Pelatihan kali ini dimaksudkan untuk membantu guru-guru agar mampu dan lancar membuat ” Penelitian Tindakan Kelas, atau disingkat dengan PTK”. Pelatihan ini menjadi sangat bermakna dan penting mengingat sangat banyak guru selama ini yang gagal dalam mengurus kenaikan pangkat, hanya karena kurang mampu membuat PTK dan menulisnya dengan benar, sehingga dalam penilaian, tidak memenuhi syarat. Dampak buruknya, tidak bisa naik pangkat.
Pada Periode 1 Oktober 2015, lanjut H.Darmansyah, bahwa dari 599 guru yang mengusulkan naik pangkat, hanya 58 guru yang bisa lolos dan naik pangkat. Selebihnya terganjal dengan persoalan PTK tersebut. Penyebabnya adalah terkait dengan lemahnya kemampuan guru menyusun PTK tersebut. Oleh sebab itu, pelatihan yang berlangsung selama 4 hari ini diharapkan menjadi kegiatan yang dapat memicu dan memacu guru untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan, ketrampilan serta kemauan dalam menyusun PTK yang akan membantu guru sendiri.
Walau sebenarnya, urusan naik pangkat itu awalnya memang harus diurus sendiri oleh guru. Namun, mengingat banyak yang gagal dalam proses pengurusan pangkat karena terganjal PTK, maka kegiatan ini dilakukan. Dengan pelatihan ini, dimana para guru yang mungkin saja sudah pernah mengikuti pelatihan yang sama seperti ini di luar, bisa mensinergikan dengan yang akan dipelajari atau didapatkan dari pelatihan ini. Paling tidak ada upaya untuk menyamakan dan mereview persepsi terhadap model-model PTK dengan segala format dan model yang sudah pernah dipelajari.
Dalam pelatihan yang diikuti oleh lebih kurang 120 peserta yang berasal dari 23 Kabupaten dan kota di Aceh tersebut, para peserta diminta membawa laptop dan PTK yang sudah pernah ditulis untuk lebih mudah dikoreksi bersama-sama di dalam dan di sela-sela kegiatan pelatihan berlangsung. Bagi yang sudah terbiasa menulis PTK, akan bisa membandingkan apa yang sudah pernah dibuat, sekalian bisa saling berbagi, membantu teman-teman guru yang selama ini bisa saja belum membuatnya. Jadi sekali gus bisa membantu guru yang belum memiliki pengalaman menyusun PTK tersebut.
Ketika guru atau peserta membawa PTK aka nada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, ada PTK yang mungkin selama ini didapat dengan hanya copy paste punya guru yang lain dan ada pula yang mungkin dibuat sendiri, namun masih belum sempurnah. Pelatihan ini akan menyempurnakan kedua hal tersebut, sehingga benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Apalagi, untuk mempercepat proses dan memperbaiki PTK tersebut, para peserta difasilitasi oleh tiga orang trainer yang sudah sangat berpengalaman di bidang ini, masing-masing Pak Zulkarnaini, Pak Drs. Tamarli M.SE dan Drs. Yusri M.Pd yang ketiganya adalah dosen dari Universitas Abulyatama Aceh dan Dr. Jarjani Usman, dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Darussalam, Banda Aceh.
Menyimak apa yang disampaikan oleh Kabid GTK, H. Darmansyah, S.Pd, MM pada acara tersebut, bahwa apa yang melatarbelakangi dilaksanakan pelatihan ini, maka ada banyak kemungkinan yang terjadi dengan guru selama ini. Tak adapat dipungkiri bahwa selama ini, kegiatan-kegiatan penelitian itu sangat jarang dan bisa dikatakan hampir tidak pernah dilakukan guru pada umumnya, kecuali saat belum menjadi guru dan menjadi sarjana. Kalau mau meraih gelar sarjana dibutuhkan penelitian untuk menyusun skripsi, lalu setelah menjadi guru, kegiatan penelitian seakan bukan menjadi kegiatan yang harus dilakukan oleh guru.
Maka, bisa jadi, pemahaman tentang kata penelitian, seringkali istilah itu, seakan-akan hanya menjadi milik para peneliti yang berada di Universitas-Uiversitas atau lembaga-lembaga penelitian. Sehingga, ketika menyebutkan kata penelitian dan ditambat lagi dengan kata ilmiah, kegiatan ini menjadi momok, yah al yang menakutkan bagi guru dan terksesan sebagai sebuah kegiatan yang begitu berat.
Padahal, penelitian tindakan kelas itu adalah sebuah kegiatan yang sangat mengasyikan dan mudah. Masalahnya adalah ketika guru harus menuliskan laporan PTK tersebut, sebagai akibat dari tidak biasanya guru menulis, membuat karya tulis, termasuk karya ilmiah selama ini. Bila guru sering menulis, membuat karya ilmiah, maka menyusun PTK dan membuat laporan PTK tersebut bukanlah hantu atau momok yang membuat kita harus gagal saat memenuhi syarat pembuatan laporan PTK tersebut.
Jadi persoalannya ada pada dua hal, yakni masih rendahnya budaya membaca dan menulis di kalangan kebanyakan guru. Rendahnya kemauan membaca dan menulis yang kita sebut juga sebagai bagian dari budaya literasi tersebut, telah menyulitkan guru untuk melahirkan karya tulis dalam bentuk apa pun, termasuk menulis laporan ” Penelitian Tindakan Kelas ( TPK) tersebut.
Padahal, penelitian tindakan kelas itu adalah sebuah penelitian yang sederhana dan tidak rumit serta tidak membutuhkan biaya besar sebagaimana penelitian-penelitian yang dibuat oleh para peneliti di lembaga-lembaga penelitian. Dikatakan demikian, karena TPK merupakan penelitian yang bisa dilakukan oleh guru sendiri di kelas. Caranya adalah dengan merencanakan, ya, menyusun rencana penelitian, lalu dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul di dalam kelas, menganalisisnya, merefleksi tindakan secara kolaboratif dan partisipatif serta melihat hasilnya. Semuanya diujukan untuk memperbaiki kinerja guru yang bisa meningkatkan hasil belajar para siswa. Jadi sangat sederhana bukan?
Bila PTK sudah dilakukan, maka hasil dari penelitian tersebut ditulis mengikuti format yang sudah ada dan lazim digunakan. Kunci keberhasilan membuat laporan PTK adalah pada semua catatan atau temuan yang dibuat saat melakukan mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, catatan dari hasil analisis dan juga catatan dari tindakan yang diambil serta catatan hasilnya, ditulis dalam sebuah bentuk laporan yang sesungguhnya sudah ilmiah itu. Jadi tidak berat bukan?
Dikatakan strategis, karena pelatihan ini jelas bukan hanya membantu guru menyelesaikan masalah kesulitan menyusun laporan PTK saja, tetapi dengan kegiatan ini juga menumbuhkan kesadaran guru akan pentingnya melakukan dan menyusun PTK, membangun kembali budaya baca dan menulis para guru dan sekaligus membangun kemampuan berfikir dan bertindak ilmiah sebagai bagian membangun kemampuan budaya ilmiah di kalangan guru yang bermuara pada kemampuan ilmiah para siswa di sekolah. Semua ini, akan dapat meningkatkan kinerja guru yang sekaligus meningkatkan hasil belajar para siswa di sekolah. Selamat mengikuti latihan Penulisan Karya Ilmiah (PTK). Semoga sukses.
sumber: