jaringanpelajaraceh.com-Jakarta-Akademi Remaja Kreatif Indonesia (ARKI) menjadi salah satu kegiatan dalam rangkaian Festival Literasi Sekolah tahun 2017. ARKI diperuntukkan bagi siswa SMA yang berkompetisi pada tiga bidang lomba cipta, yaitu Cerpen, Syair, dan Komik. ARKI diselenggarakan sebagai salah satu upaya pengembangan budaya daerah untuk Indonesia. Karena itulah unsur daerah sangat diharapkan untuk dimasukkan dalam setiap karya.
ARKI 2017 dilaksanakan pada Sabtu (28/10/2017), di Bogor, Jawa Barat. Para peserta ARKI 2017 dibagi ke dalam tiga ruang yang berdasarkan kategori lomba. Masing masing kelompok diberi waktu selama dua jam untuk menyelesaikan lomba dengan diawasi oleh masing-masing tiga juri. Dalam menyelesaikan lomba, peserta diberi kebebasan. Mereka boleh bergerak, jalan atau berpindah tempat untuk mencari inspirasi, selama tidak mengganggu peserta lain. Ada peserta yang langsung bisa mulai mengerjakan karyanya, namun ada beberapa dari mereka yang seperti terdiam dahulu, mencoba mencari ide.
Untuk lomba Cipta Komik, para siswa minimal membuat satu halaman atau empat panel gambar. Mereka diperbolehkan membawa peralatan gambar sendiri sesuai kebiasaan mereka, bisa berwarna atau hanya hitam putih. Kebebasan yang sama juga berlaku untuk lomba Cipta Cerpen dan Cipta Syair, selama tantangan waktu dua jam untuk menyelesaikan cerita. Sebagian peserta terlihat membuat draf cerita terlebih dahulu di kertas catatan, kemudian menuliskan dengan pasti pada kertas tugas yang diberikan.
Salah satu juri Cipta Syair, Dian Hartati, yang juga seorang akademisi, mengatakan ada lima hal yang menjadi penilaian. Pertama, Tema; Dalam aspek tema, peserta akan dinilai apakah mereka mampu mempresentasikan tema yang diberikan terkait nilai toleransi dalam setiap naskah atau cerita gambar mereka.
Kedua, Kedalaman Makna; Melalui aspek Kedalaman Makna ini dilihat apakah mereka mampu memgeksplorasi gagasan terkait dengan tema. Ketiga, Bahasa; Para peserta datang dari hampir seluruh daerah dari Indonesia, maka seharusnya bahasa atau kebudayaan daerah ada dalam karya mereka. Keempat, Kesesuaian Struktur Terkait Teori; dan yang Kelima, Orisinal Karya.
“Makanya juga ada sesi tanya-jawab untuk mengetes ke-orisinalitasan karya tersebut,” kata Dian.
Dian yang sudah menjadi juri untuk ketiga kalinya dalam ajang ini berharap, bakat-bakat mereka nantinya tidak hanya berhenti setelah lomba ini saja. “Tetapi bagaimana membimbing mereka bisa menjadi lebih baik,” tuturnya. (Bluep/Desliana Maulipaksi)
sumber:https://www.kemdikbud.go.id