Aceh berhasil menekan angka putus sekolah melalui penerapan pendidikan formal universal 12 tahun dan pendidikan untuk semua. Angka putus sekolah hanya 0,38 persen untuk tingkat SD, 0,22 persen untuk SMP, serta 1,76 persen untuk SMA. Sebanyak 20.000 guru juga dilatih di Pusat Pengembangan Mutu Guru (PPMG). Dalam tahun 2013-2014 pelajar Aceh juga berhasil meraih 78 medali nasional dari berbagai lomba bidang pendikan, 14 emas, 21 perak, 28 perunggu, dan 15 juara harapan.
Jaringanpelajaraceh – Pembangunan sektor pendidikan merupakan salah satu program prioritas Pemerintah Aceh, sesuai dengan visi misi Gubernur dr H Zaini Abdullah dan Wakil Gubernur Muzakir Manaf (Zikir), yakni membangun Aceh yang bermartabat, sejahtera, berkeadilan, dan mandiri berlandaskan Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA).
Penjabaran visi misi tersebut telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Aceh 2012-2017. Ada beberapa kebijakan pokok bidang pendidikan yang dituangkan dalam RPJM tersebut, antara lain, penerapan pendidikan formal universal 12 tahun dan pendidikan untuk semua (education for all), peningkatan kualitas lulusan pendidikan nonformal sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Selain itu, mengembangkan pendidikan vokasional dan kewirausahaan (entrepreneurship) yang memenuhi Kualifikasi Keahlian Nasional Indonesia (KKNI), mengupayakan peningkatan penyelenggaraan, dan pengelolaan pendidikan yang efektif dan efisien untuk pencapaian standar nasional pendidikan.
Pemerintah Aceh terus berupaya mewujudkan tercapainya pendidikan bermutu dan berdaya saing berlandaskan dinul Islam pada tahun 2017. Untuk mencapai itu, ditetapkan delapan prioritas pendidikan Aceh.
Kedelapan prioritas itu adalah: peningkatan karakter pendidikan islami, pendidikan dan pelatihan bagi guru mulai dari PAUD hingga sekolah menengah, pemagangan guru dan siswa, serta tenaga pendidikan ke luar negeri, peningkatan kualitas guru melalui penyediaan beasiswa, perluasan jaringan kerja sama lembaga-lembaga pendidikan dalam dan luar negeri, penyediaan alat laboratorium dan fasilitas bengkel serta sarana olahraga, kemudian melaksanakan ujian nasional (UN) yang jujur dan bermutu.
Pada tahun 2013, capaian partisipasi akses pendidikan peserta didik di Aceh sudah di atas rata-rata nasional. Untuk Program Wajib Belajar 9 Tahun, Aceh berada pada peringkat lima nasional, sementara untuk pendidikan menengah atas Aceh berada pada urutan keempat.
Aceh juga salah satu provinsi dengan angka putus sekolah terendah di Indonesia. Untuk tingkat SD Aceh berada pada urutan tiga nasional dengan hanya 0,38 persen angka putus sekolah. Sementara untuk tingkat SMP Aceh berada pada peringkat lima (0,22 %) dan tingkat SMA pada peringkat empat (1,76 %). Aceh juga berhasil memperbaiki ranking kelulusan siswa secara nasional. Bila tahun 2013 Aceh berada pada peringkat 32, tahun 2014 naik ke peringkat 26.
Pemerintah Aceh, terutama melalui Dinas Pendidikan Aceh, juga terus berupaya meningkatkan kapasitas tenaga pendidik. Tak kurang 20.000 guru bidang studi sudah dilatih Dinas Pendidikan Aceh di sembilan PPMG. Selain itu, 1.200 guru juga dilatih keterampilan bidang Teknologi Komunikasi dan Informasi (TIK) dalam 50 angkatan di Balai Tekkomdik Dinas Pendidikan Aceh. Di samping itu, lebih dari 1.500 guru PAUD dilatih oleh BPKB dab Bidang PLS.
Dalam tahun 2013-2014, saat Dinas Pendidikan Aceh dipimpin Drs Anas M Adam MPd, siswa Aceh juga berhasil meraih 78 medali dari berbagai lomba bidang pendidikan, dengan rincian: 14 emas, 21 perak, 28 perunggu, dan 15 juara harapan. Perolehan medali yang terbaru adalah empat medali untuk juara nasional pada lomba pendidikan dan tenaga kependidikan anak usia dini nonformal dan informal yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Bandung, Jawa Barat, tanggal 9-14 Agustus 2014.
Dari 15 cabang yang diperlombakan, Aceh berhasil meraih dua medali perunggu pada kategori lomba kepala SKB yang diraih oleh Mulyana dan lomba instruktur elektronika diraih oleh Khairul Azwar. Selanjutnya, juara harapan I dan II untuk jenis lomba pengelolaan PAUD diraih oleh Cut Zahara Meutia serta lomba tutor keaksaraan yang diraih Nurul Fitriana.
Sumber : Serambinews.com