JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama melontarkan sindiran terhadap Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Menurut dia, Dinas Pendidikan DKI Jakarta lebih memprioritaskan penggunaan anggaran untuk menambah inventaris sekolah daripada untuk memperbaiki sekolah.
“Aduh kalau mau ngomong, hampir semua sekolah kayu biasa pasti rawan roboh. Mereka (Dinas Pendidikan) menggunakan anggarannya buat beli meja, file cabinet (loker) melulu daripada memperbaiki sekolah,” kata Basuki, di Balaikota Jakarta, Rabu (27/11/2013).
Untuk pengadaan file cabinet saja, Dinas Pendidikan DKI menganggarkan dana sekitar Rp 4 miliar lebih. Bahkan, Basuki juga mengatakan Dinas Pendidikan DKI Jakarta telah mengusulkan anggaran sekitar Rp 3 miliar untuk pengadaan circuit camera television (CCTV) di tiap sekolah.
Menurut Basuki, angka sebesar itu seharusnya lebih layak dialokasikan untuk memperbaiki sekolah, misalnya, mengganti plafon yang sudah rapuh dengan plafon yang lebih kuat. Oleh karena itu, salah satu faktor Pemprov DKI menerapkan sistem e-budgeting pada tahun 2014 ialah agar anggaran-anggaran yang dirasa berlebihan dapat dipangkas dan tidak muncul kembali sebagai “anggaran siluman”.
“Ngapain pasang CCTV? Mau menyaksikan atau rekam atap roboh? CCTV canggih tiga miliar satu sekolah? Kan gila itu, kita mesti coret,” tegas Basuki.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto mengapresiasi pernyataan Basuki tersebut. Menurut dia, yang terpenting saat ini adalah bagaimana dapat menerapkan “CCTV di dalam hati” para siswa tersebut agar menjadi peserta didik yang lebih baik.
Tahun ini, sebanyak 37,5 persen anggaran dialokasikan untuk merehabilitasi sarana dan prasarana sekolah. Lebih lanjut, kata dia, tak sedikit bangunan sekolah yang sudah tua. Zaman dahulu bangunan belum mengenal adanya baja ringan sehingga sebagian besar bangunan sekolah masih menggunakan kayu sebagai fondasi dasar.
Tahun ini, ada sebanyak 38 sekolah yang akan direhab total. Untuk anggarannya, dibutuhkan Rp 10 hingga Rp 26 miliar. “Untuk rehab gedung SD dibutuhkan Rp 9-10 miliar, gedung SMP belasan miliar, dan gedung SMA bisa membutuhkan sampai Rp 20 miliar karena membutuhkan laboratorium, dan biasanya dibangun empat lantai,” kata Taufik.
Seperti diberitakan, dalam satu minggu ini, ada dua peristiwa atap sekolah ambruk. Peristiwa pertama terjadi di Sekolah Dasar (SD) Negeri 01 Pagi dan 02 Petang, Rawa Terate, Cakung, Jakarta Timur. Sekolah yang masih dalam tahap renovasi itu atap bangunan dengan kerangka baja ringannya ambruk. Beruntung tak ada kegiatan belajar mengajar saat kejadian. Peristiwa itu terjadi pada Jumat (22/11/2013) pagi.
Empat hari kemudian, Selasa (26/11/2013), atap sekolah kembali ambruk. Kini, terjadi atap di kelas IV Sekolah Dasar Negeri (SD) Negeri 05 Pademangan Barat, Pademangan, Jakarta Utara. Akibat peristiwa itu, Wahyu Susanto (9), salah satu siswa, mengalami luka benjol di kepala. Kegiatan belajar mengajar pun dihentikan.