Jaringanpelajaraceh.com | JAKARTA – Keterbatasan ekonomi sering kali membuat seseorang mengubur impiannya. Tapi, setiap ketekunan akan membuka jalan menuju impian yang dituju. Seperti yang dirasakan oleh Weni Tri Arfiyani.
Weni berasal dari keluarga tidak mampu. Ayahnya, Bambang Suripno, bekerja sebagai sopir panggilan dengan pendapatan tidak menentu. Sebab dalam satu bulan dia belum tentu mendapatkan panggilan.
Kemudian sang ibu, Liswidyawati, sehari-hari bekerja sebagai pembuat kue pesanan para tetangga. Jika kondisi sepi pesanan, dia berjualan geblek dan gorengan di pasar depan rumahnya yang terletak di lereng kaki Gunung Sumbing.
Berdasarkan keadaan tersebut, Weni ragu untuk mampu melanjutkan kuliah ke jenjang sarjana. Beruntung, dia memiliki prestasi akademik cemerlang, yakni masuk dalam peringkat tiga besar sejak SD hingga SMA.
Brebekal prestasinya itu, dia memperoleh beasiswa selama bersekolah di bangku SMP dan SMA. Bahkan, prestasi itu pula yang mengantarnya menjadi mahasiswa jurusan Komunikas Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan mendapat program Bidik Misi.
Menurut alumnus SMA 1 Magelang itu, dia tidak memiliki kiat khusus dalam belajar sehingga bisa terus berprestasi. Hanya saja setiap hari, Weni selalu mengalokasikan waktu untuk belajar. “Sehari-hari belajar maksimal tiga jam tapi efektif. Jadi tidak diforsir belajar terus malah akan kelelahan,” kata Weni, seperti dilansir dari situs UGM, Minggu (27/7/2014).
Keberhasilan Weni menjadi mahasiswa UGM membuat ayahnya bangga. Bambang mengungkap, bungsu dari tiga bersaudara itu telah memiliki keinginan untuk kuliah sejak SMP. Walapun hidup dalam keadaan pas-pasan, sekalipun Bambang tidak pernah melarang anak-anaknya melanjutkan kuliah.
“Tapi selalu saya tekankan kalau kuliah membutuhkan biaya besar dan bapak tidak mampu menyediakan uang sebanyak itu. Jadi kalau mau kuliah ya harus cari beasiswa,” kata Bambang.
Bambang berharap, dengan beasiswa Bidik Misi yang diraih Weni dari UGM bisa mencakup seluruh biaya kuliah hingga menjadi sarjana. Sebab, dia mengaku tidak mampu memberikan uang saku bagi Weni.
“Dengan beasiswa ini semoga nantinya kebutuhan saat kuliah bisa tercukupi. Saat sekolah dulu Weni sering puasa, prihatin, karena kami tidak bisa memberikan uang saku hanya bisa kasih uang untuk naik bis ke sekolah saja,” kenangnya dengan pandangan berkaca-kaca.
Sementara itu, sang bunda mengaku hanya bisa mengiringi perjuangan Weni dengan doa. “Kami hanya bisa merestui dan mendoakan. Semoga apa yang dicita-citakan ingin mengangkat derajat orangtua bisa terlaksana,” urai Liswidyawati sambil menitikkan air mata.
Sumber : Okezone.com |foto : ilustrasi .df