Jaringanpelajaraceh.com | BANDA ACEH – Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Rabu (2/7/2014) pagi akan menggelar diskusi publik untuk mendengar pendapat berbagai pihak atas wacana pergantian nama universitas tersebut. Acara itu akan berlangsung di Gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah Darussalam Banda Aceh.
Diskusi tentang pergantian nama Unsyiah hangat dibincangkan di media sosial dan beberapa minggu terakhir. Bahkan, pembicaraan juga ada yang mengarah kepada salah satu aliran atau paham dalam Islam.
Kepala Humas Unsyiah, Dr Ilham Maulana, yang dihubungiSerambinews.com (30/6/2014) petang tadi mengatakan, peserta yang diundang dalam acara itu meliputi unsur Muspida Aceh, alumni Unsyiah, para pemangku kepentingan, serta seluruh civitas akademika Unsyiah.
“Forum diskusi ini diharapkan menjadi salah satu referensi tentang perlu tidaknya Unsyiah mengganti nama,” ujar Ilham.
Wacana yang banyak diperbincangan tersebut mendapat tanggapan dari sejumlah warga Banda Aceh. Misbahuddin, misalnya. Warga Ulee Kareng ini mengatakan, merupakan satu langkah mundur jika kampus ini mendiskuskan kembali nama Unsyiah. Menurut Misbahuddin, seharusnya saat ini yang dilakukan Unsyiah adalah mengurus kampus menjadi lebih maju dan semakin berprestasi.
“Mutu harus bagus, korupsi jangan ada lagi di kampus. Kampus itu mendidik manusia menjadi lebih baik. Soal nama ngapain dibahas lagi. Ini sudah bagus nama ulama besar, ngapain ngurus nama. Urus dosen saja, biar rajin mengajar, ada ada saja!,” ujarnya.
Sementara itu, kolektor naskah kuno Tarmizi A Hamid atau yang bisa disapa Cek Midi mempertanyakan apa urgensi perubahan nama tersebut. Ia berpendapat, yang harus dipikirkan Unsyiah saat ini adalah meningkatkan kualitas kampus sehingga menjadi lembaga bergengsi di Indonesia dan dunia.
“Unsyiah seharusnya mengevaluasi para lulusan, kinerja dosen, dan mutu kampus. Bukan terbawa arus wacana yang tidak memiliki landasan ilmiah dengan mengadakan diskusi perubahan nama, ini kan aneh,” kata Tarmizi A Hamid.
Terkait nama, Tarmizi A Hamid mengatakan apa yang sudah dimiliki kampus ini dengan nama Unsyiah merupakan perjalanan sejarah yang panjang, memiliki nilai filosopi dan memiliki keagungan yang sudah terkenal ke seluruh dunia.
“Sampai ke tangan kita saat ini mau mengotak-atik nama besar ulama kita ini? kalau buruk rupa janganlah cermin yang dipecahkan, ” tegas Cek Midi dengan nada tinggi saat dihubungi serambinews.com.
Tarmizi A Hamid mengajak semua kalangan di Aceh terutama para pemangku kepentingan di Unsyiah agar membaca kembali naskah kuno Mir’at At Thulab karya Syeikh Abdurrauf As Singkili pada era kerajaan Aceh yang dipimpin oleh Ratu Safiatuddin. Ia juga menyarankan membaca kembali naskah kuno Turjaman Al Mustafiq, sebuah tafsir Alquran dalam bahasa Melayu yang pertama di dunia karya Syeikh Abdurrauf As Singkili.
Sementara itu, sejumlah akun facebook juga ramai membicarakan wacana pengubahan nama ini. Akun Kamaroezzaman Abdullah Musa, misalnya. Ia menulis status; “syeikh abdurrauf as-singkily alias syiah kuala adalah seorang syi’ah..yang marah silahkan marah ke rektor unsyiah.”
Status Kamaroezaman kemudian ditimpali sejumlah komentar lain seperti oleh WS Sytra. Ia menulis, “Unsyiah, bukan Unsyi’ah. Kemampuan membaca orang Aceh ini kok cetek betul ya?”
Sementara itu, Murizal Hamzah alumnus Unsyiah yang saat ini menetap di Jakarta menuliskan status di facebokknya. “Joke MH di fb yakni kampus ada nama syiah tapi tidak ada pelajaran syiah. ada2 aza. bukan urus akreditasi saja unsyiah ini. Gabuk manok gabuk itek.”
Untuk diketahui, wacana penggantian nama universitas tertua di Aceh ini terungkap dalam pidato Rektor Unsyiah, Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng saat melantik pengurus Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unsyiah periode 2014-2016 di Banda Aceh, Rabu (25/6/2014).
Sebelumnya, wacana itu disuarakan oleh beberapa pihak dalam berbagai diskusi di dunia maya maupun diskusi langsung. Unsyiah menerima beberapa laporan dari masyarakat bahwa nama Unsyiah di luar Aceh dan di luar negeri kadang diidentikan dengan aliran Syi’ah, yaitu salah satu aliran Islam yang tak begitu diterima di Indonesia.
Nama “Universitas Syiah Kuala” diambil dari nama salah satu ulama besar Aceh zaman dulu, yaitu Syech Abdurrauf As-Singkili yang juga dikenal dengan nama Teungku Syiah Kuala. Nama perguruan tinggi ini secara resmi tertabalkan sejak awal dengan kata “Syiah Kuala” yaitu pada 2 September 1959.
Nah, kalau menurut Anda bagaimana? setuju tidak perubahan nama itu?
Sumber : aceh.tribunews.com | DF