close

slide

Berita Terkini

“Blended Learning”, ketika Belajar Bahasa Tak Cukup dengan Tatap Muka

1600541shutterstock-158275679780x390JAKARTA, KOMPAS.com – Seiring perkembangan teknologi informasi, pembelajaran bahasa Inggris tak lagi hanya menerapkan sistem tatap muka. Sistem blended learning menjadi jawaban mempelajari bahasa Inggris sesuai kebutuhan saat ini.

“Ini (blended learning) pendekatan yang simpel untuk mengintegrasikan cara pembelajaran tradisonal tatap muka dan jarak jauh dengan sumber belajar online dan beragam pilihan komunikasi yang digunakan oleh guru dan siswa. Pembelajaran pun lebih komunikatif,” kata Jenny Lee, Chief Operating Officer PT Direct Language Solution (DLS), di Jakarta, Kamis (12/12/2013).

Jenny mengatakan, saat ini pihaknya tengah memfasilitasi kebutuhan tersebut. Seluas 300 meter persegi, Direct English menerapkan pembelajaran berbasis Blended Learning, yang mengombinasikan pembelajaran tatap muka, kelas jauh, internet, serta sumber-sumber yang bersifat offline dan online.

Dengan cara tersebut, lanjut Lee, pembelajaran berlangsung lebih bermakna karena memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi. Para siswa juga tidak hanya akan belajar bahasa Inggris, namun diarahkan membuka interaksi dan mengikuti aktivitas sosial untuk memungkinkan mereka menerapkan ilmu yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari.

“Di sini siswa sendiri menentukan kapan ‘kelulusan’ program yang diikutinya. Kami ajarkan mereka kedewasaan yang bertanggung jawab. Mereka dituntut punya komitmen, namun tetap kami pantau,” ujar Jenny, yang juga selaku COO PT Impact Teaching Center (ITC), didampingi Matthew Brown, New Business Manager untuk Linguaphone Group.

Dia menambahkan, pihaknya menargetkan usia muda dan dewasa menjadi siswa pelatihan bahasa Inggris di bawah naungan Linguaphone Group ini. Usia dewasa yang dimaksud di sini adalah mereka yang berusia lanjut atau mereka yang tergabung dalam suatu komunitas.

“Sekarang ini trennya berbeda. Para kakek dan nenek juga ingin mengimbangi kemampuan berbahasa Inggris para cucunya. Sekarang itu belajar bahasa Inggris mulai diperkenalkan di usia pre school, bahkan sejak usia bayi. Nah, kakek-nenek zaman sekarang juga tidak mau kalah,” ujarnya.

read more
Berita Terkini

Pendaftaran SNMPTN Dimulai Januari 2014

1034446SNMPTN780x390

BANDUNG, KOMPAS.com — Pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2014 yang merupakan seleksi calon mahasiswa baru tanpa tes tertulis dimulai 6 Januari 2014. Pendaftaran secara online dimulai dengan pengisian pangkalan data sekolah dan siswa dengan masa waktu tiga bulan.

Adapun pendaftaran oleh siswa dilakukan pada 17 Februari-31 Maret. Pengumuman kelulusan pada 27 Mei 2014.

Ketua Umum Pengurus Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2014 Ganjar Kurnia yang juga Rektor Universitas Padjadjaran dalam peluncuran SNMPTN 2013 di Bandung, Rabu (11/12) malam, mengatakan, pendaftaran SNMPTN tidak dikenai biaya sejak tahun lalu.

Kuota yang disediakan untuk mahasiswa baru melalui SNMPTN 150.000 kursi dan setiap PTN atau program studi minimal menyediakan 50 persen daya tampung untuk SNMPTN. Seleksi dilakukan berdasarkan prestasi akademik siswa yang dilihat dari nilai rapor, hasil ujian nasional, dan prestasi lain.

Peluncuran SNMPTN dilakukan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh. Hadir dalam peluncuran itu Dirjen Pendidikan Tinggi Kemdikbud Djoko Santoso dan sejumlah rektor perguruan tinggi negeri.

Menurut Ganjar, pendaftaran secara online didukung PT Telkom Indonesia. Adapun untuk siswa di daerah yang sulit mengakses internet akan dibantu PT Pos Indonesia. ”Akses secara gratis disediakan di kantor pos di kecamatan,” kata Ganjar.

Pada penerimaan SNMPTN tahun ini, pemerintah tetap memberikan kesempatan kepada calon mahasiswa berprestasi dari keluarga tidak mampu dan dari daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T). Pemerintah menyediakan beasiswa Bidikmisi.

Akhmaloka, Rektor Institut Teknologi Bandung, mengatakan, panitia SNMPTN akan mengusulkan kepada dinas pendidikan/instansi yang berwenang untuk memberikan sanksi pemberhentian kepala sekolah yang curang, misalnya manipulasi nilai.

Selain SNMPTN, ada juga Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN) yang berdasar hasil tes/tertulis. Kuotanya minimal 30 persen. Seleksi lainnya adalah seleksi mandiri yang diserahkan kepada setiap PTN dengan kuota maksimal 20 persen dari daya tampung. (ELN)

read more
Berita Terkini

Aceh Juara Umum Kejurnas Anggar

PEANGGAR Aceh foto bersama usai menjadi juara umum dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Anggar Antar-PPLP dan Pelajar Se-Indonesia Tahun 2013 yang berakhir Minggu (8/12), di Gedung Hall Serba Guna Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh. SERAMBI/MUHAMMAD HADI
PEANGGAR Aceh foto bersama usai menjadi juara umum dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Anggar Antar-PPLP dan Pelajar Se-Indonesia Tahun 2013 yang berakhir Minggu (8/12), di Gedung Hall Serba Guna Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh. SERAMBI/MUHAMMAD HADI

BANDA ACEH – Aceh tampil sebagai juara umum usai mengoleksi tiga medali emas, empat perak, dan lima perunggu, dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Anggar Antar-PPLP dan Pelajar Se-Indonesia Tahun 2013. Gelar ini menjadi milik Aceh setelah di hari terakhir berhasil menambah satu emas, satu perak, dan satu perunggu di Gedung Hall Serba Guna Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh, Minggu (8/12).

Even yang diikuti 12 provinsi ini ditutup oleh anggota DPRA, Jamaluddin T Muku. Sedangkan piala bergilir diserahkan langsung oleh Sekretaris Dispora Aceh, Asnawi yang diterima oleh Manajer Tim Anggar Aceh, Kamaruzzaman.

Tambahan medali emas Aceh di hari terakhir berkat penampilan konsisten Ody Tasmara, Naufal Efendi, Yudi Anggara Putra, dan Fadhil Ramadhan, pada nomor floret putra beregu tingkat SMA. Mereka mampu menaklukkan kuartet peanggar Kalimantan Timur di final dengan skor 45-28. Sebelumnya, atlet Aceh merebut tiket final usai menghentikan Riau dengan skor 45-31. Sedangkan Kaltim menuju final usai mengalahkan Jawa Tengah dengan skor 45-44.

Di nomor sabel putra beregu tingkat SMA, Aceh gagal meraih medali emas. Karena di final, Ferry Ramadhan, Nurul Bakri, M Dhimas Mahendra, dan Ajri El Mubarak, dikalahkan wakil Sumatera Selatan. Aceh lolos ke final usai mengkandaskan Kalimantan Barat dengan skor 45-40. Sedangkan Sumsel melaju ke final setelah membungkam Riau dengan skor 45-41. Tambahan satu medali emas ini membuat Sumsel naik lima tingkat ke posisi kedua menggeser Jawa Timur.

Kuartet peanggar Aceh lainnya, Intan Juwita, Ayu Safitri, Laras, dan Dana Ovinggi, hanya mampu meraih perunggu di nomor degen putri tingkat SMA. Mereka gagal melaju ke final usai ditaklukkan Kalimantan Barat 45-32. Kalbar sendiri kemudian merebut medali emas di nomor ini usai mengatasi Jawa Tengah di final dengan skor 45-39. Jateng lolos ke final usai mengalahkan Sumatera Utara 45-43.

Kabid Olahraga Dispora Aceh, Musri Idris mengatakan, gelar juara ini merupakan suatu kebanggaan bagi Aceh. Karena dalam even itu pihaknya menurunkan 36 atlet yang berasal dari binaan PPLP dan pelajar daerah di Aceh. Para atlet ini ditangani oleh enam pelatih, yaitu Agus Salim (degen putri), M Safrijal (floret putra), Al Hadi (sabel putra), Endang Subarna (floret putri), Ivansyah (sabel putri), dan Dodi Eri Zulmi (degen putra), dengan Manajer Kamaruzzaman. “Kita berharap prestasi ini bisa meningkat dalam kejuaran lain, bahkan hingga ke PON mendatang,” harapnya.(adi)

read more
Berita Terkini

Pendidikan Sains yang Kreatif Menyenangkan Anak

1400205sains780x390JAKARTA, KOMPAS.com — Pendidikan sains yang kreatif ternyata sangat menyenangkan siswa. Hal itu, antara lain, terlihat pada pameran sains yang merupakan salah satu rangkaian Indonesia Science Festival 2013 yang berlangsung pada 2-5 Desember di pusat perbelanjaan Kota Kasablanka, Jakarta.

Siswa dan guru SD adu kreatif untuk membuat media belajar serta eksperimen sains dan matematika yang bernuansa pendidikan sekaligus menghibur.

Permainan ular tangga yang sudah dikenal luas, misalnya, bisa dimodifikasi untuk pembelajaran Matematika. M Fais Habiburohman, siswa kelas III SDN Cipete XI, Jakarta, bersama Rifa Aulia mengkreasikan permainan ular tangga untuk pembelajaran perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan, yang diberi judul Sepak Bola Matematika dan Ular Tangga Matematika.

”Fais tadinya takut sama Matematika. Bahkan, dia sering tidak masuk kalau pelajaran Matematika. Lalu, dia suka membuat permainan Matematika di kertas, seperti ular tangga. Sekarang dia malah asyik belajar Matematika,” kata Agustina, guru SDN Cipete XI, Jakarta.

Permainan ular tangga untuk belajar operasi hitungan bilangan bulat juga jadi kegemaran siswa SDN Gandaria Utara 08 Pagi, Jakarta. Berbagai persoalan sains dan matematika menjadi menyenangkan dengan permainan ini.

Sementara itu, siswa SD Madina Islamic School Jakarta menggabungkan pembelajaran sains dan seni. Siswa diajak menemukan pewarna alami dengan memanfaatkan tanaman di sekitar untuk dipakai saat membatik. Siswa pun menemukan pewarna alami untuk warna kuning dari kunyit, warna merah dari buah bit, warna hijau dari daun cincau, dan warna coklat dari kulit jengkol.

Selain menghadirkan pameran sains, Indonesia Science Festival ke-10 ini juga diisi lomba karya kreativitas sains siswa bidang IPA dan Matematika yang diikuti 100 finalis.

Ibrahim Bafadal, Direktur Pembinaan SD Kemdikbud, mengatakan, ada 499 naskah yang masuk dari 23 provinsi untuk lomba yang diikuti siswa dan guru.

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemdikbud Hamid Muhammad mengatakan, naskah yang masuk masih sedikit. Padahal, jumlah siswa dan guru SD di Indonesia mencapai puluhan juta orang. (ELN)

read more
Berita Terkini

Antusiasnya Murid SD Amerika terhadap Aceh

shafa-sharvina2

SHAFA SHARVINA, siswi Pesantren Darul Ulum Banda Aceh, sedang mengikuti Pertukaran Pelajar Bina Antarbudaya di Amerika Serikat, melaporkan dari Ohio
 
BARU-BARU ini saya datangi Dellroy Elementary School, sebuah sekolah dasar (SD) yang terletak tak jauh dari rumah host family (keluarga angkat), tempat saya bernaung selama beberapa bulan ini di Ohio, Amerika Serikat (AS).

Kedatangan saya dan seorang teman dari Thailand yang juga siswa pertukaran pelajar ke SD itu bukan tanpa alasan. Kami diundang oleh salah guru yang kebetulan merupakan guru kelas adik angkat saya. Ini pun berawal ketika adik angkat saya itu menceritakan tentang ia yang sekarang memiliki dua orang kakak dari negara lain. Caranya bercerita yang sangat antusias membuat gurunya tertarik dan akhirnya mengundang kami untuk mendatangi kelas dan mempresentasikan sesuatu tentang negara kami masing-masing.

Kebetulan sekali, kami diundang tepat pada salah satu hari di International Education Week. Di minggu itu hampir seluruh siswa pertukaran yang sedang berada di seluruh penjuru dunia memang harus menyampaikan sekurang-kurangnya satu presentasi di sekolah-sekolah, baik itu sekolah dasar atau menengah.

Kesempatan ini saya gunakan sebaik mungkin. Mempresentasikan Indonesia dan Aceh kepada murid kelas 3 SD yang masih sangat belia, masih punya banyak kesempatan untuk menggapai cita-cita. Siapa tahu di antara mereka ada yang nantinya menjadi siswa pertukaran ke Indonesia atau mungkin Aceh? Terlebih mengingat saya mungkin adalah orang Indonesia pertama dan satu-satunya yang pernah mereka temui. Setidaknya saya sudah ikut serta membuka mata mereka pada dunia luar yang tak pernah mereka jamah, jauh dari jangkauan yang mungkin saja orang tua mereka juga tak tahu di mana letaknya Indonesia (seperti sebagian orang Amerika lainnya). Dengan begitu mereka bisa menceritakan apa yang saya sampaikan kepada orang-orang lain, sehingga Indonesia dikenal dunia. Oleh karena itu, saya coba persiapkan semuanya matang-matang. Mulai dari bahan presentasi, bendera Indonesia, baju adat Aceh, uang seribuan, gantungan kunci bertuliskan ACEH, dan tentu saja mental. Saya harus benar-benar siap menghadapi berbagai pertanyaan dari anak-anak itu.

Sebelum saya presentasi, teman saya yang berasal dari Thailand inilah yang presentasi lebih dulu. Anak-anak itu terlihat sangat antusias, apalagi ketika teman saya ini menuliskan namanya dalam bahasa Thailand. Ketika tiba giliran saya, saya pun berusaha membuat anak-anak itu tetap antusias. Pertanyaan yang pertama kali muncul adalah, “Apakah kamu harus selalu memakai itu?” sambil mereka menunjuk jilbab saya. Sambil tersenyum dan sangat hati-hati, saya jelaskan bahwa ini adalah kewajiban agama saya. Mereka pun akhirnya mengangguk-angguk tanda mengerti.

Yang paling membuat mereka antusias adalah ketika saya keluarkan pakaian adat Aceh yang saya bawa jauh-jauh dari tanah kelahiran, merelakan koper saya tersita tempatnya untuk sepasang pakaian yang agak tebal lengkap dengan aksesorinya. Dengan warna yang agak mencolok dan disukai anak-anak, banyak sekali yang mengacungkan tangan ketika saya tanyakan siapa yang mau mencobanya. Mereka rela berbaris untuk sekadar mencoba pakaian itu, sambil tak henti-henti mengatakan bahwa pakaian itu sangat bagus.

Tak hanya itu, di akhir presentasi saya berikan mereka kenang-kenangan. Mereka semua duduk rapi dengan raut wajah tak sabar. Sebelum membagikannya, saya ucapkan banyak terima kasih karena mereka telah mendengarkan presentasi saya dengan sangat antusias. Lalu saya kelilingi kelas sambil membagikan uang Rp 1.000 dan gantungan kunci bertuliskan ACEH kepada setiap anak. Melihat nominal 1.000, mata mereka berbinar, seolah yang ada di tangan mereka adalah $1.000. Akhirnya banyak yang datang kepada saya sambil bertanya, “Apakah ayahmu seorang yang kaya raya? Tentu iya. Kalau tidak, mana mungkin kamu bisa membagikan uang sebanyak ini kepada kami?”

Sambil menahan tawa saya jelaskan bahwa uang sebanyak itu tidak cukup berarti bagi mereka, kecuali beberapa buah permen. Banyak juga yang mendatangi saya dan bertanya bagaimana cara melafalkan kata ACEH yang ada di gantungan kunci yang saya bagikan.

Sebagai kenang-kenangan lain, saya tuliskan nama mereka di kartu kecil dalam tulisan Arab Melayu. Ini karena baik bahasa Indonesia maupun bahasa Aceh tak punya huruf khusus yang berbeda dari bahasa Inggris. Sebagai bagian dari anak pesantren yang tahu sedikit bahasa Arab, akhirnya tulisan Arab yang jadi andalan saya. Yang pasti, hari itu akan menjadi hari yang tak terlupakan baik bagi saya maupun mereka. [email penulis: shafvina@yahoo.com]

read more
Berita Terkini

Antivirus Ini Buatan Anak SMA Lho

keyboard edit

DEPOK – Prestasi di bidang teknologi berhasil diciptakan oleh siswa asal Depok. Isfahani Ghiyath, kelas 11, dari SMK Al-Muhajirin, Pancoran Mas, Depok di bawah bimbingan guru komputernya bernama Yudhi Setiawan, berhasil menemukan antivirus untuk komputer.

Wakil Wali Kota Depok Idris Abdul Somad mengatakan Depok dalam pembangunan, difokuskan pada pembangunan sumber daya manusia, karena Kota Depok tidak mempunyai sumber daya alam.

Sebuah prestasi telah muncul dalam dunia pendidikan, muncul dari kreativitas anak-anak, dan prestasi sebagai pelaku pembelajaran yaitu guru. Ia menambahkan dalam pembangunan sumber daya manusia, menjadikan SDM yang unggul, cerdas, kreatif, dan religius.

“Kita juga harus wujudkan pembangunan SDM di berbagai bidang. SDM yang unggul, cerdas, kreatif, dan religius berarti seseorang tidak hanya sekedar cerdas dalam sisi akademis tetapi juga emosi, keterampilan, cerdas sosial, dan cerdas dalam agama. Misi tersebut mendukung misi pertama, Kota Depok yaitu pelayanan publik berbasis IT,” tuturnya di Depok, Kamis (5/12/2013).

Dalam pengajaran IT, kata Idris, guru semakin baik dan melek teknologi. Penerapan tersebut juga dimaksudkan agar dalam belajar disekolah dapat semakin menarik minat anak-anak dalam belajar.

“Penghargaan ICT telah diterima Kota Depok dari Kemenkominfo pada 2012. Saat ini kota Depok diharapkan dapat memberikan pelayanan teknologi kepada masyarakat, contoh free wifi di Margonda dan radius 100 m dari kelurahan se-kota Depok, dapat diakses bebas dan gratis open masyarakat,” ungkapnya.

Pihaknya juga sudah melakukan pelatihan terhadap guru-guru, lomba-lomba kreativitas, penggunaan IT SMP dan SMA.

“Hal ini dimaksudkan sebagai stimulan, dan kami juga melakukan kontrol terhadap penggunaan IT, ada semacam satgas untuk pengawasan penggunaan internet. Hal tersebut dimaksudkan agar berimbang dalam pemanfaatan teknologi informasi dan internet,” paparnya.

Pemerintah Kota Depok juga akan berencana mengusulkan penemuan siswa ini, dan prestasi pola pengajaran guru kreatif berbasis IT. Ia juga berpesan agar perkembangan IT diseimbangkan dengan moral yang baik.

“Akan diusulkan agar prestasi tersebut dapat di apresiasi oleh Kementerian terkait atau Pemerintah pusat. Merupakan salah satu kebanggaan bagi kami, karena siswa dapat menemukan anti virus untuk komputer. Diharapkan jika, nanti ada sebuah penghargaan yang diberikan sebagai apresiasi dapat memotivasi siswa yang lain, dan siswa atau guru tersebut didukung agar dapat menemukan hal-hal yang lain. Kami akan liat Kemendikbud mempunyai program apa yang dapat mendukung dan mengembangkan potensi siswa tersebut, ” tuturnya. (ade)

read more
Berita Terkini

Kebijakan Tak Boleh Tinggal Kelas Masih Bingungkan Guru

1404276780x390SURABAYA, KOMPAS.com — Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang tak membolehkan siswa sekolah dasar tinggal kelas bertujuan baik agar siswa bisa berkembang sesuai dengan potensinya. Namun, kebijakan ini bisa menjadi tidak efektif jika tidak disertai perubahan metode belajar di kalangan guru.

Sejumlah guru juga masih kebingungan dengan kebijakan tersebut. ”Terus bagaimana jika siswa kelas I SD belum bisa membaca dan menulis, apakah harus naik kelas juga?” kata Sutini, Kepala SDN Suwanggaling IV Kota Surabaya, Senin (2/12/2013). Ia dimintai tanggapannya soal kebijakan baru Kemendikbud yang tidak membolehkan siswa SD tinggal kelas. Pemerintah juga menghapus kebijakan ujian nasional di sekolah dasar.

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud Ramon Mahondas mengatakan, penghapusan siswa tinggal kelas untuk memotivasi siswa meningkatkan potensinya. Karena itu, guru di 150.000 sekolah dasar akan segera diberikan pelatihan.

Murid yang belum memahami pelajaran tetap boleh naik kelas, tetapi harus mengulang pelajaran yang belum dikuasai. Bentuk penilaian rapor SD juga berubah, tidak lagi berisi angka-angka, tetapi berbentuk deskriptif untuk menilai sikap, keterampilan, dan pengetahuan. ”Penilaian di SD tidak ada angka, tetapi narasi,” ujarnya.

Kebijakan ini sebenarnya sudah diterapkan di negara-negara maju. Meski demikian, kebijakan ini menuntut guru memahami secara mendalam karakter dan potensi siswa.

Sulitkan anak

Menurut Sutini, jika anak dipaksakan naik kelas, justru akan menyulitkan anak karena materi pelajarannya lebih sulit. ”Guru yang melakukan evaluasi tentu lebih tahu kondisi setiap anak,” kata Sutini.

Hal yang sama dikatakan Wakil Kepala SD Katolik Santa Maria Kota Surabaya Christina Purtiwi. Menurut dia, naik tidaknya murid adalah otonomi sekolah yang disepakati dalam rapat dewan guru. ”Kami tidak akan paksakan anak naik kelas kalau kemampuannya belum memadai. Kepada orangtuanya pun kami jelaskan,” kata Christina.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SDK Santo Carolus, Surabaya, Florentinus Lusiyanto menyatakan kurang setuju jika sistem tinggal kelas ditiadakan.

”Jadi, apa gunanya mengukur keberhasilan siswa kalau pada akhirnya akan naik kelas semua?” kata Florentinus.

Sulit terukur

Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Dimyati juga masih belum memahami kebijakan pemerintah yang tidak membolehkan siswa SD tinggal kelas. ”Prestasi siswa akan sulit terukur,” ujarnya.

Sekretaris Dewan Pendidikan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Wijanarto justru memiliki pendapat berbeda. Menurut dia, sistem itu mendorong guru untuk lebih intensif memperhatikan siswa. Meski demikian, komposisi guru dan siswa harus dipertimbangkan. Jika menerapkan sistem itu, idealnya guru mengawasi maksimal 20 anak, sedangkan saat ini banyak guru yang mengajar 40 siswa.

read more
Berita Terkini

Rakyat Indonesia Berutang Banyak pada Guru….

1130391IMG-9007780x390JAKARTA, KOMPAS.com – Guru adalah sebuah pekerjaan yang menuntut profesionalisme. Guru adalah sumber inspirasi yang memacu perkembangan muridnya menjadi orang mandiri.

Guru pula sosok yang berada di garis paling untuk membentuk Generasi Emas Indonesia. Pada intinya, seluruh masyarakat Indonesia berutang banyak pada guru.

Demikian diungkapkan Board of Trustee Tanoto Foundation, Anderson Tanoto, terkait digelarnya kegiatan Gerakan Guru Indonesia Kreatif memeriahkan Hari Guru Nasional di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Dilaksanakan pada 25 November 2013 lalu, Tanoto Foundation menggelar acara tersebut dengan beragam kegiatan meliputi lomba mewarnai, lomba cerita rakyat, lomba peta buta, lomba stan terbaik, serta lomba pentas seni dan kreativitas guru dan siswa.

“Guru di Indonesia sangat penting di komponen negeri ini. Tidak hanya 3–5 tahun, tetapi juga seluruh masa depan di Indonesia tergantung pada kualitas guru,” kata Anderson kepadaKompas.com, Senin (2/12/2013).

Anderson menuturkan tentang pentingnya peran guru. Ia percaya, bahwa pendidikan adalah kunci menuju penanggulangan kemiskinan antargenerasi. Untuk itulah, pihaknya menggelar kegiatan ini sebagai salah satu bentuk kontribusi meningkatkan kualitas guru.

Sebagai hasil kerja sama antara Tanoto Foundation dan Asian Agri dan Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), puncak acara Gerakan Guru Indonesia Kreatif ini adalah pemecahan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) untuk pembuatan alat peraga pembelajaran terbanyak, yaitu sekitar 9.778 alat peraga terbuat dari sedotan oleh 1.569 guru dalam waktu 30 menit. Pemecahan rekor ini telah dilaksanakan Minggu (24/11/2013) lalu, dihadiri oleh Head of Tanoto Foundation Sihol Aritonang, Sekretaris Unit Implementasi Kurikulum Pusat Kemendikbud Efriyanto, dan Kapolda Riau Brigjen Condro Kirono.

Head of Tanoto Foundation Sihol Aritonang mengatakan, Tanoto Foundation telah menyelenggarakan program Pelita Pendidikan di tiga provinsi di Sumatera, yaitu di Riau, Jambi, dan Sumatera Utara sejak 2010. Program Pelita Pendidikan ini berupa program peningkatan kualitas pendidikan pada sekolah dasar di wilayah pedesaan. Di antaranya adalah program Pelita Sekolah Asri (Aman, Sehat, dan Ramah Lingkungan), Pelita Pustaka Lestari, Pelita Guru Mandiri, Pelita Sekolah Unggulan, 3E (Education, Enhancement, dan Empowerment), dan Forum Pelita. Realisasinya antara lain pembinaan 210 sekolah dasar, renovasi 94 ruang kelas, pembangunan 110 toilet di SD, dan melatih 2.500 guru SD.

Kepala Pengelola Perpustakaan SD Sering Barat, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Nur Hamimah, mengatakan SD Sering Barat merupakan salah satu sekolah dasar yang mendapatkan pelatihan pengelolaan yang ditujukan untuk para guru. Para guru diminta lebih kreatif dalam mendorong minat baca siswa agar mau membaca buku-buku di perpustakaan.

“Kami sangat berterima kasih. Berkat pelatihan kepustakaan dari Tanoto Foundation, perpustakaan kami menjadi lebih ramai. Banyak anak-anak yang membaca di perpustakaan dan mereka menjadi lebih termotivasi untuk membaca di perpustakaan karena kami berusaha menarik minat mereka dengan kegiatan kreatif setelah mendapatkan pelatihan,” ungkap Nur.

Selain itu, Tanoto Foundation memberikan bantuan berupa pengadaan buku-buku perpustakaan yang diputar atau ditukarkan ke sejumlah sekolah setiap tiga bulan sekali.

“Pemerintah daerah memang telah mengalokasikan dana cukup besar untuk pengembangan pendidikan. Tapi, pengembangan pendidikan dan peningkatan kualitas guru ini semestinya memadukan visi antara pemerintah dan swasta agar berjalan lebih baik,” timpal Bupati Pelalawan HM Harris.

read more
Berita Terkini

Tidak Ada Lagi Siswa Tinggal Kelas di SD

1112197-sem-ujian-nasional-780x390JAKARTA, KOMPAS.com — Ujian nasional untuk sekolah dasar, sekolah dasar luar biasa, dan madrasah ibtidaiyah mulai tahun 2014 dihapuskan. Selain itu, mulai tahun depan juga, tidak ada lagi murid sekolah dasar yang tinggal kelas.

Murid yang belum memahami atau menguasai pelajaran tetap boleh naik kelas, tetapi harus mengulang pelajaran yang belum dikuasainya. Bentuk penilaian rapor sekolah dasar juga berubah, tidak lagi berisi angka-angka, tetapi berbentuk deskripsi untuk menilai sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa peserta didik.

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Ramon Mohandas mengatakan hal itu sebelum Rapat Koordinasi Persiapan Implementasi Kurikulum 2013 dan Ujian Nasional 2014, Minggu (1/12) malam, di Jakarta. ”Penilaian di SD tidak ada angka, tetapi narasi,” katanya.

Untuk memperkenalkan sistem yang baru, kata Ramon, telah dilakukan pelatihan untuk guru pendamping yang turun ke lapangan. Mereka telah dijelaskan bentuk rapor, cara penilaian, dan pemberian angka. Pelatihan tahun depan mencakup 150.000 sekolah dasar, lebih besar dibandingkan tahun ini yang hanya mencakup 6.000 sekolah dasar.

Kepala Unit Implementasi Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tjipto Sumadi menambahkan, penilaian narasi dalam rapor harus menggunakan bahasa positif karena usia anak yang masih dalam batasan usia emas. Penilaian narasi juga harus bisa memotivasi anak untuk meningkatkan kemampuannya. ”Selama ini jika anak diberi nilai lima atau nilai merah, justru kurang baik dari sisi psikologis anak,” kata Tjipto.

Siapkan kisi-kisi

Meski ujian akhir diserahkan ke sekolah, kata Ramon, pemerintah tetap membuat kisi-kisi soal yang diserahkan ke sekolah agar ada standar kualitas soal. Kisi-kisi soal itu terdiri dari 25 persen dibuat pemerintah dan 75 persen dari satuan pendidikan yang berkoordinasi dengan kabupaten/kota serta provinsi.

”Keterlibatan pemerintah dalam membuat kisi-kisi soal jangan dianggap sebagai intervensi pemerintah. Semata-mata hanya agar ada standar kualitas soal, memudahkan sekolah sekaligus meningkatkan mutu sekolah secara bertahap,” kata Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud Dadang Sudiyarto.

Kisi-kisi soal itu sesuai dengan mata pelajaran yang akan diujikan, yaitu di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah meliputi mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA. Adapun untuk sekolah dasar luar biasa (SDLB), mata pelajaran yang diujikan adalah Matematika, Bahasa Indonesia, IPS, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Ujian sekolah untuk SD/SDLB/MI/Paket A/Ula akan diselenggarakan serentak pada 19-21 Mei.

Tahun lalu ujian nasional sekolah dasar dan sederajat diikuti 4,25 juta siswa di 148.361 sekolah.

Ujian nasional

Ujian nasional untuk SMP dan SMA sederajat masih akan tetap diselenggarakan. Sekretaris Jenderal Kemdikbud Ainun Na’im menjelaskan, ujian nasional tahun depan untuk SMA/MA/SMK sederajat, termasuk Paket C dan Paket C Kejuruan, dilaksanakan 14-16 April 2014. Sementara itu, UN susulan SMA/SMK sederajat pada 22, 23, dan 24 April 2014.

Adapun ujian nasional untuk SMP/MTs/sederajat termasuk SMPLN/Paket B/Usto (sekolah tingkat SMP nonformal di Kemenag) akan diselenggarakan pada 5-8 Mei. Sementara itu, UN susulan bagi SMP sederajat akan diselenggarakan pada 12, 13, 14, dan 16 Mei 2014. ”Nilai kelulusannya tetap minimal 5,5,” kata Ainun Na’im.

Ahli evaluasi pendidikan Elin Driana mengatakan, ujian nasional untuk semua jenjang pendidikan idealnya dihapus. Kalaupun sekarang masih diselenggarakan ujian nasional untuk SMP dan SMA sederajat, mestinya komposisi kelulusan berdasarkan rapor lebih besar daripada nilai UN. Saat ini untuk kelulusan siswa, komposisi nilai rapor 40 persen, sedangkan ujian nasional 60 persen.

”Sebab, nilai rapor lebih menggambarkan kondisi murid yang sesungguhnya. Guru juga lebih mengetahui kondisi dan kemampuan siswa sehari-hari,” kata Elin. (LUK)

read more
Berita Terkini

Mendikbud: Guru Harus Profesional!

Tio2D1vyKl edit

JAKARTA – Guru, sebagai sumber daya utama dalam meningkatkan mutu pendidikan dituntut profesional. Mereka dinilai mampu membekali peserta didik secara kreatif, inovatif, aktif, dan berpikir kritis.

Sehingga anak didik menjadi insan Indonesia yang cerdas, kompetitif, mandiri, dan produktif. Serta siap berkompetisi dan berkiprah pada percaturan masyarakat global.

Hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nuh dalam sambutannya di acara Hari Guru Nasional (HGN) 2013 dan HUT PGRI ke-68, di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Rabu (27/11/2013).

“Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan guru sebagaimana diamanatkan Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, serta Revisi UU 32 PP Nomor 74 Tahun 2008. Mudah-mudahan dengan revisi tersebut persoalan akan terselesaikan dengan baik,” bebernya.

Di sisi lain, dengan adanya pendirian organisasi profesi guru, Nuh berharap PGRI menjadi kuat untuk meningkatkan kesejahteraan para guru. Dirinya pun mengakhiri sambutannya layaknya suasana perpisahan.

“Kami mengakhirinya dengan khusnul khotimah, ciri khususnya yaitu saling maaf-maafan, selalu ada kelebihan dan kekurangan,” ucapnya. (okezone.com)

read more
1 71 72 73 74 75 80
Page 73 of 80