close

slide

Berita Terkini

Budayawan Aceh Luncurkan Buku Harun Keuchik Leumiek Penyelamat Warisan Budaya

Jaringanpelajaraceh.com-BANDA ACEH-Buku ‘Harun Keuchik Leumiek Penyelamat Warisan Budaya’ diluncurkan, Kamis (16/11/2017) di Kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh.
Penulis buku tersebut, Nab Bahany AS mengatakan buku itu mengisahkan tentang sosok Harun Keuchik Leumiek sebagai pengumpul dan pengeloksi benda-benda sejarah Aceh.

Pak Harun bukan hanya mengoleksi benda-benda sejarah tapi beliau memahami betul mengenai seluk beluk benda itu, dan ilmu itu tidak didapat dalam akademik,” kata budayawan Aceh ini.

Menurut Nab Bahany, Harun Keuchik Leumiek sudah mulai mengoleksi benda-benda sejarah Aceh dari akhir 70-an.Hampir semua benda sejarah seperti kain tenun Aceh, perhiasan, dan benda lain dikoleksinya.

Kontribusi beliau dalam menyelamatkan benda-benda sejarah sangat besar sekali. Tak ada orang lain yang bisa melakukan hal seperti itu. Ini yang harus kita apresiasi bersama,” ujarnya.

Seharusnya, tugas mengumpul dan mengoleksi benda-benda sejarah Aceh dilakukan Pemerintah Aceh.Karena untuk mengumpulkan itu bukan pekerjaan mudah

Selain finansial, kesabaran, dan perawatan. Hari ini belum ada kolektor benda budaya Aceh yang koleksinya selengkap yang dimiliki Pak Harun Keuchik Leumiek. Dan semua benda itu sudah berusia ratusan tahun,” pungkasnya.(*)

 

sumber http://aceh.tribunnews.com

read more
Berita Terkini

Banda Aceh dan Nagan Lolos

Jaringanpelajaraceh.com-BANDA ACEH-Regu bulutangkis putri Banda Aceh dan Nagan Raya dipastikan lolos ke Pekan Olahraga Aceh (PORA) di Aceh Besar, tahun depan. Tiket itu mereka peroleh usai menang atas lawan-lawannya dalam lanjutan Pra-PORA cabang itu di GOR KONI Aceh, kemarin.
Banda Aceh menjadi tim pertama yang lolos ke PORA setelah tampil sebagai juara grup F hasil dua kali menang masing-masing atas Aceh Tamiang, 3-0, pada Selasa (14/11), dan menghentikan perlawanan regu putri Lhokseumawe, 3-0, Rabu (15/11).
Kemenangan yang didapat Banda Aceh kemarin masing-masing melalui dua partai tunggal dan satu partai ganda. Sarah Audia membawa Banda Aceh merebut poin pertama usai menang 21-8 dan 21-6 atas tunggal pertama Lhokseumawe, Silvia Febrianti.

Tunggal kedua Banda Aceh, Cut Safira Alya membawa timnya memimpin 2-0 setelah ia menghentikan perlawanan pebulungkis Lhokseumawe, A’Shriyah dengan skor 21-8 dan 21-4. Pasangan Sarah Audia/Nina Elanda melengkapi kemenangan Banda Aceh menjadi 3-0 setelah unggul atas ganda Lhokseumawe, Silvia Febrianti/Almahira dengan angka 21-7 dan 21-8.
Tim putri Nagan Raya mengikuti langkah Banda Aceh ke PORA setelah tampil sebagai juara grup H. Pada Selasa (14/11), Nagan unggul atas Sabang dan tadi malam sukses menaklukkan Aceh Utara, 2-1. Hasil lain di kelompok putri, kemarin, Langsa menang 3-0 atas Aceh Tengah, Aceh Barat berhasil mengatasi Aceh Selatan, 3-0, dan Pidie takluk 0-3 dari Abdya.
Di kelompok putra, kemarin, Aceh Barat menang 4-1 atas Sabang, Aceh Jaya unggul 3-2 atas Pidie, Banda Aceh menghantam Aceh Selatan 5-0, Lhokseumawe menghentikan Aceh Timur 5-0, Aceh Barat Daya mengalahkan Aceh Singkil 4-1, Aceh Timur memukul Sabang 5-0, Bener Meriah kalah 2-3 dari Subulussalam, Langsa mengalahkan Aceh Tengah 5-0, dan Aceh Utara menang 5-0 atas Pidie.(jal)

 

 

sumber:http://aceh.tribunnews.com/2017/11/16/banda-aceh-dan-nagan-lolos

read more
Berita Terkini

Catat.. Pretest Calon Peserta PPG akan dilaksanakan tanggal 25 s.d 30 November 2017

Jaringanpelajaraceh.com-Jika tidak ada perubahan, Pelaksanaan Pretest Calon Peserta PPG akan dilaksanakan serentak tanggal 25 s.d 30 November 2017, Pretest PPG akan dilaksanakan di 63 Titik TUK yang tersebar di 23 Kabupaten Kota. Kegiatan ini di rencanakan akan diikuti oleh 22.000 peserta, namun sangat tergantung dari hasil validasi dan verifikasi yang dilakukan oleh LPMP Aceh, karena yang bertugas untuk menyetujui peserta untuk mengikuti Pretest PPG adalah LPMP.

Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs Laisani, M.Si mengharapkan agar para guru yang mendapatkan Undangan Pretest PPG untuk dapat mengusulkan dirinya melalui aplikasi SIM PKB, karena waktu terakhir penerimaan usulan peserta Pretest PPG adalah tanggal 20 November 2017, dalam kesempatan yang sama Laisani juga menyampaikan agar para guru meningkatkan kemampuan dirinya baik secara mandiri maupun bersama komunitas MGMP sehingga memperoleh nilai yang bagus saat Pretest nanti, jadi Guru tersebut akan memiliki peluang yang lebih besar untuk mengikuti PPG yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Menurut informasi yang diperoleh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pemerintah menyediakan kouta sebanyak 20.000.- orang untuk mengikuti PPG, sehingga pemerintah akan mengutamakan peserta-peserta yang memiliki nilai terbaik saat mengikuti pretest PPG yang akan dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 30 November nanti.

Ayo persiapan diri masing……

read more
Berita Terkini

180 Murid SD Se-Kabupaten Bireuen Ikuti Lomba Pentas PAI

Jaringanpelajaraceh.com-BIREUEN-Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bireuen, Drs Nasrul Yuliansyah M.Pd, membuka secara resmi Lomba Pekan Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam (Pentas PAI) tingkat SD se-Kabupaten Bireuen. Rabu (15/11/2017), di aula lama Setdakab setempat.

Kegiatan yang mengambil tema “Melalui Pentas PAI Kita Tingkatkan Penumbuhan dan Penguatan Nilai Karakter Menjadi Budaya Sekolah” diselenggarakan oleh Bidang Pembelajaran Sekolah Dasar Disdikpora Bireuen.

Pada kesempatan itu, Nasrul Yuliansyah dalam inti arahannya mengatakan, Kegiatan ini sangat penting untuk kita galakkan, selain memberikan motivasi dan apresiasi kepada siswa yang berprestasi juga

sebagai strategis pendidikan agama di sekolah agar bisa menjadi instrumen sarana untuk merawat keberagaman.

“Di samping itu Pentas PAI ini salah satu momentum untuk melihat, evaluasi, menguji sejauh mana pengajaran pendidikan agama Islam khususnya di sekolah itu bekerja efektif, sesuai dengan program yang sudah dicanangkan, yaitu, GHAFRANSARI (Gerakan Menghafal Ayat Al-Quran Satu Ayat Satu Hari) di sekolah-sekolah, ” kata Nasrul.

Semoga dengan kegiatan ini dapat memberi motivasi kepada seluruh siswa agar terus belajar menghafal Al-qur’an, mampu menumbuhkembangkan kesadaran dan penghayatan siswa dalam pengamalan nilai-nilai islam.

“Terutama pada jenjang Sekolah Dasar agar siswa tamatan SD mampu menghafal Al-quran minimal 1 juz,” ujar Kadisdikpora Bireuen ini.

Sebelumnya Kabid Pembelajaran Sekolah Dasar Disdikpora Bireuen, Irfan S.Pd, melalui Kasi Kurikulum SD, Surya, S.Pd, M.Pd, (foto) mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk persiapan mengikuti perlombaan yang sama di tingkat Provinsi pada tahun 2018 nanti.

Selain itu, juga sebagai sarana mempererat silaturahmi antar sekolah, guru, siswa, warga sekolah dan Disdikpora Bireuen.

Lomba ini, berlangsung selama dua hari,15-16 November 2017 di aula lama Setdakab dan SDN 18 Bireuen, diikuti 180 orang peserta dari murid Sekolah Dasar se-Kabupaten Bireuen, guru pendamping 48 orang, koordinator pendamping 12 orang dan hakim 12 orang.

Mata lomba yang diperlombakan yaitu, Musabaqah Tilawatil Qur’an putra/putri, Musabaqah Hifdzil Qur’an, putra/putri, Pidato PAI, putra/putri, dan Cerdas Cermat PAI.

“Alhamdulillah jumlah peserta tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya,” kata Kasi Kurikulum SD Disdikpora Bireuen ini. (Herman Suesilo).

 

sumber:http://kabarbireuen.com

read more
Berita Terkini

Sekolah Jangan Memaksakan UNBK

Jaringanpelajaraceh.com-Kemendikbud -Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) sudah terbukti lebih baik hasilnya dibanding Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil (UNKP). Namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sekolah dalam menyelenggarakan ujian tersebut. Untuk itu sekolah tidak perlu memaksakan UNBK apabila belum siap.

Hal tersebut dikatakan oleh Direktur Pembinaan Keaksaraan dan Kesetaraan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD Dikmas), Abdul Kahar saat mendampingi Tim Kunjungan Kerja Komisi X DPR RI pada pertemuan dengan jajaran Pemerintah Provinsi Banten di Serang, Senin (13/11).

Sebelumnya Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten, Engkos Kosasih, mengatakan banyak sekolah di Banten mengalami kendala dalam menyelenggarakan UNBK, antara lain kurangnya SDM, gedung, listrik, jaringan internet yang belum merata serta minimnya peralatan. Untuk itu pihaknya mengharapkan bantuan dari Pemerintah Pusat.

Engkos merinci, ada 980 dari 1.335 SD dan 81 dari 632 SMK yang belum melaksanakan UNBK, sedangkan di SMA hanya 8 yang masih menerapkan UNKP.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X yang memimpin rombongan, Ferdiansyah mengatakan, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) juga bisa dipakai untuk melaksanakan UNBK. Selama ini, menurut Ferdiansyah, UNBK pendidikan non-formal dilaksanakan di SMK yang akibatnya dapat membebani kegiatan di SMK maupun di PKBM.

Pada kesempatan itu Gubernur Provinsi Banten, Wahidin Halim, mengatakan rata-rata lama belajar di Banten adalah 8,37%, angka partisipasi murni (APM) tingkat pendidikan menengah 57% dan indeks pembangunan manusia (IPM) 70,96. Untuk itu, Pemerintah provinsi Banten akan berusaha mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan agar sejajar dengan provinsi lain.

Kunjungan kerja Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat ke provinsi Banten adalah dalam rangka reses Masa Persidangan I Tahun Sidang 2017-2018. Terkait pendidikan, tim melakukan pertemuan dengan Pemerintah Provinsi Banten, Pemerintah Kabupaten Tangerang serta peninjauan ke sekolah-sekolah serta PKBM di kabupaten Tangerang. (Hendri Pasaribu).

 

sumber:https://www.kemdikbud.go.id

read more
Berita Terkini

Membangun Kemampuan Ilmiah Guru

Jaringanpelajaraceh.com– Banda Aceh-Acara pembukaan “Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Bidang Studi Pendidikan Bahasa Indonesia bagi Guru SMA dan SMK Angkatan II” se Aceh berlangsung tadi pagi, Selasa 14 November 2017 di hotel SEI yang berlokasi di Kelurahan Mulya Banda Aceh. Kepala Bidang Guru dan Tenaga ependidikan ( GTK ) Dinas Pendidikan Aceh, H.Darmansyah, S.Pd, MM ketika membuka acara tersebut mengatakan bahwa pelatihan Penulisan karya ilmiah PTK mata pelajaran Bahasa Indonesia ini merupakan upaya Dinas Pendidikan Aceh untuk membantu meningkatkan kapasitas guru di Aceh menulis.

Pelatihan kali ini dimaksudkan untuk membantu guru-guru agar mampu dan lancar membuat ” Penelitian Tindakan Kelas, atau disingkat dengan PTK”. Pelatihan ini menjadi sangat bermakna dan penting mengingat sangat banyak guru selama ini yang gagal dalam mengurus kenaikan pangkat, hanya karena kurang mampu membuat PTK dan menulisnya dengan benar, sehingga dalam penilaian, tidak memenuhi syarat. Dampak buruknya, tidak bisa naik pangkat.

Pada Periode 1 Oktober 2015, lanjut H.Darmansyah, bahwa dari 599 guru yang mengusulkan naik pangkat, hanya 58 guru yang bisa lolos dan naik pangkat. Selebihnya terganjal dengan persoalan PTK tersebut. Penyebabnya adalah terkait dengan lemahnya kemampuan guru menyusun PTK tersebut. Oleh sebab itu, pelatihan yang berlangsung selama 4 hari ini diharapkan menjadi kegiatan yang dapat memicu dan memacu guru untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan, ketrampilan serta kemauan dalam menyusun PTK yang akan membantu guru sendiri.

Walau sebenarnya, urusan naik pangkat itu awalnya memang harus diurus sendiri oleh guru. Namun, mengingat banyak yang gagal dalam proses pengurusan pangkat karena terganjal PTK, maka kegiatan ini dilakukan. Dengan pelatihan ini, dimana para guru yang mungkin saja sudah pernah mengikuti pelatihan yang sama seperti ini di luar, bisa mensinergikan dengan yang akan dipelajari atau didapatkan dari pelatihan ini. Paling tidak ada upaya untuk menyamakan dan mereview persepsi terhadap model-model PTK dengan segala format dan model yang sudah pernah dipelajari.

Dalam pelatihan yang diikuti oleh lebih kurang 120 peserta yang berasal dari 23 Kabupaten dan kota di Aceh tersebut, para peserta diminta membawa laptop dan PTK yang sudah pernah ditulis untuk lebih mudah dikoreksi bersama-sama di dalam dan di sela-sela kegiatan pelatihan berlangsung. Bagi yang sudah terbiasa menulis PTK, akan bisa membandingkan apa yang sudah pernah dibuat, sekalian bisa saling berbagi, membantu teman-teman guru yang selama ini bisa saja belum membuatnya. Jadi sekali gus bisa membantu guru yang belum memiliki pengalaman menyusun PTK tersebut.

Ketika guru atau peserta membawa PTK aka nada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, ada PTK yang mungkin selama ini didapat dengan hanya copy paste punya guru yang lain dan ada pula yang mungkin dibuat sendiri, namun masih belum sempurnah. Pelatihan ini akan menyempurnakan kedua hal tersebut, sehingga benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Apalagi, untuk mempercepat proses dan memperbaiki PTK tersebut, para peserta difasilitasi oleh tiga orang trainer yang sudah sangat berpengalaman di bidang ini, masing-masing Pak Zulkarnaini, Pak Drs. Tamarli M.SE dan Drs. Yusri M.Pd yang ketiganya adalah dosen dari Universitas Abulyatama Aceh dan Dr. Jarjani Usman, dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Darussalam, Banda Aceh.

Menyimak apa yang disampaikan oleh Kabid GTK, H. Darmansyah, S.Pd, MM pada acara tersebut, bahwa apa yang melatarbelakangi dilaksanakan pelatihan ini, maka ada banyak kemungkinan yang terjadi dengan guru selama ini. Tak adapat dipungkiri bahwa selama ini, kegiatan-kegiatan penelitian itu sangat jarang dan bisa dikatakan hampir tidak pernah dilakukan guru pada umumnya, kecuali saat belum menjadi guru dan menjadi sarjana. Kalau mau meraih gelar sarjana dibutuhkan penelitian untuk menyusun skripsi, lalu setelah menjadi guru, kegiatan penelitian seakan bukan menjadi kegiatan yang harus dilakukan oleh guru.

Maka, bisa jadi, pemahaman tentang kata penelitian, seringkali istilah itu, seakan-akan hanya menjadi milik para peneliti yang berada di Universitas-Uiversitas atau lembaga-lembaga penelitian. Sehingga, ketika menyebutkan kata penelitian dan ditambat lagi dengan kata ilmiah, kegiatan ini menjadi momok, yah al yang menakutkan bagi guru dan terksesan sebagai sebuah kegiatan yang begitu berat.

Padahal, penelitian tindakan kelas itu adalah sebuah kegiatan yang sangat mengasyikan dan mudah. Masalahnya adalah ketika guru harus menuliskan laporan PTK tersebut, sebagai akibat dari tidak biasanya guru menulis, membuat karya tulis, termasuk karya ilmiah selama ini. Bila guru sering menulis, membuat karya ilmiah, maka menyusun PTK dan membuat laporan PTK tersebut bukanlah hantu atau momok yang membuat kita harus gagal saat memenuhi syarat pembuatan laporan PTK tersebut.

Jadi persoalannya ada pada dua hal, yakni masih rendahnya budaya membaca dan menulis di kalangan kebanyakan guru. Rendahnya kemauan membaca dan menulis yang kita sebut juga sebagai bagian dari budaya literasi tersebut, telah menyulitkan guru untuk melahirkan karya tulis dalam bentuk apa pun, termasuk menulis laporan ” Penelitian Tindakan Kelas ( TPK) tersebut.

Padahal, penelitian tindakan kelas itu adalah sebuah penelitian yang sederhana dan tidak rumit serta tidak membutuhkan biaya besar sebagaimana penelitian-penelitian yang dibuat oleh para peneliti di lembaga-lembaga penelitian. Dikatakan demikian, karena TPK merupakan penelitian yang bisa dilakukan oleh guru sendiri di kelas. Caranya adalah dengan merencanakan, ya, menyusun rencana penelitian, lalu dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul di dalam kelas, menganalisisnya, merefleksi tindakan secara kolaboratif dan partisipatif serta melihat hasilnya. Semuanya diujukan untuk memperbaiki kinerja guru yang bisa meningkatkan hasil belajar para siswa. Jadi sangat sederhana bukan?

Bila PTK sudah dilakukan, maka hasil dari penelitian tersebut ditulis mengikuti format yang sudah ada dan lazim digunakan. Kunci keberhasilan membuat laporan PTK adalah pada semua catatan atau temuan yang dibuat saat melakukan mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, catatan dari hasil analisis dan juga catatan dari tindakan yang diambil serta catatan hasilnya, ditulis dalam sebuah bentuk laporan yang sesungguhnya sudah ilmiah itu. Jadi tidak berat bukan?

Lalu, apa yang membuat kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan kegiatan membuat laporan PTK selama ini menjadi masalah dan sulit? Bisa jadi, banyak factor yang menyebabkannya. Namun dua factor utama adalah tidak ada kemauan membaca dan menulis. Bila kedua kemauan itu tidak ada, apa yang bisa dilakukan? Oleh sebab itu, pelatihan yang dilakukan hari ini terhadap 120 guru Bahasa Indonesia yang mengajar di SMA dan SMK di 23 Kabupaten /kota di Aceh ini menjadi sangat penting dan strategis bila dikaitkan lagi dengan visi pasangan Gubernur dan wakil Gubernur Aceh dengan Aceh Carong, Aceh yang bermartabat dan kuat itu.

Dikatakan strategis, karena pelatihan ini jelas bukan hanya membantu guru menyelesaikan masalah kesulitan menyusun laporan PTK saja, tetapi dengan kegiatan ini juga menumbuhkan kesadaran guru akan pentingnya melakukan dan menyusun PTK, membangun kembali budaya baca dan menulis para guru dan sekaligus membangun kemampuan berfikir dan bertindak ilmiah sebagai bagian membangun kemampuan budaya ilmiah di kalangan guru yang bermuara pada kemampuan ilmiah para siswa di sekolah. Semua ini, akan dapat meningkatkan kinerja guru yang sekaligus meningkatkan hasil belajar para siswa di sekolah. Selamat mengikuti latihan Penulisan Karya Ilmiah (PTK). Semoga sukses.

 

 

sumber:

read more
Berita Terkini

Parah.. Indonesia rangking pertama di dunia untuk jumlah perokok dikalangan pelajar

Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Population Reference Bureau mencatat bahwa sejak 2015 hingga sekarang Indonesia menjadi salah satu negara dengan perokok tertinggi di dunia di kalangan pelajar jenjang SMP.

Gawat bukan….! Coba bayangkan bagaimana dengan kesehatan mereka di masa yang akan datang nanti dan ini tentunya akan berpengaruh terhadap masa depan negara ini karena generasi muda nya sudah duluan terkena penyakit akibat merokok di waktu muda.

Beberapa fakta lain yang terungkap dari laporan tersebut adalah Argentina menjadi negara dengan tingkat konsumsi alkohol tertinggi di kalangan pelajar usia 13-15 Tahun, sedangkan Mesir menjadi yang mengalami masalah dengan obesitas pada anak didiknya.

 

 

 

read more
Berita Terkini

Sebanyak 408 Pramuka Seluruh Indonesia Ikuti Kemah Penguatan Karakter

Jaringanpelajaraceh.com-JAKARTA-Kegiatan Kemah Penguatan Karakter 2017 resmi dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Muhajir Effendy di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta Timur, Senin (12/11). Acara pembukaan juga dihadiri oleh Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Bidang Pembinaan Anggota Muda Kak Budi Prayitno, mewakili Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault.

Kemah yang berlangsung sampai 17 November 2017 ini diikuti 408 Pramuka Penegak dari 34 provinsi se-Indonesia dengan tema “Siswa SMA Pelopor Karakter Bangsa yang Disiplin, Terampil, dan Peduli.” Sesuai dengan tema, Kemah Penguatan Karakter ini diisi kegiatan-kegiatan teoretis maupun praktik lapangan.

Misalnya, kegiatan bakti masyarakat, survival, masak rimba, jelajah budaya dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah yaitu Monas, Museum Nasional, Masjid Istiqlal, Museum Sumpah Pemuda, latihan budidaya lebah. Ada juga materi tentang bahaya narkoba, radikalisme serta kekayaan bahari Indonesia.

Di hari pertama, Kak Budi menyampaikan materi tentang kekayaan bahari Indonesia dengan tema “Mencintai Bahari, Mencintai Negeri.” Budi menyampaikan, Indonesia sebagi negara maritim memiliki kekayaan yang begitu besar. Potensi itu jika dimanfaatkan dengan baik bisa memberikan kesejahteraan masyarakat.

“Kekayaan itu banyak sekali, mulai dari pariwisata, ikan, gas bumi, dan juga air lautnya. Nah, saya lebih banyak menyampaikan tentang potensi atau kekayaan ikan di laut Indonesia,” ujar Kak Budi.

Menurutnya, sumber daya alam di laut tidak mungkin bisa dikelola dan digunakan sebaik-baiknya untuk kemajuan bangsa tanpa karakter yang kuat dari masyarakatnya. Di sini ia menekankan kepada anak Pramuka agar terus menanamkan karakter atau kepribadian yang baik dalam setiap perilakunya.

Lalu apa yang bisa dilakukan Pramuka dalam rangka turut serta menjaga laut Indonesia? Kak Budi mengungkapkan, Pramuka bisa memulainya dari hal-hal yang kecil. Misalnya, tidak ikut mengotori laut dengan membuang sampah sembarangan di pantai, tidak ikut menangkap ikan dengan cara-cara yang dilarang seperti menggunakan bom atau obat yang bisa merusak ekosistem.

“Saya yakin Pramuka punya jiwa itu, banyak yang sudah dilakukan anak-anak di daerah untuk menjaga ekosistem laut. Seperti tidak membuang sampah sembarangan. Dan di sini, melalui kemah ini, karakter mereka akan dikuatkan lagi,” jelasnya.

Di akhir kegiatan Kemah Penguatan Karakter ini nantinya akan diisi karnaval dan pentas budaya. Kemendikbud sebagai penyelenggara kegiatan ini juga akan menyampaikan sosialisasi Saka Widya Budaya Bakti. Ada pula kegiatan menarik lainnya, yaitu pembuatan cuk glider dan es krim. (HA/AK

read more
Berita Terkini

Di Tangan Siswa SMK Ini, Gambut di Rawa Pening Disulap Jadi Briket

Jaringanpelajaraceh.com– Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Bawen, Kabupaten Semarang, memproduksi briket berbahan gambut dari Rawa Pening. Produksi pembuatan briket ini telah dilakukan sejak tahun 2013, yang bisa menjadi bahan bakar alternatif.

Ide pembuatan briket ini pun datang tanpa sengaja. Ketika itu, sejumlah guru SMKN 1 Bawen bermaksud rekreasi di Rawa Pening dengan naik perahu.

“Saat itu teman-teman guru naik perahu di Rawa Pening, di sana melihat gambut kemudian muncul gagasan membuat briket,” kata Heru Widianto, Guru Produktif Alat Mesin Pertanian (AMP) SMKN 1 Bawen, Kabupaten Semarang, Senin (13/11/2017).

Gagasan pembuatan briket dari gambut Rawa Pening tersebut dimotori seorang guru Samsudin. Untuk itu, kemudian membuat alat pencetak dan pengepres dengan memanfaatkan besi yang ada. Setelah alat jadi, dengan mengajak siswa mencari gambut yang tidak dipakai di sekitar Rawa Pening.

“Kami mencari gambut setiap dua minggu sekali pada hari Sabtu, sekalian home visit bersama-sama anak mencari dua karung bagor,” ujarnya.

Gambut yang telah tersedia tersebut, kemudian dibuat briket baik oleh siswa kelas XI maupun kelas XII AMP terutama saat jam praktik. Untuk kelas XI praktik pembuatan dilakukan pada hari Rabu dan Jumat, sedangkan kelas XII pada hari Senin dan Kamis.

“Kebetulan ini jatah kami membuat briket. Briket yang basah, terus kami cetak dengan alat ini,” ujar Dedi Haris (17), siswa kelas XII AMP SMKN 1 Bawen.

Teman Dedi lainnya, M Angger (17), mengakui, pembuatan briket tersebut dilakukan sejak masih kelas XI. Ketika itu, usai mengikuti PKL di salah satu perusahaan di Temanggung, kemudian di sekolah diajari membuat briket.

“Semenjak itu, setiap jam praktik, kami membuatnya,” katanya.

Setelah dicetak, briket yang masih basah tersebut dikeringkan dengan dijemur. Jika kondisinya panas, hanya butuh waktu 2 hari sudah bisa dipakai. Namun demikian, jika cuaca mendung terkadang membutuhkan waktu selama 5 hari untuk siap dipakai.

Adapun briket yang kering tersebut kemudian dikemasi dalam plastik yang dijual dengan harga Rp3.000-Rp5.000 per plastiknya. Sejauh ini, selain dipakai sendiri untuk memanaskan ayam di sekolah tersebut, briket juga dipesan pedagang criping di Tegalrejo, Kota Salatiga.

“Sekali beli biasanya 5-10 bungkus plastik. Kalau untuk bahan baku sangat mudah mendapatkannya, sejauh ini kami masih kesulitan untuk memasarkan,” kata Heru, alumni Unnes, itu.

 

sumber:https://psmk.kemdikbud.go.id

read more
Berita Terkini

PBM MTsN Matangkuli Terhenti Total

Jaringanpelajaraceh.com-LHOKSUKON -Ekses banjir yang merendam 10 desa di Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara akibat luapan Krueng Keureuto, menyebabkan proses belajar mengajar (PBM) di Madrasah Tsnawiyah Negeri (MTsN) Matangkuli terhenti total sejak Kamis (9/11) sampai Senin (13/11) kemarin. Padahal, air yang merendam 10 desa di kawasan itu pada Kamis (9/11) lalu, sudah surut satu hari kemudian.
Terhentinya proses pembelajaran hingga empat hari itu disebabkan air masih merendam ruang belajar dan juga halaman sekolah tersebut. Sehingga siswa yang hendak masuk ruangan harus membuka sepatunya.

Kondisi ini terjadi di ke-12 ruang belajar yang digunakan selama ini. Penyebabnya ternyata karena ruang belajar itu lebih rendah dari badan jalan, sehingga meski air sudah surut di sejumlah desa, namun halaman sekolah itu masih tetap terendam.

Bahkan, untuk kering total itu butuh waktu sampai sepekan lebih, itupun dengan catatan tak ada hujan susulan lagi,” kata Kepala MTsN Matangkuli, Muhammad Hanafiah kepada Serambi, Senin (13/11).

Dia membeberkan, air mulai merendam sekolah itu satu hari sebelum mengenangi pemukiman warga di kawasan tersebut. Karena jarak tanggul sungai dengan sekolah itu hanya terpaut lima meter.

Kemarin ketika banjir, airnya hampir mencapai satu meter di halaman sekolah, sehingga 12 ruangan yang kita gunakan selama ini untuk belajar terendam. Jangankan untuk masuk ke ruangan belajar, untuk ke kantor saja harus membuka sepatu,” ujar Kepala MTsN Matangkuli itu.

Disebutkan, dirinya dari kemarin sudah berada di Jakarta untuk menyampaikan persoalan tersebut ke Kementerian Agama (Kemenag) RI, agar persoalan itu segera dicari solusi. Sebab, jika tidak secepatnya ditangani, bisa berdampak tidak baik terhadap pendidikan, karena para pelajar sering libur sekolah. “Saya sudah di Jakarta dan sekarang sedang menemui Kasubdit Sarana dan Prasarana, mudah-mudahan ada solusi cepat,” ucapnya.

Sementara itu, Kasubdit Sarana dan Prasarana Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah Kemenag RI, Abdullah Alkholis kepada Serambi via seluler menyebutkan, pihaknya sudah menerima laporan yang disampaikan Kepala MTsN Matangkuli, Muhammad Hanafiah. Dia berjanji, pihaknya akan mempelajari dulu proposal yang diajukan sekolah tersebut.

“Nanti dalam waktu dekat akan turun tim untuk melihat langsung kondisi tersebut, apakah terendam karena drainase atau karena rendahnya halaman sekolah itu. Kita akan koordinasikan sehingga persoalan bisa dicari solusi ke depannya, apakah ruang belajar yang kita tinggikan atau solusi lain supaya proses pembelajaran di sekolah tersebut tak terhenti,” ulasnya.

Berdasarkan catatan Serambi, terhentinya proses belajar mengajar (PBM) di MTsN Matangkuli itu akibat kebanjiran memang bukan kejadian baru. Pasalnya, kegiatan pembelajaran di madrasah tersebut sudah sering terhenti sejak tahun 2013 dan terus berulang setiap tahunan layaknya sebuah siklus, khususnya saat musim penghujan.

Soalnya, penyebab sekolah tersebut sering terendam, bukan cuma ketika meluapnya Krueng Keureuto yang memang mengelilingi lembaga pendidikan itu saja. Tapi, asal terjadi hujan lebat sebentar aja, MTsN Matangkuli itu bisa terendam, padahal di tempat lain tidak terjadi genangan air.

Seringnya terhenti proses belajar mengajar di sekolah itu juga berdampak terhadap minat murid untuk melanjutkan pendidikanke sekolah itu. Hal tersebut berdasarkan data penerimaan dan kelulusan di sekolah itu. Misalnya, pada 2015 jumlah pelajar baru mencapai 149 orang, lalu pada 2016 turun menjadi 144 pelajar baru saja. Sedangkan pada tahun 2017, menurun drastis menjadi 81 orang.(jaf)

 

sumber:http://aceh.tribunnews.com

 

read more
1 24 25 26 27 28 80
Page 26 of 80