close

ketua igi aceh utara

Artikel

Guru Youtuber, Kenapa Tidak ?

 

Oleh: Qusthalani*

Tidak bisa dipungkiri, bahwa kondisi pendidikan di negeri kita saat ini babak belur. Dari   sisi SDM misalnya, yang dihasilkan oleh pendidikan kita jauh dari harapan. Saat ini, hampir di seluruh kota-kota besar tawuran antar pelajar, seks bebas, narkoba, dan perilaku rusak lainnya seolah-olah menjadi ‘teman karib’ para pelajar sekarang. Kepribadian mereka kacau; tidak tersentuh sama sekali nilai-nilai Islam. Memang, ada pelajar-pelajar yang berprestasi dan berkepribadian tangguh, namun jumlah mereka tidak sebanyak pelajar yang ‘bermasalah’.

Di tingkat lulusan sarjana, saat ini jumlah penganggurannya sudah diambang angka yang mengkhawatirkan. Jika ini terjadi maka problem sosial baru akan bermunculan. Jika ditanya, apa penyebab utama dari carut-marutnya pendidikan di negeri ini, maka penyebabnya bersifat sistemik

Saat ini kita hidup dalam ‘dunia datar’ yang bernama Globalisasi. Sebuah dunia dimana revolusi teknologi informasi dan komunikasi menjadikan bumi seakan berada dalam genggaman tangan manusia. Sebuah dunia yang semakin mendekatkan jarak dan mempercepat waktu proses aktivitas manusia. Sebuah dunia yang membuat interaksi antar manusia tidak lagi terikat batas ruang dan waktu.

Globalisasi bercirikan satu kata terpenting yaitu ‘GloboCapitalism’. Sebuah proses pengglobalan ideologi kapitalisme. Globalization means, then, the extension of the capitalist way of life to all corners of the globe. Demikianlah globalisasi. Ya! Globalisasi bercirikan masuknya ideologi kapitalisme secara paksa dan suka rela dalam setiap aspek kehidupan umat manusia: aspek pemerintahan, ekonomi, sosial, hukum, pendidikan, politik luar negeri dan lainnya. Noam Chomsky mengatakan globalisasi sebagai a conspiracy of the Western elite to establish private tyrannies across the world.

Perlu digaris bawahi, globalisasi adalah tsunami ideologi yang menghantam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan negara dalam skala global. Istilah tsunami ideologi lebih tepat karena kapitalisme telah menggeser kehidupan manusia menuju kubangan krisis multi-dimensi. Kita semua tentu akrab dengan berbagai nama krisis, seperti krisis ekonomi, krisis finansial, krisis lingkungan, krisis moral, krisis sosial, krisis spiritual dan berbagai krisis lainnya. Sayangnya krisis-krisis ini tidak serta merta membangkitkan kesadaran manusia untuk bangkit dan meminta pergantian ideologi. Alih-alih mengubah haluan ideologi, malah sebagai diantara kita masih banyak yang setia dengan ideologi ini. Sebuah ideologi yang terbukti ketidaklayakannya mengatur manusia.

Apa kaitan fenomena global itu dengan pendidikan? Apa pula hubungannya dengan multiple intelligent pada pendidikan? Apa pula kaitannya dengan peranan intelektual serta praktisi pendidikan dalam proyek pembangunan? Berikut akan dijawab pertanyaan-pertanyaan ini sebagai wacana awal yang segar dalam dunia pendidikan.

Kenyataannya, globalisasi juga menghantam telak dunia pendidikan secara global, termasuk pendidikan di Indonesia. Dampak dari reformasi pendidikan ini bagi sebagian kalangan memiliki sisi positif. Penyelenggaraan pendidikan di sebagian lembaga pendidikan tinggi semakin professional. Fasilitas pendidikan semakin membaik. Metode pembelajaran semakin inovatif. Kurikulum dan output semakin kompatibel dengan pasar. Artinya, dengan kondisi ini output pendidikan semakin sesuai dengan hasrat stakeholder utama globalisasi, yaitu industri dan pasar. Lembaga pendidikan semakin mengukuhkan posisinya sebagai lembaga pencetak buruh/pekerja yang professional.

Namun, bagi sebagian yang lain reformasi pendidikan memiliki sisi negatif, yaitu pendidikan secara umum hanya mencetak manusia professional yang pragmatis dan minim akan nilai spiritual, moral dan sosial. Disamping itu, bidang-bidang yang jauh dengan dunia industri seperti budaya, agama, sejarah akan semakin ditinggalkan karena tidak “laku”.

Reformasi pendidikan telah berubah secara signifikan sampai menuju pendidikan abad 21 atau biasa disebut juga dengan pendidikan 4.0. Era ini teknologi menjadi keseharian masyrakat. Mereka tidak bisa hidup tanpa adanya sebuah metadata dalam lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu sebagai pendidikan yang memiliki pendidikan abad 20 dan menyiapkan anak didik abad 21 harus mampu menyesuaikan perkembangan ini.

Heutagogi tidak hanya berorientasi pada usaha penguasaan suatu kompetensi tertentu saja, melainkan juga pada tingkat peningkatan kapasitas dan kapabilitas kompetensi tersebut. Output yang ingin dihasilkan dari penerapan heutagogi ini adalah generasi-generasi yang memiliki kompetensi tertentu dengan kapasitas mengembangkan dan kapabilitas menerapkannya pada berbagai situasi dan kondisi dilapangan yang selalu berubah dan berkembang atau dengan istilah lain generasi pebelajar seumur hidup yang selalu berkembang

Oleh karena itu, jika pendidikan 4.0 kita hari ini diarahkan pada penerapan heutagogi, maka kemampuan metakognitif, kemampuan memahami dan merumuskan visi ke depan harus mulai diajarkan sejak tingkat pendidikan awal.

Tidak sedikit generasi muda kita hari ini yang masih belum menentukan apa yang ingin dicapainya di masa depan atau tidak tahu sama sekali apa yang harus dicapai dan dilakukannya di masa depan.

Kurangnya kemampuan dan kesadaran untuk memahami tujuan hidup, kecenderungan belajar dan gaya belajar yang dimiliki secara tidak langsung menghambat usaha-usaha dalam pengembangan diri, baik kepribadian, kompetensi serta kapasitas dan kapabilitas pribadi.

Meskipun memang, heutagogi masih belum cocok untuk diterapkan disemua bidang keilmuan, karena berpotensi menimbulkan kekacauan dalam hal penguasaan suatu keahlian tertentu. Heutagogi juga masih belum menemukan formulanya yang tepat untuk diterapkan pada jenjang pendidikan  awal. Inilah mungkin tantangan dalam penerapan heutagogi ke depan, yaitu menemukan dan memastikan suatu formula yang tepat untuk diterapkan pada semua jenjang pendidikan dan semua bidang kajian.

Fokus utama pemerintah saat ini adalah bagaimana menghasilkan output peserta didik yang mampu bersaing secara global. Sistem pendidikanpun dipersiapkan dengan mengkolaborasi berbagai model dan tatanan pendidikan kita di Indonesia. Namun, tidak bisa dipungkiri mutu pendidikan harus dibarengi dengan kesejahteraan pendidik itu sendiri. Bagaimana mungkin pendidik bisa melakukan tugasnya secara sempurna, tanpa adanya kenyamanan dan keamanan dalam bekerja.

Menanggapi fenomena tersebut, pengamat pendidikan dari Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta), Bolawi menegaskan, untuk memajukan pendidikan di Kukar, kesejahteraan guru, baik yang berstatus PNS atau honorer harus diperhatikan. Karena pada dasarnya mereka memiliki tugas yang sama untuk memajukan pendidikan.

Selain itu, dikatakan Dosen FKIP Unikarta itu, pemerintah juga berkewajiban untuk meningkatkan kualitas, kompetensi, dan profesionalisme guru. Salah satunya dengan memberikan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan. “Pemerintah harus lebih selektif dan giat lagi dalam menjalankan program beasiswa,” imbuhnya.

Irhan, Mardiana, dan Abdul Rahman adalah representasi dari 1.300 guru yang mendedikasikan seluruh hidup dan kehidupannya untuk membangun dunia pendidikan. Memberikan kesejahteraan dan meningkatkan kompetensi guru menjadi tanggungjawab pemerintah. Dan membangun pendidikan memerlukan partisipasi semua kalangan, baik orang tua, guru, pemerintah, dan masyarakat pada umumnya.

 

Youtube Sebagai Media Pembelajaran

Internet, termasuk di dalamnya Youtube, menurut saya mirip seperti pisau. Pisau jika dipegang oleh ibu-ibu rumah tangga bisa menghasilkan karya masakan istimewa yang membuat para suami semakin jatuh cinta. Namun jika pisau tersebut dipegang oleh penjahat, kita bisa membayangkan dampak kerusakan apa yang akan terjadi akibat sebilah pisau, mungkin bisa digunakan untuk menodong, memeras bahkan mungkin juga bisa untuk membunuh.

Demikian juga youtube, bagi para pecinta musik, ia bisa digunakan untuk mengunggah ataupun mengunduh video klip, bagi para motivator, youtube bisa menjadi sarana memotivasi diri dan orang lain melalui video-video ceramah motivasi, bagi pecinta film, youtube bisa dimanfaatkan untuk mencari potongan-potongan film yang disukai, sebagaimana youtube juga banyak digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk menampilkan video-video bernuansa pornografi maupun pornoaksi.

Pada situasi seperti ini, kita (para pelaku dunia pendidikan) perlu ikut “bermain” dalam persaingan mengisi kontain berkualitas di internet. Sudah saatnya bagi para pendidik untuk memanfaatkan youtube sebesar-besarnya. Bukan hanya untuk mencari video, namun juga untuk mengunggah video-video yang dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran. Upaya optimalisasi youtube dalam dunia pendidikan dengan demikian dapat dilakukan dalam dua cara. Pertama, youtube dapat digunakan untuk mencari dan mengunduh video-video yang relefan dalam proses pembelajaran. Kedua (dan ini yang ingin saya tekankan), melalui youtube para pendidik sudah saatnya ikut berpartisipasi dalam mengisi kontain di youtube dengan berbagai video pembelajaran.

Para guru perlu mengembangkan berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk membuat sebuah video sebagai media pembelajaran. Mulai dari melakukan analisis kurikulum untuk menentukan materi apa saja yang tepat dikembangkan menggunakan video, keterampilan mengambil gambar (shooting), keterampilan mengedit video (video editing), hingga teknik upload di youtube. Seluruh keterampilan tersebut bukan keterampilan yang sulit, ia hanyalah keterampilan yang butuh untuk dipelajari dan digunakan. Seiring perjalanan waktu, kita akan menemukan cara terbaik dalam memproduksi video untuk ditampilkan di youtube.

Jika proses ini dikerjakan, maka kita akan melihat bahwa chanel di youtube akan diisi oleh berbagai kontain yang memiliki nilai yang tinggi. Bukan sekedar tayangan-tayangan yang tidak ada gunanya atau bahkan menjurus pada pornografi dan atau porno aksi.

Pada konteks ini, kita harus berikhtiar untuk membuat sebuah chanel di youtube yang berisi berbagai peragaan pembelajaran. Walau masih jauh dari ideal, teknik pengambilan gambar, teknik editing, bahkan dari segi isi masih nampak terlalu sederhana. Namun bagi kita ini merupakan awal untuk terus berkarya, memberi yang terbaik untuk anak-anak negeri. Jikalau pendidik sudah mampu berfikir kearah sana, selain membantu pendidikan di Indonesia, pendidik tersebut juga dapat mandiri dengan penghasilan dari sebuah teknologi informasi yaitu Youtube.

 

Wassalam,

*Qusthalani, S.Pd, M.Pd, Guru SMAN 1 Matangkuli

read more