JARINGANPELAJARACEH.COM-Setiap manusia mengharapkan sebuah perubahan dalam kehidupannya. Tidak hanya dapat perubahan dalam pola pikir, tetapi juga perubahan kualitas kehidupan. Melalui revolusi yang diciptakan saat memasuki usia 20 tahun, Rusanto Syadan Urpa mahasiswa Perpajakan Universitas Jambi bertekad meraih kesuksesan sebelum usia 30 tahun.
Baginya usia 30 merupakan usia yang matang. Jadi, sekarang adalah waktu yang tepat untuk meniti harapan tersebut. Membanggakan keluarga di usia muda pasti bahagia,
Sejak duduk di bangku SMK, Syadan sudah menjadi murid yang berprestasi. Ia pernah menjadi wakil sekolahnya ke Malaysia. Ia memperoleh juara 1 The Best Kios, yakni pekerja terajin dengan jumlah penjualan kios terbanyak. Pengalaman belajar yang diperoleh Syadan sewaktu di Malaysia menjadi pemikat utama menjadi enterpreuner muda serta membanggakan keluarga.
Anak bungsu dari tiga bersaudara ini memulai kehidupan menjadi pengusaha sejak usia 19 tahun. Ia memulai kariernya dengan membuka laundry sepatu tanpa modal dan keahlian seadanya. Namun bisnisnya tidak bertahan lama.
Kegagalan menghampiri Syadan. Akan tetapi motivasi sukses di usia 30 tahun membuatnya tak pernah patah semangat. Berkat kegigihannya dan orang-orang sekelilingnya selalu memberi pengaruh positif, Syadan bangkit dengan memulai usaha baru bersama dua orang teman sekampusnya.
Kami buka usaha bermodal Rp1 juta yang kami kumpulkan bareng-bareng,” ungkap Syadan mengingat kisahnya. Menjadi seorang pengusaha di usia muda, tak semudah membalikkan telapak tangan. Usaha yang dibangun Syadan dengan teman-temannya gagal. “Saya memilih untuk memisahkan diri karena visi dan misi kita sudah beda,” jelas Syadan mengingat perjuangannya.
Setelah Syadan memilih mengambil jalan sendiri dalam berusaha, semua kembali seperti semula. Syadan kembali pada titik nol, di mana dia harus berjuang dari awal membangun usaha baru. “Bagi saya bisnis adalah aktivitas. Di mana aktivitas, pasti kita lakukan setiap hari,” ungkap Syadan.
Tak bisa jauh dari kata bisnis dan berusaha, Syadan pun tak menghabiskan waktunya berdiam diri dengan lama. Kurun waktu dua bulan setelah ia berhenti, ia pun bangkit dan memulai usaha baru. Syadan memulai bisnis barunya tepat pada Januari 2016, yakni membuka bisnis minuman ringan yang berbahan utama teh.
Tak berjalan lama, ia sudah memperoleh prestasi. Minuman buatannya digandrungi banyak kaum muda dan menjadi trend postingan di media sosial. Tak hanya itu, ia ikut dalam acara Gerobak Kuliner Jambi yang diselenggarakan pada akhir tahun 2016 dan teh ala Syadan yang diberinya brand Teanol, ramai sekali pengunjungnya.
Jadi suntikan semangat buat nambah serius lagi ngembangi usaha waktu tahu kami diajak buat ngisi stand di acara yang diadakan oleh Telkomsel,” ungkap Syadan. “Paling mengejutkan lagi, stand kami itu jadi stand paling ramai dikunjungi selama acara.”
Suntikan semangat yang didapatkan melalui kegiatan tersebut benar-benar ampuh. Syadan yang awalnya hanya memiliki satu gerobak jualan di daerah Beringin, kini sudah memiliki stand di beberapa sudut di Kota Jambi. Sekarang Teanol sudah bisa di temui di Sipin, Candra dan Telanai,
Tak hanya masyarakat Kota Jambi yang dapat menikmati kesegaran teh ini. Teanol kini sudah dapat dinikmati masyarakat di Palembang, Bungo dan Kuamang Kuning.
Prestasi yang membanggakan lagi adalah, kini Syadan sudah memiliki tempat sendiri untuk berjualan dan menyambut hangat para pembelinya. Bertempat di kawasan Telanai Jambi, tepatnya di Jalan Arif Rahman Hakim, Sebrang Sambal Lalap Telanai, kini pencinta Teanol dapat menikmati teh dengan nuansa mewah hitam-kuning ala Teanol.
Kini Syadan sudah dapat menikmati hasil kerja kerasnya yang dimulai sejak awal tahun lalu kini membuahkan hasil yang baik. “Usaha yang tak akan ada habisnya. Setelah ini saya tetap akan mengembangkan bisnis ini. Saya mau punya tempat yang lebih besar dan mewah,” ungkap Syadan.
Sehari Raup Hingga Rp 5 Juta
Teanol adalah teh Thailand yang simpel, dibuat dengan modal sedikit, kemasan unik dan dapat menarik anak muda untuk menikmatinya,” ungkap Syadan menjelaskan mengapa ia memilih produk usahanya. “Kemasan dibuat semenarik mungkin agar anak muda yang sedang tergila-gila dengan media sosial tertarik dengan produk ini dan mereka membantu dalam promosi produk ini.
Bermula berdagang di pinggir jalan dengan delapan variasi rasa, kini Syadan sudah memiliki tempat sendiri dengan pendapatan yang sudah pasti meningkat. Perjuangannya berjualan seorang diri kini menuai hasil yang baik.
Syadan sudah memiliki tujuh orang pekerja dengan variasi rasa yang ditawarkan jauh lebih berwarna. Saat ini sudah ada sekitar 20 rasa yang ditawarkan kepada para pecinta teh Thailand buatannya. Bertambahnya varian rasa dan jumlah pekerjanya membuat jumlah pendapatan Syadan meningkat. “Khusus stand yang ada di Jambi, saya sudah bisa memperoleh pemasukan sekitar Rp 5 juta per hari,
Perkembangan usaha yang dinikmatinya membuat Syadan semakin semangat lagi. “Target ke depannya kita punya struktur yang jelas. Ada yang pegang bagian kasir, produksi dan juga pendistribusian barang untuk setiap cabang,” jelas Syadan.
Produk Teanol yang sudah mendapatkan porsi di hati para pecinta kuliner Jambi, membangkitkan semangat Syadan untuk akan berinovasi. Bukan hanya masalah, harus tetap menjaga identitas rasa, tetapi menjaga identitas kemasan yang kian bermunculan teh dengan model yang sama.
Harus tetap bisa jaga identiatas dan punya keunikan,” ucap Syadan. Tak menutup kemungkinan Tenaol dengan slogan “Thai Tea Baper” akan berupaya menghadirkan kalimat motivasi dalam kemasannya.
Kami akan buat beragam variasi kalimat di kemasan kami. Biar pembeli enggak bosan dan kata-kata yang kami buat juga bisa lebih bermanfaat,” ungkap Syadan. “Tidak menutup kemungkinan kami nanti bisa hadirkan kalimat motivasi dan menjadi sarana berdakwah…MANTAP…..
sumber : https://student.cnnindonesia.com