Bukan semua orang bertuah diberi peluang usia hingga masih bisa bernafas sampai sekarang. Banyak sahabat dan saudara kita yang telah dijemput Allah Swt ke alam barzakh. Umur dominan umat Nabi Muhammad saw pendek, sebagaimana sabda beliau, “Umur umatku dari 60 hingga 70 tahun.” Bukan seperti umur Nabi Adam as 1.000 tahun, Nabi Nuh as 950 tahun. Walaupun panjang umur, akhirnya para Nabi wafat juga.
Dalam suatu pendapat dikatakan potensi nikmat usia produktif manusia 20 tahun saja. Jika usia 60 tahun, masa kanak-kanak sebanyak 15 tahun, masa untuk tidur 20 tahun jika tidur 8 jam sehari, masa untuk makan, buang hajat, melancong, istirahat dan duduk di warung kopi menghabiskan masa 5-7 tahun.
Berapa lama tempo usia kita miliki dan dapat nikmati, tentunya kita tidak tahu, bila-bila saja ajal datang usia melayang. Umur dari muda menjadi tua, sebagaimana firman Allah Swt, “Kemudian kamu akan menjadi tua dan sebagian dari kamu akan dimatikan sebelum itu supaya kamu sampai kepada waktu yang ditentukan, moga-moga kamu mengerti.” (QS. al-Mukmin: 67).
Tempo hayat kita terlalu singkat, ada yang dimatikan sebelum tua dan jika ‘talian hayat’ putus, maka putuslah semua amalannya, sebagaimana sabda Nabi saw, “Jika mati anak Adam terputuslah amalannya, kecuali tiga perkara; sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh yang berdoa kepada ibu bapaknya.” (HR. Muslim).
Jangan sia-siakan usia
Dalam prinsip Islam, tidak ada masa sia-sia dan nikmat usia yang terbuang begitu saja, semuanya ada manfaat untuk kebaikan kalau tahu menggunakan masa usia yang ada. Islam memberi inspirasi dan motivasi berguna untuk membawa pulangan, hasil yang baik setiap masa usia maka jangan membazirkan usia. Lalai, menyia-nyiakan dan tidak serius menggunakan usia suatu penyesalan dan kerugian, karena kelemahan iman yang merugikan usia terbuang begitu saja. Usia yang diberikan Allah Swt di dunia sekali saja. Begitu singkat dan yang sekali itu harus berkualitas, terbaik dalam beribadah, produktif dalam bekerja, terbaik berhubungan dengan Allah swt dan manusia.
Hakikat dunia sementara, hakikat akhirat yang kekal abadi maka hidup di dunia menuju mati, bercerai dengan dunia yang harus bersiap sedia menghadapi sakratut maut. Kehidupan di dunia suatu ketetapan yang berakhir dengan kematian, tidak ada orang yang terus hidup tidak akan mati dan semuanya menemui mati, proses alami, sebagaimana firman-Nya, “Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185). Orang yang masih hidup biasanya memprediksi usia masih lama lagi, tiba-tiba datang kematian, tiada siapa yang tau ajal datang, tidak diduga nyawa telah melayang dan tidak terbayang sebelumnya.
Banyak orang mati tiba-tiba, ada yang masih bayi, remaja, pemuda dan orang tua, mati diserang penyakit, mati di jalan raya, ditimpa bencana dan mati di mana saja, bermacam-macam sebab mati, tetapi mati itu hanya sekali maka harus ada persiapan menuju mati yang tepat pada waktunya. Allah Swt berfirman, “Apabila telah tiba waktu ajal yang ditentukan bagi mereka, tidaklah bagi mereka dapat mengundurkannya barang sesaat dan tidak pula mendahulukannya.” (QS. An Nahl: 61).
Kematian dari dunia tetap terjadi, tiada kompromi, perlu persiapan bekalan amalan bila ajal datang siang atau malam. Ada pemeriksaan dan penentuan di alam barzakh. Nabi saw bersabda, “Kubur itu boleh menjadi sebagai taman surga dan boleh menjadi sebagai lobang neraka.” (HR. Tirmizi). Terkait kematian, Saidina Ali ra berkata, “Dunia pasti ditinggalkan pergi, sedangkan akhirat sudah siap sedia menanti.” Katanya lagi, “Kematian terus mendekati kita.”
Kematian datang menjemput, tanpa diundang. Malaikat maut datang merebut nyawa, karena ajal telah tiba. Kita harus bersiap sedia menghadapi kematian, memperbaiki, menilai diri dalam beribadah dan perlu bertaubat sampai ke ujung nyawa. Betapa besar nikmat usia yang masih ada dengan masa dan waktu yang dimiliki membuka kesempatan seluas-luasnya untuk bertaubat, berzikir sebanyak-banyaknya dan beribadah sepuas-puasnya dibandingkan dengan orang yang telah mati. Jika ada amal yang baik membawa ke syurga dan dosa membawa ke neraka dan sesuai dengan amal semasa masih ada usia.
Nilai nikmat usia yang masih ada, jangan sia-siakan selama masih di dunia, karena dunia sebagai tempat penentuan yang menjadi baik atau buruk nasib seseorang setelah mati dan kita akan ditransitkan sementara di kubur menuju akhirat. Hati-hati dan waspada dengan tipu daya dunia mau ke syurga atau ke neraka. Pilih yang mana Anda suka ke syurga atau ke neraka. Manusia hidup di dunia menuju mati maka harus bersedia sejak dari awal lagi, tidak ada istilah terlambat dalam beribadah dan bertaubat.
Dunia ini ada suka, duka, palsu, dusta dan derita nestapa, maka kita sebagai umat Islam jangan lalai dengan tipu daya dunia. Hidup dunia hanya sementera, maka hidup yang sementara itu harus bermertabat, berdedikasi dan kuat beribadah. Kehidupan yang abadi setelah mati, maka hidup di akhirat harus lebih berkualitas, berkedudukan tinggi di negeri yang kekal baka dan abadi. Banyak orang tertipu, terpedaya dan terpesona dengan bujuk-rayu keindahan dunia. Lalai karena banyak harta, hidup mewah, kekayaan melimpah, berpangkat tinggi, isteri cantik jelita, rumah mewah dan mobil mahal, maka sebab kekayaan dan kehebatan dunia bisa saja terjerumus manusia ke neraka.
Dunia penuh pancaroba, pengaruh zaman modern, zaman teknologi, zaman “alam maya” yang penuh kenikmatan, kebaikan, penuh percobaan, banyak juga kejahatan dan tantangan. Semua keperluan tersedia begitu pantas, cepat sesuai selera dan hawa nafsu maka dunia mengelirukan, cukup mempersona maka lupa usia sudah tua, telah senja dan hampir tutup usia. Dunia pancaroba, penuh gejolak, tidak tahu pilih yang mana, terjebak dengan kemewahan, keuntungan dan tergiur keindahan duniawi.
Pengaruh dunia semakin merebak, seperti penyakit kronis sukar disembuhkan, terpengaruh dengan cara, kondisi, situasi dunia modern yang berkembang pesat dan yang sesat. Orang banyak duit, punya kuasa, kurang beriman, tanpa ibadah, terbuka ruang luas, terpengaruh dunia pancaroba yang mendatangkan banyak dosa dan lupa persiapan akhirat.
Dunia hanya sementara
Dunia tidak kekal, tertipu dengan kehebatan dunia yang sementara, hanya bayangan palsu dan dusta yang direka antara hawa nafsu dan kelezatan. Dunia sebagai panggung sendiwara dan pentas lakonan, di mana banyak manusia lalai, terpesona, dan bahkan sangat mencintainya. Dunia hanya permainan, perhiasan dengan berbagai gaya, adegan, model, pola pertujukan yang dipamerkan dengan berbagai aktivitas dan perkerjaan yang menggiurkan.
Dunia sangat sibuk, hiruk pikuk, masalah selalu datang bergantian, urusan tak habis-habis bertandang, semua akan habis dan selesai setelah mati. Usia yang diberikan di dunia kurnia Ilahi untuk dinikmati dan disyukuri. Tidak salah mengejar cinta dunia tetapi jangan lupa mencintai Pencipta, cinta ke syurga, bukan ke neraka.
Dunia hanya fatamorgana yang indah permai, dilihat dari jauh dunia amat cantik, sangat menarik dan cukup mempersona, padahal ia fartamorgana yang disangka air di padang pasir. Apabila didekati hanya simbol dan pantulan cahaya atas pasir, maka hampalah para musafir yang kehausan mencari air. Kebanyakan orang sibuk mengejar fartamorgana yang hanya bayangan, kesenangan sementara, tak pernah puas, tidak cukup, mereka sibuk dengan keadaan dan suasana dunia yang menghabiskan usia.
Usia manusia itu berperingkat dan bervariasi, ketika usia bayi manusia lemah, usia muda dan dewasa kuat setelah tua lemah kembali, maka hidup seperti baterai telepon yang tenaganya terus berkurang dan lemah jika digunakan setiap hari, walaupun di-charge kalau baterai sudah soak, tenaganya tetap habis. Allah Swt berfirman, “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, (bayi) kemudian dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, (dewasa) kemudian dia yang menjadikan kamu sesudah kuat lemah kembali (tua) dan beruban. Dia yang menciptakan apa yang dikehendakiNya. Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. ar-Rum: 54).
Semakin bertambah usia makin dekat dengan mati, maka orang yang sudah berusia 65-75 tahun sering sakit, banyak penyakit, tidak ada dokter yang mampu mengobati secara intensif supaya sehat seperti sediakala karena usia sudah pendek, ajal telah dekat. Obatnya hanya menunggu mati. Setelah mati akan diperiksa dan disoal siasat. Nabi saw bersabda, “Tidak akan terganjak kaki hamba Allah di akhirat dari disoal, tentang umurnya bagaimana dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa dipergunakan, tentang ilmunya sejauhmana ia beramal dan tentang hartanya dari mana ia peroleh serta untuk apa dibelanjakannya.” (HR. Tirmizi).
Menilai semula dan bersyukurlah dengan nikmat usia yang masih kita miliki supaya dapat melakukan perubahan, menguatkan keimanan, meningkatkan amal saleh, menyesali dosa-dosa yang kita lakukan, segera bertaubat, meminta ampun, berzikir, berfikir tentang sisa usia untuk melakukan kebaikan dan menjauhi segala yang haram. Membetulkan niat, bersyukur, merendahkan diri, menilai nikmat usia, peluang, masa, kesehatan, dan kekayaan yang kita miliki. Apakah semua itu dapat mendekatkan diri dengan Allah Swt sampai tutup usia atau lebih jauh dengan-Nya? Wallahu a’lam.
* Dr. Razali Muhammad Ali, MA., alumnus UIN Ar-Raniry dan S3 Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, saat ini tinggal di Selangor, Malaysia. Email: razali.muhammad@yahoo.com