Hal itu disampaikan Menaker saat menjadi keynote speaker pada Sidang Senat Terbuka Wisuda XIII Universitas Multimedia Nusantara (UMN) bertemakan “Sumber Daya Manusia Unggul Menyongsong Era Industri 4.0″ di Tangerang, Banten, Sabtu (30/6/2018).
Pelibatan industri dalam penyusunan kurikulum, diyakini Menaker akan sangat efektif dan sesuai dengan kebutuhan yang menguasai pasar secara kekinian. Misalnya, perusahaan besar otomotif yang menguasai pasar di Indonesia, bersinergi disain kurikulum, untuk kejuruan otomotif.
Paling cuma 4-5 brand utama di industri tertentu, suruh mereka kumpul buat kurikulum kejuruan. Pasti lebih sesuai karena brand-brand di bawah mereka, pasti akan memakai. Ini simpel sekali,” ujarnya.
Keterlibatan industri, lanjut Menaker, harus disinkronkan dengan kurikulum dunia pendidikan. “Kalau kita tidak melakukan, pasti yang membuat kurikulum siapa, yang membutuhkan tenaga kerja siapa. Jadi bisa jalan sendiri-sendiri, ” ujar Menteri Hanif.
Hasil riset dari McKinsey Global Institute memaparkan bahwa Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ketujuh secara global pada 2030. Hal ini disebabkan, pada masa itu nantinya Indonesia akan mengalami bonus demografi.
Menteri Hanif mengatakan, untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara perekonomian terbesar ketujuh di dunia, maka dalam 15 tahun ke depan, masih diperlukan penambahan tenaga terampil (skilled workers) sebanyak 3,8 juta orang setiap tahunnya. Data tahun 2015, tenaga terampil Indonesia sebanyak 56 juta orang.
Menurut Hanif, saat ini lulusan perguruan tinggi di Indonesia per tahun mencapai sekitar 800 ribu orang. Jika diasumsikan seluruh lulusan tersebut memiliki kompetensi yang bagus, jumlahnya masih kurang.
Maka untuk menambah tenaga terampil sebanyak 3,8 juta orang per tahun, sudah terbukti tidak dapat hanya mengandalkan jalur pendidikan, tapi kita juga butuh terobosan dari pendidikan vokasi dan pelatihan kerja,” kata Menaker Hanif.
Dalam kesempatan ini, Menaker juga mengajak dunia kampus agar memperkuat STEMP (Science, Technology, Engineering and Math). Penguatan STEMP diperlukan agar generasi muda mampu menghadapi persaingan jika menggunakan big data di masa mendatang.
Perguruan tinggi juga harus perkuat STEMP. Di luar itu kita kembali kepada bagaimana menggenjot vocational training untuk menghadapi tantangan jangka pendek dan menengah,” katanya.
Menaker menambahkan, pihaknya memberikan apresiasi kontribusi UMN dalam melahirkan generasu muda yang siap bersaing.
Dihadapan Dirjen Binalattas, Bambang Satrio Lelono, Kordinator Kopertis III Illah Sailah, Rektor UMN Ninok Leksono, para Guru besar UMN, 288 wisudawan dan orang tua wisudawan/ti, Menaker Hanif berpesan agar plara wisudawan yang telah lulus kuliah, tak boleh berhenti dengan skills dan kompetensi yang ada sekarang ini.
Saya sarankan agar terus perbaiki diri, berinovasi dan terus meningkatkan kualitas diri di tengah zaman persaingan. Mau tak mau, daya saing juga harus diperkuat,” ujar Menaker Hanif.
Selain persaingan, hal yang tak kalah penting adalah kemampuan kolaborasi. Pemerintah saat ini terus mendorong life long learning dan life long employebility. Mendorong agar proses pembelajaran dan peningkatakan kompetensi secara terus menerus bagi warganegaranya, agar kemampuan bekerjanya meningkat terus menerus.
“Kalau punya skills, punya kelebihan jangan berhenti. Tapi juga harus tingkatkan pengetahuan dan inovasi,” kata Menaker. (*)
sumber:http://www.tribunnews.com