Nay Pyi Taw – Hubungan bilateral Indonesia dan Myanmar semakin erat. Salah satunya adalah pembangunan sekolah di daerah rawan konflik etnis di Rahine State, Myanmar.
“Pasca kunjungan kami Januari 2013 lalu, pemerintah Indonesia memberikan bantuan 1 juta dolar AS untuk membangun sekolah di dua komunitas yang mengalami konflik. Kita bangun 4 sekolah, untuk membantu meningkatkan rekonsialisasi,” kata Menlu Marty Natalegawa.
Hal itu dikatakan Marty disela-sela acara KTT Asean ke-24 di Myanmar International Convention Centre (MICC), Nay Pyi Taw, Myanmar, Sabtu (10/5/2014).
Marty menilai hubungan bilateral Indonesia-Myanmar sangat baik. Hal ini karena dilatarbelakangi perspektif sejarah dan kedua negara sama-sama mengalami proses transisi ke arah demokrasi.
“Sehingga ada rasa nyaman yang tinggi untuk berbagi pengalaman dan permasalahan yang sama,” tuturnya.
Indonesia, lanjut Marty, juga berkeinginan untuk meningkatkan potensi yang ada pada kedua negara. Misalnya, kerja sama di bidang perdagangan dan investasi.
“Berkenaan dengan perubahan di negara Myanmar, tentu membuka peluang bagi banyak pengusaha kita, bagi perekonomian Indonesia untuk bekerjasama,” imbuhnya.
Menurut Marty, kondisi Myanmar saat ini sama seperti Indonesia ketika mengalami proses transisi ke arah demokrasi. Myanmar juga menghadapi tantangan, misalnya menyangkut konflik horizontal dan lain-lain.
“Kita juga bekerjasama dengan Myanmar untuk memastikan agar kita bisa saling mendukung dalam proses ke arah demokrasi ini, termasuk menyangkut etnis minoritas Rohingya,” tutupnya. [Detik, Kemenlu]