TANGGAL 31 Januari 2014 adalah hari libur nasional. Lantas apa yang tidak biasa dari hari libur nasional kali ini? Iya benar, hari libur nasional ini untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2565. Butuh perjalanan panjang hingga akhirnya bangsa Indonesia saling memahami dan menghargai sesamanya. Lepas dari isu SARA yang membelenggu Bhinneka Tunggal Ika.
Sejak dahulu kala Indonesia bagai zamrud khatulistiwa yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, kepercayaan, dan tentunya budaya yang beragam. Semuanya saling terkait menjadi satu kesatuan dalam Nusantara. Akan tetapi mata bangsa Indonesia seakan tertutup dengan berbagai macam kepentingan golongan. Hingga akhirnya berbanding lurus dengan menutup pintu gerak beberapa golongan minoritas.
Presiden ketiga Republik Indonesia, yang akrab dipanggil Gus Dur, membuka pintu pertama dengan menjadikan tahun baru penanggalan China sebagai hari libur nasional. Memberi warna merah pada satu tanggal di kalender tidak semudah menorehkan tinta di atas kertas. Pro dan kontra banyak terjadi, namun keputusan telah dibuat dengan tekad bulat dan kuat, tentunya bernas rasa persatuan dan kesatuan.
Mungkin kita, hanya merasakan “enaknya” hari libur untuk beristirahat dan berekreasi dan melupakan esensi latar belakang hari libur itu sendiri. Sedikitnya kita menjadi bangsa yang menolak lupa dengan sejarah. Layaknya perkataan Bung Karno, “Jangan sekali-kali melupakan sejarah!”
Bangsa China tiba di bumi Nusantara sejak lama. Ketika jalur sutera masih menjadi tumpuan. Ikut menghunus bambu runcing saat perang kemerdekaan. Secara tidak langsung menjadi bagian bangsa Indonesia sejak bumi pertiwi dalam buaian.
Pesta tahun baru Imlek nanti, harus menjadi momentum kita bersama kembali pada Bhinneka Tunggal Ika. Istilah “salad bowl” sangat cocok kita jadikan acuan. Gado-gado yang terdiri dari berbagai macam sayuran dijadikan satu, buatan khas nenek kita. Tetapi ingat kita masih bisa merasakan rasa unik tiap sayurannya bukan? Akhirnya menghakimi lebih mudah daripada memahami, padahal tidak cukup sekedar mengenal untuk mengerti.