LHOKSEUMAWE – Sekitar 300-an mahasiswa Universitas Malikussaleh (Unimal), Selasa (19/11) berdemo di depan Gedung Rektorat kampus utama, kawasan Reuleut, Kecamatan Muara, Batu Aceh Utara. Mereka mendesak pihak rektorat mengevaluasi kembali pengelolaan Uang Kuliah Tunggal (UKT).
“UKT terbagi atas lima kelompok yang berdasarkan pendapatan ekonomi berpeluang memecah belah mahasiswa. Padahal, tujuannya meringankan biaya pendidikan dan menghindari pengutipan tak terduga di kampus. Kami menuntut transparansi alokasi UKT,” ujar Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unimal, Firdaus Noezula, dalam orasinya saat aksi tersebut.
Menurutnya, ada dua persoalan yang terjadi dalam pengelolaan UKT tersebut. Pertama, sebut Firdaus, belum maksimalnya pengawasan sehingga pembagian kelompok UKT tidak tepat sasaran dan kedua pihak rektorat tidak menyepakati hasil audiensi dengan Ormawa tentang penerapan SPP tunggal. Dalam aksi yang dikoordinasi BEM tersebut, perwakilan pendemo juga menyerahkan 600-an berkas pengaduan mahasiswa terkait penerapan UKT ke rektorat.
Pembantu Rektor III Unimal, Dahlan Abdul Rahman SAg MSi yang menerima kedatangan pendemo mengatakan, pihaknya tak pernah berniat menutup-nutupi UKT yang disebut-sebut tidak tepat sasaran dan berpotensi memecah belah mahasiswa. Namun, ia juga belum sepakat dengan tuntutan mahasiswa karena masalah itu harus dibicarakan dulu dengan rektor.
“Saya belum bisa tandatangani tuntutan mahasiswa karena harus membahasnya dengan rektor lebih dulu. Beliau sekarang sedang di Jakarta, jadi silakan kembali lagi pada hari Selasa, 26 November nanti,” jelas Dahlan.
Barisan mahasiswi tampak berada di barisan depan saat demontrasi menuntut transparansi UKT di depan gedung Rektorat Unimal. Mereka berdiri dan merapat hingga ke bibir teras gedung. Dengan membawa spanduk dan memakai umbul-umbul, kaum perempuan itu berteriak memperjuangkan haknya. “UKT harus transparan. Jangan ada lagi praktik bisnis di dunia pendidikan,” pekik seorang mahasiswi penuh emosi.
Pekikan itu disambut yel-yel tanda setuju dari mulut mahasiswi lainnya. Angin demokrasi dan kesetaraan berembus kencang di kampus perguruan tinggi negeri kedua di Aceh itu. Demo berlangsung tertib di bawah rintik-rintik hujan. Namun, mahasiswi itu harus kembali bersabar karena aksinya itu belum membuahkan hasil.(aceh.tribunnews.com)