Meskipun sosok Basoeki Abdullah kini hanya tinggal kenangan, masyarakat masih dapat melihat jejak-jejak peninggalan karya beliau dari Pameran Arsip “Lacak” yang akan dilaksanakan pada 7 – 21 November 2017 di Museum Basoeki Abdullah.
Acara yang diramaikan oleh berbagai komunitas seni dan mahasiswa ini menghadirkan Direktur Kesenian, Restu Gunawan sebagai Pembicara Kunci dan beberapa narasumber seperti Kritikus Seni, Agus Dermawan; Arkeolog UI, Agus Aris Munandar; Seniman Agung Hujatnikajennong; dan pengusaha serta kolektor benda seni, Ciputra.
Dalam pidato kuncinya, Restu Gunawan mengatakan arsip atau proses pendokumentasian perlu dilaksanakan oleh para seniman untuk menciptakan interaksi dengan pengunjung.
“Bentuk pengarsipan perlu dilakukan sebelum seniman menciptakan sebuah karya, seperti melakukan riset terlebih dahulu. Dengan itu akan tercipta sebuah narasi yang memudahkan pengunjung atau penikmat seni untuk berinteraksi dan memahami karya seni yang diciptakan oleh seniman,” ujar Restu Gunawan.
Hal senada juga disampaikan oleh Agung Hujatnikajennong. Kurator Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN). Ia mengatakan, arsip merupakan sebuah bukti penting yang harus dimiliki oleh para seniman.
“Arsip pada akhirnya menjadi bukti penting terhadap sebuah karya seni. Tidak lagi hanya dipandang sebagai aspek pendukung, arsip kini sudah menjadi objek utama pameran itu sendiri,” kata Agung.
Ngobrol @Tempo “Arsip Seni Sebagai Warisan Budaya” merupakan acara yang diselenggarakan untuk menyambut Pameran Arsip Basoeki Abdullah “Lacak” yang diselenggarakan 7 – 21 November 2017. Bukan hanya lukisan-lukisan karya Basoeki Abdullah yang akan dipamerkan, namun juga barang-barang pribadi milik Basoeki Abdullah serta artikel atau tulisan yang mengisahkan tentang perjalanan karir dan hidup sang maestro. (p/ab)
sumber:http://nusakini.com/news/arsip-sebagai-bukti-penting-sebuah-karya-seni