close

slide

Berita Terkini

Pendidikan Berkualitas untuk Generasi Emas

Tugas pendidikan adalah mengupayakan agar anak bisa mengenal potensi dirinya, sedangkan pendidikan berperan memberikan fasilitas agar mereka dapat mengembangkan potensinya, baik bidang akademik maupun potensi non-akademik, seperti seni dan olah raga.

Secara akademis, riset membuktikan bahwa setiap anak lahir dengan potensinya masing-masing. Ada kata-kata bijak menyebutkan, “Jadikan anak sesuai dengan potensinya, bukan sesuai dengan harapan orang tua.”

Perlu juga dipahami, bahwa potensi itu adalah bawaan dari lahir, namun ada juga produk dari proses pendidikan. Jika anak mempunyai bakat tetapi tidak dididik dengan tepat, maka potensinya tidak akan tumbuh dan berkembang optimal. Demikian sebaliknya, jika anak tidak berbakat tetapi dipaksakan oleh guru atau orang tuanya, potensinnya pun tidak akan tumbuh dengan baik. Pasti akan ada konflik internal dalam jiwa si anak. Karena itulah, harus serasi dan seimbang antara potensi bawaan anak dengan proses pendidikannya.

Untuk dapat mengembangkan potensi tersebut, ada beberapa tahapan atau langkah harus ditempuh oleh semua pemangku kepentingan, termasuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Pertama adalah pendidikan, melalui peran sekolah harus mampu mengidentifikasikan potensi anak didiknya melalui pilihan ekstra kurikuler.

Kedua, setelah anak mengenal potensi dan bakat dirinya, maka tugas pendidikan, sekolah atau kementerian, adalah menumbuhkembangkan potensi tersebut. Karena itu, perlu adanya pembelajaran ekstrakurikuler yang efektif dan efisien sebagai upaya menumbuhkembangkan bakat dan minat anak.

Ketiga, memberi peluang anak didik untuk mengikuti perlombaan guna mengukur potensi dirinya. Apakah potensi itu sudah di level sekolah, kecamatan, kabupaten maupun tingkat nasional. Inilah yang melatarbelakangi Kemdikbud menyelenggarakan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional(FLS2N). Jadi, kegiatan ini merupakan bagian dari proses menumbuhkembangkan potensi anak sesuai dengan minat dan potensinya.

Kemdikbud juga terus mendukung peningkatan kualitas pembelajaran ekstra kurikuler, misalnya dengan memberikan bantuan pengadaan peralatan olah raga dan seni. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik yang belum mendapat kesempatan mengikuti ajang perlombaan tingkat nasional, dapat juga mengembangkan potensinya di sekolah. Asumsinya, jika dalam FLS2N satu provinsi diwakili hanya segelintir siswa dari 26 juta siswa SD di Indonesia, program bantuan pengadaan diharapkan dapat mencakup jauh lebih banyak siswa di sekolah.

Kemudian, perlu juga diperhatikan peningkatan kualitas guru atau pembina ekstra kurikuler. Harus menjadi perhatian, bahwa penting untuk memiliki pembina yang mempunyai bakat dan minat terhadap ektra kurikuler yang dibinanya. Jika tidak, mereka tidak akan dapat menelurkan anak-anak berpotensi unggul.

Sebagai alternatif, ada sekolah yang menyerahkan pembinaan ekstra kurikuler kepada mahasiswa perguruan tinggi yang mempunyai bakat di bidang tertentu. Sementara pada waktu ekstra kurikuler, para guru mengadakan rapat persiapan mengajar untuk minggu berikutnya.

Oleh karena pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang tua, unit pelayan teknis daerah (UPTD) pendidikan dasar di tingkat kecamatan, dinas kabupaten/kota, provinsi, maupun Kemdikbud, maka semua pihak tersebut hendaknya berkerja di kavlingnya masing-masing. Misalnya, kurikulum adalah tugas pemerintah pusat, sedangkan tempat belajar dan mengajar yang baik adalah tugas masing-masing sekolah dan daerah. Komponen bangsa lainnya pun harus mendukung, seperti para seniman yang turut berpartisipasi membina potensi anakdibidang seni.

Menata generasi emas 

Secara historis, kebangkitan bangsa pertama kalinya digaungkan pada hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Lalu, lahirlah generasi yang mengisi pembangunan.

Saat ini, Indonesia akan menuju kebangkitan kedua, yaitu 100 tahun Indonesia merdeka pada tahun 2045. Inilah yang melatarbelakangi kebangkitan generasi emas. Inilah saat yang tepat bagi pendidikan untuk berperan menciptakan generasi emas Indonesia. Ini adalah momentum sangat tepat bagi para pemangku kepentingan pendidikan untuk menata dengan sebaik-baiknya pendidikan berkualitas.

Pencanangan generasi emas tahun pertama juga telah dibarengi dengan revitalisasi pendidikan karakter. Mengintegrasikan (kembali) pendidikan dan kebudayaan merupakan langkah sangat tepat, dengan harapan pendidikan akan melahirkan anak yang berbudaya sehingga jika disatukan akan serasi antara proses dan produk. Namun, dalam hal ini, budaya hendaknya tidak serta merta dimaknai secara sempit, tetapi lebih luas lagi, seperti budaya sopan santun, budaya pemanfaatan teknologi dengan bijak.

Berdasarkan hasil kajian yang mendalam, Kemdikbud sudah mengindetifikasi 18 nilai-nilai kebaikan yang akan disemaikan kepada anak didik melalui pendidikan karakter. Jika nilai-nilai ini disemaikan sedini mungkin, sejak dalam PAUD, bahkan sampai dengan pendidikan tinggi, maka diharapkan tersemailah prilaku-prilaku berkarakter dan berbudaya yang baik.

Kemdikbud juga telah menyusun dan terus-menerus melakukan evaluasi terhadap tahap-tahap grand design generasi emas Indonesia. Akan lebih sempurna hasilnya jika terdapat ada kerja sama masyarakat dan pemerintah. Bagi anak didik, jangan berpikir dirinya sebagai obyek, tetapi sebagai subyek yang berperan aktif atas dukungan dan fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah, orangtua, maupun masyarakat. (Kompas)

read more
Berita Terkini

Guru Digugu dan Ditiru

Setiap dari kita pasti sudah mengenal betul apa yang dimaksud dengan guru dan siapakah dia?? Mulai dari bangku TK sampai Sekolah Menengah Atas kita telah familiar dengan yang namanya guru karena beliaulah yang menjadi ujung tombak keberhasilan siswa dalam belajar. Apalah arti kita sekarang ini tanpa andil seorang guru yang rela dengan ikhlas memberikan ilmu dan apa yang mereka ketahui (dulu sih aku memandangnya gitu, sebab guru-guruku begitu bersemangat meskipun salary yang mereka dapatkan boleh dibilang kecil dan tidak sebanding dengan apa yang telah mereka lakukan). Tapi kalau sekarang aku enggak tahu pasti apa motif orang-orang yang ingin menjadi guru, apakah memang tulus ingin mencerdaskan anak bangsa atau hanya karena ingin mendapatkan jalan supaya lebih mudah untuk menjadi pegawai negeri sipil atau mungkin karena status guru dimasa sekarang ini sudah mulai diperhatikan kesejahteraannya oleh pemerintah dengan diadakannya sertifikasi dan program-program lain yang diadakan oleh rezim yang saat ini tengah berkuasa. Yah, wallahu a’lam… Hanya Allah dan diri mereka sendirilah yang mengetahui maksud mereka menjadi guru. Buat kita nggak perlu diambil pusing, yang penting selama mereka masih mendedikasikan seluruh kemampuannya demi kecerdasan anak bangsa, it’s no problem…
 
Terlepas dari hal tersebut, tentunya kita mendambakan seorang guru yang sempurna selayaknya sosok guru di era-era masa lalu yang antara kehidupan pribadi dan disaat mengajar sama saja tanpa ada yang dibuat-buat. Nah, inilah yang sudah langka dan sangat jarang ditemukan dimasa sekarang ini. Guru yang tampil perfect ketika dihadapan anak didiknya berbanding terbalik ketika mereka sedang tidak ada tugas mengajar. Ketika dikelas mereka dengan lantang berkata, ”anak-anak membicarakan orang adalah suatu perbuatan yang tidak baik….” Tetapi pada kenyataannya mereka sendirilah yang gemar menggunjing ketika sedang kongkow-kongkow diruang guru. Mereka pula yang mengajarkan bahwa hidup harus sederhana dan tidak boleh sombong, tetapi pada kenyataannya banyak dari mereka yang dengan PD-nya membanggakan harta yang mereka miliki, mulai dari perhiasan, mobil, rumah dan segala hal yang menyangkut duniawi.
Nah, lalu seperti apakah guru yang baik itu?? Pertanyaan yang mudah dijawab tetapi sulit dipertanggungjawabkan keabsahannya karena jika ditanya demikian biasanya kita akan condong pada sosok tertentu yang menurut kita baik padahal sejatinya belum tentu. Apalagi kalau belum mengenal betul, jangan coba-coba menilai lah karena kita hanya bisa-bisaan saja menilai tetapi hasilnya sering salah. Kenapa…?? Karena yang berhak menilai hanyalah Allah Yang Maha Benar penilaiannya dan tidak pernah salah.Tetapi tidak ada salahnya jika kita mencoba memberikan kriteria guru yang baik menurut versiku, yaitu :
1.      Penebar senyum
Kenapa guru harus menebar senyum?? Karena dari senyumanlah semua kondisi menjadi cair, orang marah ketika diberi senyuman InsyaAllah akan reda marahnya, orang yang takut apabila diserang dengan senyuman InsyaAllah ketakutannya akan mereda. Ciptakanlah kesan pertama yang mengesankan, hilangkan raut-raut wajah killer dari diri anda wahai bapak ataupun ibu guru. Tebarkanlah senyum karena senyum adalah hal yang sangat mudah untuk dilakukan.
2.      Bersikap apa adanya
Ini yang sulit, karena sebagian dari sosok guru yang kita jumpai sering bersikap TIDAK apa adanya, banyak sikap yang dibuat-buat. So, mulailah budayakan bersikap ada adanya.
3.      Sabar
Nah, ini yang sulit karena sebagai insan biasa tidak luput dari sifat mudah marah dan emosional, tinggal bisa-bisa kita saja memanagenya. Buat siswa, kalau ketemu guru yang emosional dan mudah marah jangan ditanggapi dengan hal demikian juga, cobalah bersabar dan introspeksi diri mungkin diri kitalah yang membuat mereka menjadi tersulut amarahnya.
4.      Berorientasi pada keberhasilan siswa
Guru yang baik adalah yang tujuannya mencerdaskan anak bangsa bukan mencari keuntungan sendiri dengan mengutamakan salary yang akan didapat. Kalau gaji besar ngajarnya semangat tapi kalau gaji kecil ngajarnya semaunya. Ingatlah, keberhasilan siswa berdampak pada kemajuan bangsa. So, nasib negeri ini berada pada diri kalian wahai bapak dan ibu guru.
5.      Membulatkan tekad berniat menjadi guru
Nah, ini yang penting dan menjadi modal utama. Janganlah guru dijadikan sebagai profesi cadangan karena hanya berdasarkan peluang kerja yang lowong tetapi jadikanlah ini sebagai cita-cita dan tujuan yang utama. Karena dengan demikian, akan maksimal menjalankannya. Coba bandingkan yang memang berniat menjadi guru dan yang coba-coba menjadi guru. Dedikasi dan loyalitas yang diberikan akan jauh berbeda.
Membicarakan sosok guru yang baik tentunya tidak habis dalam lima point saja melainkan ada beberapa kriteria lain selain point-point tersebut diatas. Tapi setidaknya hal tersebut mampu menjadi pedoman bagi siswa, sekolah maupun bagi diri guru sendiri sebagai langkah introspeksi diri untuk berubah ke arah yang lebih baik. Yang sudah optimal menjadi semakin optimal dan yang kurang optimal menjadi lebih optimal.
Mohon maaf apabila coretan kecil ini menyinggung perasaan bapak dan ibu guru, ini saya lakukan semata untuk kemajuan kita bersama. Bukan mencari dan membeberkan apa yang terjadi selama ini tetapi inilah fakta yang harus dikoreksi. Bukan berarti saya selaku penulis adalah orang yang sempurna tapi marilah kita memperbaiki diri agar semakin baik dimasa yang akan datang.(KomunitasPelajarIndonesia)
read more
Berita Terkini

Membangun Karakter Sejak Pendidikan Anak Usia Dini

Kawan, jika saya ditanya kapan sih waktu yang tepat untuk menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang? Maka, jawabnya adalah saat masih usia dini. Benarkah? Baiklah akan saya bagikan sebuah fakta yang telah banyak diteliti oleh para peneliti di dunia.

Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa keemasan si anak (golden age).

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan “bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya”.

Nah, oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Kita sebagai orang tua kadang tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan memukul, memberikan pressure yang pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau bahkan minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan dibawanya sampai ia dewasa. Ketika dewasa karakter semacam itu akan menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya. Misalnya, tidak bisa menjadi seorang public speaker gara-gara ia minder atau malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu karena ia tidak mau mengambil resiko dan takut gagal. Padahal, jika dia bersikap positif maka resiko bisa diubah sebagai tantangan untuk meraih keberhasilan. Anda setuju kan?

 Banyak yang mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jeniusnya otak kita. Semakin kita jenius maka semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara kelas berturut-turut, maka semakin sukseslah kita. Benarkah demikian? Eitsss tunggu dulu!

Saya sendiri kurang setuju dengan anggapan tersebut. Fakta membuktikan, banyak orang sukses justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di bangku sekolahnya, mereka tidak mendapatkan juara kelas atau menduduki posisi teratas di sekolahnya. Mengapa demikian? Karena sebenarnya kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan otak kita saja. Namun kesuksesan ternyata lebih dominan ditentukan oleh kecakapan membangun hubungan emosional  kita dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh ditinggalkan adalah hubungan spiritual kita dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Tahukah anda bahwa kecakapan membangun hubungan dengan tiga pilar yakni (diri sendiri, sosial, dan Tuhan) tersebut merupakan karakter-karakter yang dimiliki orang-orang sukses. Dan, saya beritahukan pada anda bahwa karakter tidak sepenuhnya bawaan sejak lahir. Karakter semacam itu bisa dibentuk. Wow, Benarkah? Saya katakan Benar! Dan pada saat anak berusia dini-lah terbentuk karakter-karakter itu. Seperti yang kita bahas tadi, bahwa usia dini adalah masa perkembangan karakter fisik, mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Pada usia dini inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita sebagai orang tua dan dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif dan sukses.

Lalu, bagaimana cara membangun karakter anak sejak usia dini?

Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (interpersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak membuat ia merasa tertekan baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya. Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.

Nah, sekarang kita paham mengapa membangun pendidikan karakter anak sejak usia dini itu penting. Usia dini adalah usia emas, maka manfaatkan usia emas itu sebaik-baiknya.

read more
Berita Terkini

“WOW”nya Pendidikan Karakter!

Kita sebagai orang tua seringkali mengikutkan anak kita berbagai macam les tambahan di luar sekolah seperti les matematika, les bahasa inggris, les fisika dan lain-lain. Saya yakin hal ini kita dilakukan untuk mendukung anak agar tidak tertinggal atau menjadi yang unggul di sekolah. Bahkan, terkadang ide awal mengikuti les tersebut tidak datang dari si anak, namun datang dari kita sebagai orang tua. Benar tidak?

Memang, saat ini kita menganggap tidak cukup jika anak kita hanya belajar di sekolah saja, sehingga kita mengikutkan anak kita bermacam-macam les. Kita ingin anak kita pintar berhitung, kita ingin anak kita mahir berbahasa inggris, kita juga ingin anak kita jago fisika dan lain sebagainya. Dengan begitu, anak memiliki kemampuan kognitif yang baik.

Ini tiada lain karena, pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah juga menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognisi. Dengan pemahaman seperti itu, sebenarnya ada hal lain dari anak yang tak kalah penting yang tanpa kita sadari telah terabaikan. Apa itu? Yaitu memberikan pendidikan karakter pada anak didik. Saya mengatakan hal ini bukan berarti pendidikan kognitif tidak penting, bukan seperti itu!

Maksud saya, pendidikan karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Beberapa kenyataan yang sering kita jumpai bersama, seorang pengusaha kaya raya justru tidak dermawan, seorang politikus malah tidak peduli pada tetangganya yang kelaparan, atau seorang guru justru tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang tidak mendapatkan kesempatan belajar di sekolah. Itu adalah bukti tidak adanya keseimbangan antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter.

Ada sebuah kata bijak mengatakan, ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain. Untuk itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter anak didik. Lalu apa sih pendidikan karaker itu?

Jadi, Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakter pada anak didik. Saya mengutip empat ciri dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang pencetus pendidikan karakter dari Jerman yang bernama FW Foerster. Pertama, pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut. Kedua, adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru. Ketiga, adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.

Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan soft skill ini terbentuk melalui pelaksanaan pendidikan karater pada anak didik.

Berpijak pada empat ciri dasar pendidikan karakter di atas, kita bisa menerapkannya dalam pola pendidikan yang diberikan pada anak didik. Misalanya, memberikan pemahaman sampai mendiskusikan tentang hal yang baik dan buruk, memberikan kesempatan dan peluang untuk mengembangkan dan mengeksplorasi potensi dirinya serta memberikan apresiasi atas potensi yang dimilikinya, menghormati keputusan dan mensupport anak dalam mengambil keputusan terhadap dirinya, menanamkan pada anak didik akan arti keajekan dan bertanggungjawab dan berkomitmen atas pilihannya. Kalau menurut saya, sebenarnya yang terpenting bukan pilihannnya, namun kemampuan memilih kita dan pertanggungjawaban kita terhadap pilihan kita tersebut, yakni dengan cara berkomitmen pada pilihan tersebut.

Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.

read more
Berita Terkini

Masihkah UN GONJANG-GANJING di 2014?

 UJIAN NASIONAL (UN) pada 2014 akan digelar usai pemerintah mengadakan hajatan pemilihan umum (pemilu) legislatif, yakni pada April 2014. UN tersebut diperuntukkan bagi SMP/MTs dan SMA/MA/SMK. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengungkapkan, UN SD mulai ditiadakan dan kemudian diserahkan pelaksanaannya kepada provinsi.

Kendati ditiadakan karena berkaitan dengan berlangsungnya pemilu, pihaknya tetap memberikan beberapa soal kunci sebagai bentuk standarnya. “Kenapa penting? Karena nanti kalau tidak ada standarnya, begitu anak pindah dari satu provinsi ke provinsi lain kalau tidak memiliki standar yang sama justru akan menjadi persoalan di belakang hari,” ucap M. Nuh, beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, Nuh sempat mengatakan jika perhelatan pemilu akan berimbas pada pelaksanaan UN 2014. Meski dikabarkan mundur, UN SMA, SMK, dan MA akan dilangsungkan pada 14-16 April 2014. Menurut dia, esensi pelaksanaan UN harus memenuhi dua persyaratan utama. Pertama, seluruh proses pembelajaran sudah selesai. Jangan sampai UN dilaksanakan saat pembelajaran belum selesai. Kedua, pelaksanaan UN harus mempertimbangkan jadwal penerimaan mahasiswa baru.

Nilai UN 2014 Pakai Rapor

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), melalui Komisi X, mendukung kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan nilai UN murni 2014 bersama nilai rapor. Hal ini adalah prestasi lainnya yang menjadi dasar Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2014.

Wakil Ketua Komisi X dari Fraksi PDI Perjuangan, Utut Adianto mengatakan, Komisi X DPR juga mengapresiasi kebijakan Kemendikbud untuk tidak menyelenggarakan UN tingkat SD/MI mulai 2014. Selanjutnya, Komisi X DPR mendesak Kemendikbud untuk mempersiapkan UN pada 2014 sebaik mungkin agar kualitas UN 2014 meningkat dari 2013. “Baik dari sisi materi soal, pelaksanaan, pengawasan dan keluaran atau output,” tuturnya.

Di sisi lain, Kemendikbud mengaku siap menggelar UN 2014. Kesiapan itu terbukti dengan disetujuinya anggaran UN 2014 oleh Komisi X DPR RI. Nuh mengklaim hingga saat ini pihaknya sudah menyiapkan soal UN dan mengantisipasi masalah teknis lainnya.

“Sekira Rp600 miliar dana UN sudah disetujui Komisi X DPR awal pekan ini. Itu artinya UN siap digelar di 2014. Penggandaan soal kita serahkan secara region,” tutur Nuh.

Nuh memaparkan, pihaknya akan membagi menjadi enam hingga delapan region se-Indonesia. Penggandaan soal UN akan dilakukan di kota penunjukan regionnya. Dia mencontohkan Makassar sebagai region yang akan membawahi beberapa provinsi di sekitarnya.

“Jadi soalnya digandakan di region yang ditunjuk yang akan membawahi wilayah sekitarnya. Contohnya Sulawesi Selatan (Sulsel) akan membawahi Gorontalo dan Sulawesi Barat (Sulbar),” urainya.

Jadwal UN SMA di 2014

Perhelatan pemilu dinilai akan berimbas pada pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2014. Meski dikabarkan mundur, UN SMA, SMK, dan MA akan dilangsungkan pada 14-16 April 2014. Namun Nuh secara tegas menyampaikan jika esensi pelaksanaan UN harus memenuhi dua persyaratan utama.

“Pertama, seluruh proses pembelajaran sudah selesai. Jangan sampai UN dilaksanakan saat pembelajaran belum selesai,” jelasnya.

Poin kedua, katanya, pelaksanaan UN harus mempertimbangkan jadwal penerimaan mahasiswa baru. Sehingga para siswa bisa mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

“Harus mempertimbangkan waktu untuk masuk ke jenjang lebih tinggi masih memungkinkan. Disesuaikan dengan jadwal penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi. Kami sudah tanya dengan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (MRPTN) kapan hasil ujian penerimaan mahasiswa baru selesai sehingga bisa kami sesuaikan,” paparnya.

Dia menegaskan, penetapan waktu pelaksanaan UN dilakukan dengan melihat berbagai pertimbangan. Tidak hanya melihat even nasional seperti Pemilu tapi juga mempertimbangkan hari besar agama, yakni wafat Yesus Kristus.

Selain itu, dia juga mempertimbangkan jadwal UN dengan kegiatan nasional lainnya yakni adanya pileg dan hari besar agama. Nah, sudah siapkah pelaksanaan UN di tahun ini? Apakah akan ada gonjang-ganjing kembali seperti di tahun sebelumnya? Kita lihat saja nanti. (okezone)

read more
Berita Terkini

Dongeng Pak Guru Dahril

2153206dongeng1780x390

Pada perjalanan antara Palembang-Prabumulih di bulan Oktober 2013, lelaki di sebelah saya bercerita sambil mengemudi. Semangat sekali cara dia bercerita. Semula saya hanya mengangguk dan sesekali tersenyum. Maklumlah, yang dia ceritakan pun soal yang remeh temeh mengenai keluarganya. Tapi lama kelamaan, saya seperti tersihir untuk takzim menyimak cerita lelaki bernama Dahril Amin ini.

Hanya ada satu alasan kenapakah saya sepagi itu harus pergi bersama Dahril dari Palembang ke Prabumulih. Adalah seorang rekan saya bernama Endi Aras yang mengabarkan, bahwa ada seorang anak kelas satu SMP di Prabumulih yang prestasinya luar biasa. Maka, saya pun terbang ke Palembang untuk selanjutnya menuju Prabumulih, semata hanya untuk menemui anak berbakat itu. Dan anak berbakat itu adalah puteri Dahril yang menjemput saya di Palembang, untuk selanjutnya membawa saya ke rumahnya nun di Prabumulih sana.

“Boleh saya mendongeng, Pak?” tanya Dahril kepada saya.
Tentu saja saya mempersilakan. Selain saya menumpang, saya juga kian tertarik dengan cara Dahril bercerita.

“Silakan Pak, dimulai saja mendongengnya, saya akan menyimaknya,” ujar saya.

Lalu Dahril pun mulai bercerita, “Di sebuah Kota kecil, Tanjung Enim, lahirlah seorang Putri yang bernama Eny Kurniati. Kemudian… Sang Putri melanjutkan pendidikannya ke Kota jambi. Di Kota Jambi inilah sang Puteri bertemu dengan Pangeran yang gagah dan tampan. Kemudian mereka menikah. Dari pernikahan ini lahirlah bidadari-bidadari. Yang pertama bernama Tiara Tarasati. Yang kedua bernama Zenitha Zakiah. Yang ketiga bernama Nayla Salsabila, mereka beralamat di Jalan Cindai No.1 Kelurahan Gunung Ibul Prabumulih–Sumatera Selatan.”

Dan di ujung ceritanya, Dahril pun mengatakan, bahwa keluarga itu diberkahi oleh Allah berupa kebahagiaan. Anak-anak beroleh kasih sayang dan pendidikan yang baik.

Itulah dongeng yang selalu diceritakan oleh Dahril Amin, Kepala Sekolah SMA N IV Prabumulih untuk mengantar anak-anaknya pergi tidur. Sebuah dongeng yang dia karang sendiri, semata untuk membesarkan hati anak-anaknya agar selalu mencintai keluarga dengan mengharumkan nama keluarga tersebut melalui prestasi.

Maka dongeng itu pun seperti nubuat bagi keluarga Dahril. Dia dan isterinya pun mulai menuai harapan-harapannya yang dia tuangkan melalui dongeng. Ya, Dahril dan isterinya, Eny Kurniati beroleh anak-anak yang cantik dan pintar. Salah satu di antara ketiga anaknya yang namanya kini mulai melambung di tingkat nasional adalah si sulung Tiara Tarasati.

Tiara ya Tiara, si rambut pirang yang selalu diejek dengan panggilan “bule”. Dia lah pemilik puluhan piala penghargaan di berbagai bidang, seperti menari, menyanyi, hingga modeling. Simaklah penghargaan yang pernah disabet oleh kelahiran Baturaja 9 September 2001 ini:

1. Juara 2 Lomba menyanyi tingkat TK Se Sumsel tahun 2006
2. Juara 1 Lomba menyanyi tingkat TK Se kota Prabumulih tahun 2006
3. Juara 1 Lomba Menari tarian daerah se kota prabumulih tahun 2006
4. Juara 2 Lomba menari tarian kreasi tahun 2007
5. Juara 1 Lomba Busana Muslimah tahun 2006
6. Juara 1 Lomba Busana Muslimah tahun 2007
7. Juara 1 Lomba membaca doa sehari-hari
8. Juara 1 Lomba membaca ayat-ayat pendek
9. Juara Model terbaik bintang iklan Sakabento tahun 2006
10. Peringkat I semester 1 tahun 2007
11. Peringkat I semester 2 tahun 2008
12. Ketua kelas I tahun 2007-2008
13. Harapan 2 Lomba Menyanyi pop tingkat kota Prabumulih tahun 2008
14. Peserta semi finalis sumeks Kids tahun 2008
15. Juara 1 lomba menyanyi tahun 2008
16. Juara 2 lomba menyanyi dalam rangka Hari Anak Nasional Tk Kota Prabumulih tahun 2008.

***

Setelah menempuh perjalanan sekira lima jam, maka sampailah saya di rumah Dahril. Rumahnya lumayan besar untuk ukuran rumah yang berlokasi di Jalan Cindai No.1 Kelurahan Gunung Ibul Prabumulih–Sumatera Selatan. Halamannya juga cukup luas, dengan kolam ikan di sebelah kanan halaman rumahnya.

Isteri dan dua anak Dahril menyambut saya dengan hangat. Setelah menikmati segelas kopi, saya pun mulai bertanya-tanya kepada Tiara perihal kegiatannya. Matanya yang besar, nampak berbinar-binar saat bercerita tentang kegiatannya. Penasaran oleh puluhan penghargaan yang diterimanya dalam bidang seni, saya pun memintanya untuk bermain gitar seraya bernyanyi. Sebuah lagu pop yang sedang populer dibawakannya dengan manis. Suaranya sungguh memiliki pesona dan bukan hasil jiplakan dari penyanyi yang sedang ngetop. Usai bernyanyi dan bergitar, saya pun memintanya untuk menari.

Maka di ruang tamu rumah keluarga Dahril itulah, Tiara menarikan salah satu tarian yang disukainya. Judul tarian itu “Tari gadis ringkih”. Ia memulai dengan gerakan lembut, dengan bakul di salah satu tangannya. Maka mulilah Tiara menari. Gerakan tangannya, juga jari jemarinha, lembut. Begitu juga saat beranjak berdirj, dia nikmato betul kehalusan gerakan tari Gadis Ringkih yang dia bawakan siang itu di ruang tamu rumah kedua orang tuang di Prabumulih, sekitar tiga jam perjalanan dari Palembang.

Bunyi gendang dan akordion masih terus mengalun, Tiara pun mengikutinya dengan gerakan yang sesuai dengan tempo yang diciptakan oleh musik yang mengiringinya. Ketika memasuki klimaks gerakan, musik jeea sebentar, Tiara pun terduduk, diam. Diletakkannya bakul yang sedari tadi dibawanya.

Bunyi gendang mulai rancak terdengar. Gerakan Tiara pun kian dinamis? Awalnya dia menggerakan kedua tangannya, kakinya pun melangkah ke depan dan ke belakanga. Seluruh gubuhnya pun bergerak, Tiara menari dengan tangannya, dengan kakinya, dengan matanya, dan tentu saja dengan hatinya.

Tari “Gadis Ringkih”, menurut Tiara, bercerita tentang gadis Palembang yang sedang mengayak beras, sambil menari. Tarian ini bisa dibawakan secara individu, tapi bisa juga dibawakan oleh lima penari. Biasanya tarian ini dibawakan untuk acara pernikahan, pergelaran seni.

Tiara mengaku, belajar menari sejak TK. Itulah sebabnya, gerak tari Tiara sudah luwes dan terasa menjiwai. Tarian pertama yang dia pelajati adalah tari “Rentak Tari”, yang diangkat dari lagu daerah Prabumulih. Kak Viki Reds Sone, adalah guru Tiara sejak kls 6. Sementara yang mengajari menari Tiara saata masih sekolah di TK, adalah perempuan yang biasa diasapanya Teteh Nia.

Sampai sekarang sudah banyak tarian yang sudah dikuasai oleh Tiara. Sebutlah, Gadis Ringkih, Rentak Tari, Senyum Minang Manis, Laila Canggung, dan beberapa tari kreasi baru.

Selain tari, seni suara dan seni musik juga dipelajari oleh Tiara. Maka tak heran jika suara Tiara cukup merdu. Sulung tiga bersaudara ini bilng, dia belajar menyanyi dari sang ibU, sementara belajar musik melalui les musik.

Hari-hari Tiara adalah hari-hari yang padat. Senin hingga Kamis, Tiara berada di sekolah selama sembilan jam, masuk pukul 07.00 dan pulang pukul 16.00 WIB. Itulah sebabnya, Tiara baru bisa memperdalam seni pada hari Jumat hingga Minggu. Hari Jumat dan  Sabtu dia pulang sekolah pukul 12.00, sehingga dia bisa mengambil ekstra kurikulerdi sekolah tempatnya belajar, SMP N I Prabumulih. Sedang di hari Minggu, Tara belajar bersama pelatih di rumah.

Beruntunglah Tiara, karena kedua orang tuanya mendukungnya, baik dalam menuntut ilmu maupun dalam mempelajari minatnya, terutama di bidang seni. Kedua orang tuanya tentu saja mempersilakan anak-anaknya, terutama Tiara untuk melengkapi diri mereka dengan kemampuan di luar statuisnya sebagai pelajar. Maklumlah, karena Tiara termasuk anak yang cerdas. Tiara bilang, sejak kelas I sampai kelas VI, selalu beroleh peringkat pertama. Nilai untuk matematikanya sejak kelas satu hingga kelas VI selalu di atas sembilan. Sati-satunya nilai yang berangka delapan (8) cuma pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

Saat ditanya, kenapa kah Tiara suka seni, lulusan SD Prabumulih I ini mengatakan, “Seni itu bisa menghibur diri dan orang lain, kalau belajar terlalu sering harus diimbangi dengan seni.”

Selanjutnya, keinginan Tiara terbesar saat ini adalah ingin menari ditonton oleh Bapak Presiden. Tiara juga kepingin seperti Sandrina yang memenangi sebuah acara pencarian bakat di televisi, dan juga kepingin seperti Agnes Monica dalam olah suara.

Namun, meski Tiara getol dalam bernyanyi dan menari, dirinya tetap mengutamakan belajar. Katanya, dia kepingin seperti dokter Tompi, ya nyanyi juga jadi dokter. Tiara kepingin kelak punya pekerjaan tetap. “Jadi, kalau sudah nggak bisa nyanyi, masih punya uang, hehehe,” ujar Tiara.

Lantas seperti apa Tiara di mata salah satu gurunya? Menurut Pak Zul Kuspa, 50, guru seni budaya SMP 1 Prabumulih, Tiara itu pemberani di bidang seni, khususnya seni suara, musik, tari dan bahasa Inggris.

Namun, menurut Zul, bakat yang paling menonjol adalah dalam bidang menyanyi. Itulah sebabnya, setiap ada lomba menyanyi, Zul berusaha untuk mengusulkan kepada pihak sekolah agar mengirimkan Tiara. “Sejak Tiara masih di SD saya sudah tahu, waktu masuk SMP saya tinggal menyalurkan saja,” ujar Zul.

Berkait dengan penghargaan yang diterima oleh Tiara dari Kementrian Pendidikan dan Budaya, Zul mengungkap, “Pihak sekolah sudah menyiapkan syukuran, biasanya lewat upacara bendera, setelah itu ada upacara khusus, untuk memotivasi anak lainnya.”

Hmmm… tidak sia-sia saya harus menempuh ratusan kilometer hanya untuk menemui gadis kecil bernama Tiara Tarasati. Saya merasa banyak mendapat pelajaran justru dari bagaimana kedua orangtuanya mendidik anak-anaknya. Apa yang diperoleh Tiara kini, selain karena kasih sayang yang dilimpahkan kepadanya, menurut saya adalah karena doa-doa yang dilafalkan melalui dongeng oleh Dahril, tiap anak-anaknya menjelang tidur.

Terimakasih Pak Dahril, anda sudah memberikan ilmu yang hebat tentang bagaimana mendidik anak-anak dengan doa dan segenap kasih sayang. Semoga Allah memberi anda sekeluarga kebahagiaan selalu

read more
Berita Terkini

2013, Pendidikan Nasional Sarat dengan Masalah Krusial

150027120140102-142947780x390

JAKARTA, KOMPAS.com — Pendidikan nasional pada sepanjang 2013 dipenuhi berbagai macam persoalan yang memprihatinkan. Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti dalam acara catatan akhir tahun pendidikan di kantor LBH Jakarta, Kamis (2/1/2014).

Retno menuturkan, berdasarkan pengamatan FSGI, sejumlah permasalahan itu tampak dari tertundanya pelaksanaan ujian nasional di 11 provinsi, rendahnya kualitas buku pelajaran di sekolah, tingginya perilaku kekerasan fisik, dan merebaknya tindakan amoral di lingkungan sekolah serta kampus.

Selain itu, masih marak juga kasus korupsi di dunia pendidikan, pungutan liar, dan tindakan sewenang-wenang birokrat pendidikan di berbagai daerah, serta pemaksaan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru yang akhirnya mengancam kebebasan guru dalam berorganisasi.

“Semua menjadi tanda nyata bahwa pendidikan nasional sarat dengan permasalahan yang krusial dan harus diatasi bersama-sama,” kata Retno.

Ia menguraikan, pelaksanaan UN di 11 provinsi ditunda akibat distribusi soalnya terlambat. Penundaan itu akhirnya menimbulkan stres terhadap siswa, memaksa UN digelar dengan soal fotokopi, dan beberapa sekolah di daerah, seperti Kepulauan Aru serta Maluku, terpaksa menggelar UN dengan bergantian menggunakan lembar pertanyaan karena di daerah itu tak terdapat mesin fotokopi.

Untuk kualitas buku ajar yang rendah terjadi karena Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kurang menjalankan peran pengawasannya. Bukti konkret permasalahan itu terlihat saat banyak bermunculan lembar kerja siswa (LKS) yang memuat teks atau ilustrasi yang tidak pantas untuk murid sekolah dasar (SD).

“Kemendikbud juga harus dapat mengurangi dan menghilangkan kekerasan di sekolah atau kampus dengan membuat regulasi yang ketat, mulai dari penurunan akreditasi, pencopotan pimpinan sekolah, hingga pencabutan izinnya,” ujar Retno.

Sementara mengenai korupsi di dunia pendidikan, FSGI menggarisbawahi laporan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ke Komisi Pemberantasan Korupsi terkait Rp 10 triliun tunjangan sertifikasi yang mengendap di daerah. Dalam kesempatan yang sama, Irjen Kemendikbud juga mengendus dugaan penyimpangan lelang dalam penyelenggaraan UN 2013 yang sarat dengan masalah.

“Pengelolaan BOS dan BOP juga menimbulkan masalah dan berbagai dugaan penyimpangan, ditambah pungutan liar di hampir semua sekolah,” pungkasnya.

read more
Berita Terkini

Microsoft: Guru Tak Boleh Gaptek

0930106microsoft-reuters780x390SAMARINDA, KOMPAS.com — PT Microsoft Indonesia menyatakan prihatin bila para guru masih menggunakan metode mengajar tradisional yang cenderung monoton dan membosankan bagi siswa. Keprihatinan itu terungkap pada gelaran acara program Partners In Learning (PIL), yang dibuka Senin (16/12/2013).

Melalui kegiatan yang dijadwalkan berlangsung sampai Kamis (19/12/2013), Microsoft Indonesia mengajak para guru di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara untuk belajar bersama, dimulai dari 80 guru yang mengikuti program PIL.

Perwakilan dari Microsoft Indonesia, Budi Setyono, mengatakan, guru saat ini harus punya kompetensi dalam metode pengajaran agar tak ketinggalan dari siswanya, termasuk soal tekonologi.

“Saat ini siswa mampu mengakses informasi dunia hanya melalui sebuah laptop ataupunhandphone. Jangan sampai lantaran gurunya tidak up to date siswa jenuh ketika pengajaran oleh guru,” ujar Budi, Selasa (17/12/2013).

Budi mengatakan, Microsoft melalui program corporate social responsibility (CSR) merangkai beragam program untuk meningkatkan kompetensi guru di bidang teknologi. “Microsoft mengajak para guru untuk melek teknologi, tidak gaptek (gagap teknologi),” ujar dia.

Salah satu peserta, Badrut Tamam, mengatakan, program ini sangat membantu. “Sekurang-kurangnya saya bisa meng-upgrade pengetahuan saya tentang dunia teknologi,” kata dia. Badrut sependapat bahwa para guru pada hari ini harus punya inovasi dalam metode pengajaran.

Implementasi teknologi dalam metode itu, menurut Badrut, tak bisa dihindari. “Seandainya semua guru bisa melakukan pembelajaran di kelasnya dengan basis IT sebagaimana yang diajarkan tim dari Microsoft ini, siswa tidak akan jenuh karena suasana belajar bisa dikondisikan rileks dan menyenangkan,” ujar dia.

read more
Berita Terkini

MM Online… Sedikit Tatap Muka, Kualitas Belajar Tetap Canggih!

1013009shutterstock-132457238780x390KOMPAS.com – Berawal dari pemikiran ketimpangan pertumbuhan ekonomi dengan pendidikan di Pulau Jawa dan luar Jawa, serta aspek tempat dan waktu yang semakin terbatas, BINUS Business School meluncurkan program Magister Management (MM) Online. MM Online merupakan sebuah metode perkuliahan maupun pembelajaran sebagai tren digital dan kecanggihan teknologi internet.

Program Director MM Executive Tubagus Hanafi Soeriaatmadja menjelaskan muara terbentuknya program pendidikan berteknologi tinggi ini. Dilihat dari sudut pandang luas Indonesia, menurut Tubagus, pertumbuhan ekonomi di atas 7 % di luar Jawa, sementara pertumbuhan ekonomi di Jawa di bawah lima persen. Sementara itu, sekolah dan pendidik hampir keseluruhan terpusat di Pulau Jawa.

“Artinya, ekonomi tumbuh tidak dibarengi dengan perkembangan pendidikan yang ada. Dari sudut pandang lebih sempit lagi, yaitu dilihat dari sudut pandang warga Jakarta, tak sedikit eksekutif muda yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja. Padahal, kebanyakan dari mereka masih memiliki keinginan untuk menempuh pendidikan lebih tinggi,” ujar Hanafi kepada Kompas.com di di BINUS Business School, Jakarta, pekan lalu.

Hanafi mengungkapkan, ada dua hal yang menjadi kendala mereka meraih pendidikannya, yaitu waktu dan lokasi.

“Kemudian kami mencoba mencari solusinya, yaitu metode pendidikan yang bisa diakses orang luar Pulau Jawa, serta tidak terbatas lokasi dan waktu. Kami hadirkan MM Online ini sebagai salah satu solusi,” kata Hanafi.

Hanafi mengatakan, program MM Online adalah program hybrid atau ramah lingkungan. Jika di kelas biasa atau umum ada jadwal dan jam kuliahnya, pada MM Online ini mahasiswa bebas untuk belajar maupun me-review mata kuliah kapan pun ia mau.

Namun, lanjut Hanafi, bukan berarti kebebasan itu tanpa kontrol. Walaupun mendapat kebebasan untuk kuliah secara online, pihak universitas tetap memberikan batas waktu ataudateline pengumpulan tugas.

Tak hanya pengumpulan tugas yang diberikan batas waktu. Semua pertanyaan mahasiswa kepada dosen pun ada batas waktunya. Misalnya, jika mahasiswa bertanya pada Senin, dosen dapat menjawab satu hingga tujuh hari ke depan.

Pengalaman

Sampai saat ini, Binus University telah berpengalaman selama empat tahun menggelar program online, yaitu Binus Online Learning untuk program S-1. Adapun untuk program master atau S-2 berbasis teknologi, binus mempeloporinya dengan menawarkan metode MM Online.

“Sehingga dalam membangun sistem online di MM Online ini Binus tidak perlu lagi melewati proses yang berliku,” ujar Hanafi.

Secara teknis, jumlah mahasiswa dibatasi menjadi 25 mahasiswa tiap kelasnya. Padahal, sistem perkuliahan online bisa mencapai kapasitas hingga ratusan mahasiswa. Namun, karena alasan efektifitas belajar mengajar dan sebagai kampus yang memiliki Akreditasi A, seorang dosen di Binus tidak boleh mengajar lebih dari 25 mahasiswa tiap kelasnya.

“Karena berbasis teknologi dan internet, teknik atau metode pembelajaran yang kami terapkan tidak lagi utuh dengan tatap muka setiap hari di kelas, melainkan melalui video conference,diskusi kelompok (via chatting), dan sebagainya menggunakan perangkat teknologi dan internet,” papar Hanafi.

Namun, lanjut Hanafi, kegiatan tatap muka tetap dilaksanakan. Paling tidak, kata dia, kegiatan tatap muka di kelas dilaksanakan selama dua kali, yaitu di awal dan akhir semester. Kegiatan tatap muka pertama dilaksanakan saat perkenalan antar mahasiswa dengan sang dosen.

“Di pertemuan pertama itu itu akan dijelaskan mengenai peraturan-peraturan yang berlaku selama perkuliahan dan penjelasan terkait perkuliahan berbasis online,” kata Hanafi.

Setiap minggunya, para mahasiswa juga mendapatkan materi mata kuliah lewat powerpointsatau slide presentations yang dilengkapi dengan suara (voice) sang dosen. Mahasiswa dapat belajar dan me-review pencapaian pembelajarannya kapan pun ia inginkan.

“Setelah mendengarkan review dan presentasi, mahasiswa berkewajiban mengisi top up quizterkait materi yang telah dipelajari sebelumnya. Materi dapat dilanjutkan kalau seluruh pertanyaan dalam quiz itu dapat dijawab dengan benar,” ujar Hanafi.

Di hari berikutnya, dosen bersama mahasiswa belajar melalui alternatif lain, dengan forumchatting dan blog. Alternatif belajar ini menjadi sarana mahasiswa untuk memberikan pendapat berdasarkan pertanyaan yang diajukan oleh dosen maupun sebaliknya. Dalam satu sesi ini, dimana satu mata kuliah dipelajari selama tiga bulan, akan ada satu kali dalam tiga bulan, metode pembelajaran melalui video conference.

Hanafi menjelaskan, video tersebut merupakan video belajar antarmahasiswa dengan dosen. Metode perkuliahan ini dapat berupa presentasi tugas, diskusi langsung, maupun kuliah dari dosen tamu.

“Di akhir perkuliahan tetap akan ada kegiatan temu muka dengan pelaksanaan ujian akhir. Hal ini untuk menanggulangi upaya kecurangan, misalnya saja jangan sampai sekretarisnya yang mengerjakan ujian, karena online dan tidak ada yang mengawasi,” kata Hanafi.

Untuk Anda semua yang berminat mengikuti perkuliahan BINUS MM Online, pendaftaran perkuliahan sudah ditutup pada 2 Oktober 2013 lalu. Pada Desember ini, program MM online baru akan diujicobakan kepada mahasiswa dan mulai aktif pada Februari 2014 mendatang.

read more
1 70 71 72 73 74 80
Page 72 of 80