriadi, dikembalikan ke SMA tersebut. Siswa menyatakan akan mogok belajar sampai tuntutannya dipenuhi.
Mengenakan seragam putih-putih, siswa datang menggunakan mobil bak terbuka dan sepeda motor sambil membawa spanduk serta poster berisi tuntutan. “Kembalikan Pak Asdi! Kami mogok belajar sampai Pak Asdi kembali menjadi kepala sekolah kami,” kata Khairul, orator pengunjuk rasa yang disambut terikan siswa lainnya.
Orator lainnya, Indra menyatakan, siswa menginginkan Asdi tetap menjadi kepala sekolah lantaran sudah terbukti mampu meningkatkan prestasi SMA Singkil Utara.
Di hadapan Kepala Dinas Pendidikan Aceh Singkil Yusfit Helmi dan Asiten I Setdakab Hermanto yang menumui siswa, Indra mengisahkan, dirinya mampu menjadi atlet lari jarak jauh berkat motivasi dan dukungan Kepala Sekolah Asdi. “Beliau mampu memotivasi kami belajar dan mengukir prestasi,” ujarnya.
Lain lagi dengan Ramika, siswi kelas tiga sekolah tersebut. Sambil berderai air mata dan suara terbata-bata ia membacakan satu persatu rasa cinta serta segala curahan perasaan para siswa kepada sang kepala sekolah yang ditulis di poster.
Sosok Asdi menjadi idola, sehingga siswa sangat terpukul dan merasa kehilangan begitu mengetahui ang Kepsek dimutasi. “Kami tidak mau Pak Asdi dimutasi,” kata Ramika.
Kepala Dinas Pendidikan, Yusfit Helmi, menyatakan, aspirasi siswa diterima pihaknya. Namun tidak bisa langsung memutuskan. Dirinya akan segera menyampaikan tuntutan para siswa kepada Bupati Aceh Singkil.
Ia juga menjelaskan, alasan mutasi semata-mata demi penyegaran serta karena menjalankan peraturan. Asdi, kata Yusfit, sudah 15 tahun menjadi kepala sekolah. Sementara sesuai Qanun Nomor 8 tahun 2005, kepala sekolah hanya dibolehkan menjabat dua periode. “Masing-masing periode empat tahun, bisa diperpanjang sampai dua periode jika dipandang mampu dan berhasil,” jelasnya.
Sementara Asiten I Setdakab, Hermanto meminta siswa kembali belajar sambil menunggu langkah yang akan dimbil pemerintah menyikapi unjuk rasa tersebut. Sayangnya, siswa tetap menyatakan mogok belajar sebelum tuntutan dipenuhi. “Tolong kembali belajar. Pak Bupati, Pak Kadis Pendidikan dan pejabat terkait akan datang ke sekolah menemui adek-adek membahas masalah ini,” kata Hermanto.
Usai dari Dinas Pendidikan, siswa dengan pengawalan kepolisian, menuju kantor DPRK Aceh Singkil, menyampaikan tuntutan serupa. Semula pelajar SMA Singkil Utara itu, akan berunjuk rasa ke kantor bupati. Namun karena Bupati, Wakil Bupati dan Sekda tidak ada di tempat, siswa memilih menuju DPRK. Di kantor wakil rakyat ini para siswa ditemui oleh Ketua DPRK Putra Ariyanto.
Di hadapan para pelajar, Putra Ariyanto menyatakan, akan memanggil pejabat terkait membicarakan tuntutan pengunjuk rasa. Sambil menunggu proses itu, siswa diminta belajar seperti semula. Lagi-lagi permintaan itu, mendapat penolakan. Siswa sepakat mogok belajar kalau Asdi, tidak dikembalikan menjadi Kepala Sekolah SMA 1 Singkil Utara.
Pergantian Asdi, sebagai Kepala SMA Negeri 1 Singkil Utara, membuat ratusan pelajar merasa kehilangan. Asdi, terlanjur diidolakan para siswa. Ia dinilai berhasil menjadikan SMA Singkil Utara sebagai sekolah favorit di Aceh Singkil.
Sosok Asdi memang sedikit unik. Banyak siswa yang menyayanginya tapi ada juga yang membenci. Sekitar tiga pekan sebelum mutasi, ia sempat dipukul oleh salah satu siswanya. Penyebabnya, Asdi tidak mau menerima siswa bersangkutan sekolah, karena dinilai nakal.
Keunikan lain, ia tidak mau keberhasilnya diekspos media. Serambi beberapa waktu lalu sempat mewancarai keberhasilan sekolah dipimpinya, namun anehnya begitu difoto, ia menolak dengan alasan tidak mau terkenal. “Biarkan siswa, guru dan masyarakat sekitar yang menilai saya berhasil tidaknya,” katanya kala itu.
Kepala Dinas Pendidikan Yusfit Helmi, menyatakan mutasi, tidak ada kaitanya dengan pemukulan oleh siswa terhadap Asdi. Menurut Helmi, Asdi merupakan kawan dekatnya, mutasi benar-benar dilakukan demi penyegaran serta menegakan aturan.
“Beliau kawan tidur saya sejak kecil, bagus dan berhasil, tapi tidak mungkin terus-terusan menjadi kepala sekolah sampai pensiun. Beliau dimutasi siapa tahu akan mendapat jabatan lebih bagus dari pimpinan,” kata Yusfit.
Sementara itu, Asdi, yang dikonfirmasi terkait unjuk rasa siswa, mengaku menagis mendengar informasi begitu besar rasa cinta anak didiknya terhadap dirinya. Ia tidak menyangka anak didiknya akan melakukan unjuk rasa.
“Ini mungkin buah dari kasih sayang yang telah saya tanamkan ke anak-anak. Anak-anak mungkin sedih saya baru jatuh (dipukul siswa) tertimpa tangga lagi. Mereka spontan menunjukan kecintaanya di luar bayangan saya,” katanya.
Sebagai abdi negara Asdi menyerahkan persoalan ini, kepada atasannya. “Saya tetap berperinsip tidak seperti ayam bertelur. Bertelur satu tahu sekampung. Prinsip saya seperti dulu bertelurlah seperti penyu, telurnya beratus tapi tidak ada yang tahu,” ujarnya.(http://aceh.tribunnews.com)